PUTUSSIBAU, SP - Sejumlah petani kratom di Kapuas Hulu mengeluhkan
tidak adanya pembeli. Kondisi tersebut sudah dua bulan terakhir dialami oleh
para petani.
Petani kratom Putussibau Selatan, Ilyas menyampaikan, akibat
tidak adanya pembeli kratom, dirinya merasa merugi. Untuk itu, ia berharap
kondisi tersebut dapat segera teratasi oleh Pemerintah Daerah (Pemda) sehingga perekonomian
masyarakat bisa kembali stabil.
"Kratom saat ini sudah banyak yang siap dipanen, namun
kami lebih memilih tidak memanen karena tidak adanya pembeli," tuturnya,
belum lama ini.
Diakuinya, saat ini kondisi perekonomian warga sedang macet. Para
petani kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup, pendidikan, dan
kesehatan.
"Kratom merupakan komoditi andalan masyarakat saat ini. Jika
kratom ditutup, masyarakat tidak memiliki alternatif usaha lain lagi. Akibatnya
bisa berdampak pada angka kriminalitas yang tinggi" tuturnya.
Menurutnya, saat ini harga sejumlah barang kebutuhan pokok
mengalami kenaikan harga.
"Sudah dua bulan terakhir kita bertahan dengan kondisi
sulit ini," ungkapnya.
Petani lainnya, Ambo menyampaikan, jika nantinya tanaman
kratom dilarang, dirinya tetap akan mempertahankan tumbuhan tersebut ditanam.
Sebab, batangnya bisa digunakan untuk bahan mebel dan penghijauan pantai akibat
abrasi sungai.
"Kami sudah menghabiskan modal yang besar untuk menanam
kratom ini," ujarnya.
Macetnya pembelian kratom ini, kata dia, merupakan dampak dari
isu larangan kratom yang selalu dikemukakan. Sebelumnya, perekonomian
masyarakat masih tetap stabil.
"Jika kratom dilarang, kita minta pemerintah menyediakan
komoditi penggantinya," pintanya.
Petani kratom lainnya, Jele menuturkan, kratom dirasakan sangat
membantu di usia tuanya, mampu hidup secara mandiri.
"Saya tidak bergantung hidup dengan anak, saya bisa mandiri. Saya minta pemerintah mengupayakan legalitas kratom karena kami petani kecil ini tahunya hanya bertani saja," tuturnya. (sap/lha)