Nasional post authorelgiants 28 Maret 2020

Ikatan Dokter Ancam Mogok

Photo of Ikatan Dokter Ancam Mogok TENAGA MEDIS - Dua orang tenaga medis dengan alat pelindung diri saat berganti shift merawat pasien Covid-19. AFP/PAOLO MIRANDA

JAKARTA, SP - Ketua Umum PB IDI Daeng Mohammad Faqih membantah petugas kesehatan akan mogok melayani pasien yang terinfeksi virus novel korona (Covid-19). Hal itu terkait banyaknya media yang mengatakan hal tersebut terkait dengan keluarnya rilis pada Jumat (27/3) lalu.

Daeng menegaskan, rilis tersebut dikeluarkan untuk memberikan pernyataan sikap yang tegas kepada petugas kesehatan untuk selalu menggunakan APD saat bertugas.

"Imbauan untuk petugas kesehatan, yang pakai APD boleh merawat pasien Covid-19 yang tidak pakai APD tidak diperkenankan merawat pasien Covid," kata Daeng saat dikonfirmasi, Sabtu (28/3).

Pasalnya, kata Daeng, petugas kesehatan memiliki risiko yang tinggi untuk tertular. Selanjutnya, dikhawatirkan tenaga kesehatan yang turut menangani Covid-19 akan berkurang.

"Karena sangat berisiko tertular. Kalau tertular dan jatuh sakit tidak bisa lagi menolong merawat pasien," ucapnya.

Seperti diketahui, pernyataan resmi yang ditandatangani Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng Mohammad Faqih, petugas kesehatan diminta tidak melakukan pelayanan apabila kebutuhan APD tidak terpenuhi.

"Bila hal ini (ketersediaan APD) tidak terpenuhi, kami meminta anggota profesi kami untuk sementara tidak ikut melakukan perawatan pasien Covid-19 demi melindungi dan menjaga keselamatan Sejawat," kata Daeng dalam keterangan resmi, Jumat (27/3).

Daeng menilai, pernyataan tegas tersebut dikeluarkan karena banyaknya pasien Covid-19 sangat berisiko bagi petugas kesehatan yang tidak menggunakan APD. Terlebih lagi, di lapangan jumlah tenaga kesehatan yang terjangkit Covid-19 semakin meningkat.

"Karena sejawat yang tertular Covid-19 selain akan jatuh sakit, akan berdampak pada terhentinya pelayanan penanganan kepada pasien serta dapat menularkan kepada pasien," tandasnya.

Bahkan, tenaga medis terpaksa menggunakan kantong sampah akibat keterbatasan alat pelindung diri untuk menangani pasien Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-COV-2.

Menurut Faqih, hal ini terjadi lantaran ketersediaan APD tidak dapat mengimbangi lonjakan jumlah pasien positif Covid-19 yang terus meningkat.

"Kawan-kawan di lapangan sekarang banyak melakukan modifikasi-modifikasi dari bahan-bahan yang menurut kawan-kawan masih bisa dipakai, seperti kantong plastik sampah dimodifikasi menjadi alat pelindung diri," kata Faqih.

Selain kantong sampah, kata Faqih, para tenaga medis juga mengakali pelindung diri menggunakan jas hujan dan baju bekas di kamar operasi. Sebab APD hanya bisa dipakai sekali dan harus langsung dihancurkan guna mencegah penularan.

Adapun, pernyataan tersebut dikeluarkan gabungan organisasi profesi kesehatan, yakni Persatuan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

Diberitakan sebelumnya, organisasi profesi tenaga medis menuntut Pemerintah dan fasilitas kesehatan menjamin ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam penanganan Covid-19. Jika tidak tersedia, tenaga medis diminta tak menangani pasien kasus tersebut.

Hal itu dikatakan Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Halik Malik, saat dikonfirmasi perihal Pernyataan Bersama Organisasi Profesi yang beredar di media sosial soal tuntutan APD itu.

"Kami meminta terjaminnya Alat pelindung DIRI (APD) yang sesuai untuk setiap tenaga medis. Bila ini tak terpenuhi maka kami meminta kepada anggota profesi kami untuk sementara tidak ikut melakukan perawatan penanganan pasien Covid-19 demi melindungi dan menjaga keselamatan sejawat," demikian tertulis dalam pernyataan bersama itu.

"Iya [itu tuntutan] kepada pemerintah dan fasilitas kesehatan," kata Halik, kepada CNNIndonesia.com, Jum'at (27/3).

Dia mengatakan para tenaga medis rentan terjangkit karena berhubungan langsung dengan pasien. Jika tanpa APD, Halik meminta kepada tenaga medis untuk tidak ikut melakukan perawatan penanganan pasien Covid-19.

"Iya, bukan menarik, tapi membatasi hanya yang ada APD yang bisa bertugas agar tidak tertular atau malah menularkan," terang dia.

Halik mafhum tenaga medis merupakan garda terdepan dalam 'perang' melawan Covid-19. Jika petugas tertular, RS sendiri yang rugi karena kekurangan tenaga medis.

"Ya harus begitu, kalau tidak akan berisiko tertular atau malah menularkan. Itu yang dihindari agar kasus tidak bertambah dan tenaga medis tetap tersedia," tandasnya.

"Kalau tenaga medis tertular kan harus dirumahkan. Nah, itu bahaya untuk RS bisa lumpuh," ujarnya lagi.

Diketahui, Pemerintah sudah menyebar kebutuhan APD tambahan ke semua wilayah. Namun, kelangkaan terancam kembali terjadi jika tak ada pasokan tambahan. Pasalnya, APD itu kebanyakan hanya sekali pakai.

Perlindungan Maksimal

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pada Kementerian Kesehatan atau pihak terkait memberikan perlindungan maksimal ke tenaga medis yang melayani pasien terjangkit virus corona atau Covid-19. Ini dikarenakan tenaga medis barada di garda terdepan dalam memerangi virus asal China.

Hal ini dikatakan Jokowi saat memimpin rapat terbatas membahas laporan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melalui telekonferensi Istana Merdeka, Jakarta, kemarin.

"Saya ingin perlindungan maksimal kepada para dokter, tenaga medis, dan jajaran yang berada di Rumah Sakit yang melayani pasien terinfeksi Covid-19," ujar Jokowi.

Jokowi menuturkan, ketersediaan alat pelindung diri (APD) untuk memberikan perlindungan maksimal bagi para tenaga medis harus disiapkan dengan baik.

Selain itu Jokowi juga meminta pada Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memberikan insentif kepada tenaga medis dalam hal penanganan Covid-19.

"Karena mereka berada di garis terdepan sehingga petugas kesehatan harus terlindung dan tidak terpapar Covid-19. Termasuk juga saya minta Menkeu ini pemberian insentif bagi para dokter, perawat, dan jajaran Rumah Sakit yang bergerak dalam penanganan Covid-19 ini," tutur dia.

Tak hanya itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga menginstruksikan jajarannya untuk memastikan ketersediaan kebutuhan alat kesehatan seperti masker dan cairan pembersih tangan.

"Kita untuk ekspor masker dan alat kesehatan yang diperlukan untuk ini, lebih baik distop terlebih dulu. Pastikan terlebih dahulu stok dalam negeri cukup. Kemudian ketersediaan bahan baku untuk produksi alat kesehatan dalam menghadapi situasi ini," tutur Jokowi. (mi/cnn/sua)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda