Karier politik Karolin Margret Natasa menasional lewat keberhasilannya meraih 397.481
suara dalam Pemilu Legislatif 2014.
Perolehan suara terbanyak dari warga Dapil Kalbar inilah yang mengantarkan Karolin
sebagai legislator di Senayan.
Tak heran jika wanita ayu berdarah Dayak yang duduk di Komisi IX DPR RI ini disebut-sebut
memiliki kans besar untuk menjadi kepala
daerah dalam Pilkada Kabupaten Landak 2017. Lebih dari itu, sebagian besar kalangan, baik para tokoh Kalbar di
Jakarta atau di Bumi Khatulistiwa sendiri menilai, wanita kelahiran Kabupaten Mempawah, 12 Maret 1982 ini, memiliki peluang untuk
menggantikan posisi sang ayah, Cornelis sebagai Gubernur Kalbar yang masa
jabatannya segera berakhir pada 2018.
Mengawali kariernya dari seorang pegawai negeri sipil
yang bertugas sebagai seorang dokter di Puskesmas Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak.
Karolin merasa jiwanya terpanggil untuk terjun ke dunia politik.
Panggilan jiwa
ini setelah Karolin mengaku kerap menerima pengaduan masyarakat terkait minimnya
penanganan masalah kesehatan di kalangan masyarakat pedalaman.
Politikus muda dari Fraksi PDIP di DPR RI ini pun tak
menampik, ketika menanggapi namanya berpeluang pada bursa
kepala daerah baik di tingkat Kabupaten Landak, kampung halaman ayahnya, maupun tingkat Provinsi Kalbar.
"Saya
berlatar belakang keluarga politik. Jadi, tentu sudah menjadi kewajiban
saya untuk secara langsung membangun daerah,
bukan hanya dari kursi di Senayan," katanya ketika diwawancarai
Hendra Cipta dari Suara Pemred di
ruang kerja di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, pekan lalu.
SP: Sebagai anggota DPR RI dan anak seorang Gubernur
Kalbar saat ini, nama Anda kerap disebut berpeluang besar menjadi Bupati Landak
bahkan Gubernur Kalbar mendatang. Tanggapan Anda?
Karolin: Saya serahkan ke Partai. Tergantung
perintah dan keputusan partai nanti. Kalau ada perintah partai, saya siap maju.
Kalau tidak ada, ya laksanakan tugas yang ada sekarang saja.
SP: Jika nanti maju dan terpilih, apa yang akan Anda
lakukan?
Karolin: Persoalan
umum yang terjadi di daerah adalah masalah pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur. Namun khusus bidang kesehatan, belum banyak yang memberikan perhatian. Soal
kesehatan hanya dianggap sebagai bagian
dari urusan perawat, dokter, atau bidan.
Padahal tidaklah demikian.
Karolin: Kesehatan tidak bisa dipisahkan dari faktor
lain. Kalau kita bicara kesehatan, kita
tidak mungkin tidak bicara soal akses, soal pembiayaan, policy dan kebijakan
politiknya. Hal inilah yang saat ini kami upayakan untuk terus ditingkatkan di
Kalbar. Seorang kepala daerah harus peduli terkait kondisi kesehatan
masyarakat.
SP: Kenapa kesehatan
begitu penting di mata Anda?
Karolin: Kesehatan itu tolak ukur keberhasilan suatu
daerah. Bagaimana mau kerja jika sakit?
Bagaimana mau pintar jika kondisi
lingkungan tidak bersih, sanitasi buruk? Dan yang juga penting, bagaimana tingkat kematian
ibu dan bayi, berapa angka harapan hidup suatu daerah? Jadi, hal yang paling sederhana ketika
menjadi pimpinan di daerah itu, adalah memberikan perhatian khusus di bidang
kesehatan.
SP: Apa saja kendala
utama di daerah-daerah Kalbar yang menjadikan penanganan masalah kesehatan
terkesan rumit?
Karolin: Pemahaman pemerintah daerah sendiri
terhadap kebijakan-kebijakan mengenai kesehatan masih sangat kurang. Bidang
kesehatan itu bukan cuma mengurus masyarakat demam, gak juga, tapi berkaitan
dengan sanitasi, higienitas masyarakat, dan lingkungan. Tidak banyak pemangku
kebijakan yang paham mengenai permasalahan
ini.
Dan tidak mungkin jika saya sewaktu-waktu bisa mengintervensi
faktor-faktor itu. Tapi sejauh ini, saya
masih mencoba untuk mengingatkan, meningkatkan
kesadaran, mencoba untuk mengajak seluruh pihak, baik pemerintah provinsi, kabupaten,
kota, birokrat, hingga perangkat di
bawahnya.
Masalahnya, persoalan di bidang kesehatan sangat
kompleks. Ditambah lagi dengan kondisi sumber daya manusia kita masih di bawah.
Makanya kami bersama pemerintah provinsi selalu mengingatkan pemerintah daerah
di kabupaten untuk terus menangani masalah itu.
SP: Selama duduk di Komisi IX DPR RI yang membidangi
masalah kesehatan, apa saja yang sejauh
ini sudah Anda lakukan?
Karolin: Nah itu. Kalbar secara umum adalah satu di
antara empat provinsi yang pencapaian kenaikan indeks prestasi manusia(IPM)-nya
cukup signifikan. Beberapa rumah sakit daerah juga akan segera dibangun di
Kalbar. Saya kira, inilah sedikit buah
yang bisa kita petik dari perjuangan kami selama ini di Senayan.
SP: Anda adalah satu di antara sedikit wanita Kalbar
yang terjun ke dunia politik dan berhasil. Apa sebenarnya yang mendorong Anda
berpolitik?
Karolin: Saya berasal dari keluarga politik. Jadi, tidak aneh walaupun dulu setelah selesai kuliah, sempat jadi PNS. Tapi soal ketertarikan di dunia politik, saya kira sejak zaman mahasiswa, saya
aktif di organisasi kemahasiswaan. Malah sejak SMP, saya ketua OSIS. Intinya, saya
senang hidup sosial bermasyarakat.
SP: Bagaimana
sampai Anda memutuskan untuk keluar dari PNS dan terjun ke dunia politik?
Karolin: Saat itu menjelang Pemilu Legislatif 2009,
tingkat partisipasi wanita dalam ikut pemilu masih sangat sedikit. Saya
ditawari oleh ayah saya untuk maju sebagai anggota DPR RI. Setelah keluarga
besar setuju, akhirnya saya putuskan
untuk ikut mencalonkan diri. Sampailah hingga sekarang.
SP: Terkait pilkada serentak kemarin, PDIP di Kalbar
mengalami kekalahan di sejumlah daerah. Sebagai ketua badan pemenangan pemilu,
apa tanggapan Anda?
Karolin: Partai akan segera melakukan evaluasi menyangkut
kekalahan di sejumlah daerah itu. Kami pikir, permasalahan utamanya adalah pelemahan
terhadap Mahkamah Konstitusi. Dengan aturan yang ada, dan undang-undang yang
baru, sangat terbatas sekali hak-hal yang kita perkarakan di MK. Sementara
kondisi di lapangan begitu kompleks. (pat)
Karolin: Jika Ada Perintah Partai, Saya Siap
Minggu, 07 Februari 2016 11:14 WIB
|
Pembaca:
4494

dr Karolin Margret Natasa, Anggota DPR RI Komisi IX. (foto antara)