Pontianak, SP
- Kampus dianggap rentan menjadi tempat penyebaran paham radikal. Hasrat
mahasiswa yang selalu ingin tahu sesuatu yang baru sering dimanfaatkan orang
untuk menyebarkan paham menyimpang.
Hal itu disampaikan Direktur
Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris saat
menghadiri Seminar Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Tanjungpura.
Seminar mengangkat tema “Peningkatan
Ketahanan Bangsa untuk Menjaga Keutuhan NKRI”, dilaksanakan di Auditorium Untan
di Jalan Muhammad Isya Pontianak, Sabtu (10/11).
Idris mengatakan, saat ini
teroris tidak dapat diditeksi hanya dengan melihat penampilan fisik seseorang.
Ciri-ciri fisik seorang yang diduga teroris dapat menyerupai orang biasa dalam
kehidupan sehari-hari.
Tersangka teror hanya
dapat dilihat melalui cara pandangnya terhadap permasalahan bangsa. Teroris dapat
dilihat dari ideologi mereka yang menyimpang. "Apa pun namanya yang
penting tujuannya mengubah ideologi Republik Indonesia menjadi negara Islam,
itulah tujuan teroris,” kata Idris.
Teroris juga selalu
menggunakan cara kekerasan mengatasnamakan agama untuk menjalankan aksinya. Ini
menyalahi ajaran agama, dimana semua agama mengajarkan umatnya tentang cinta
kasih. “Oknum-oknum (teroris), sering menyasar mahasiswa yang galau,” ujar Idris.
Menurut Idris, dalam Al
Quran kata jihad ditulis 41 kali dan tidak ada satupun yang menyebut jihad dapat
dilakukan dengan cara bunuh diri. Hal ini sering disalahartikan oleh sebagian
orang.
“Teroris itu tidak paham
jihad. Beragama itu memanusiakan manusia,” kata Direktur Deradikalisasi Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris.
Selain itu, menurut Irfan
Idris, kampus tempat mencetak akademisi penerus bangsa. Mahasiswa seharusnya
jangan pernah mau dikotak kotakan dalam perbedaan suku, agama, dan etnis.
Ketua BEM FISIP Untan, Adi
Afrianto mengatakan seminar ini diadakan sebagai upaya memberi pemahaman kepada
orang banyak, khususnya mahasiswa agar mampu menjaga keutuhan bangsa.
Adi menyampaikan
penyebaran paham radikal di Indonesia sangat masif dan cepat. “Tidak ada satu
wilayah pun di Indonesia yang luput dari penyebaran paham radikal.”
Kampus saat ini menjadi
salah satu sasaran penyebaran paham radikal. Ini dianggap sebagai masalah serius,
karena di kampus seharusnya lahir akademisi yang mampu mempertahankan NKRI. “Bahkan
ada oknum guru besar sebuah kampus yang terindikasi terkena (simpatisan) paham
radikal,” kata Adi.
Adi berharap mahasiswa
sebagai kaum terdidik mampu menetralisir dan meminimalisir penyebaran
paham-paham radikal. Dia berharap Kalimantan Barat terbebas dari penyebaran
paham-paham radikal.
Seminar ini juga dihadiri Anggota
DPR RI, Erwin TPL Tobing dan sejumlah pejabat di lingkungan kampus Untan. (din)