Ilustrasi ikan mujair dan mas mati di keramba apung petani di sebuah daerah. Di Kota Pontianak, ikan di keramba petani di tepian Sungai Kapuas dan Sungai Landak juga banyak yang mati karena fenomena blooming alga, Rabu (9/10).
PONTIANAK,
SP – Nyaris dua pekan warna air Sungai Kapuas di Kota Pontianak berubah
menjadi hijau bening, Rabu (9/10). Fenomena yang disebut blooming alga itu membuat
warga setempat kaget campur getun.
Berdasar reportase Suara Pemred, tak sedikit ikan mati, baik yang dipelihara dalam keramba
di tepian sungai maupun ikan liar.
Seorang pemancing, Pitra Purnomo (35) membenarkan
peristiwa warna air Sungai Kapuas yang hijau dan berdampak pada kematian ikan
secara berjemaah.
Sambil memancing, Pitra mengeluhkan banyak ikan mati
dan mengapung di permukaan sungai.
"Saya kurang tahu kenapa air berubah hijau
seperti itu dan ikan banyak mati dan timbul," ujar Pitra.
Sementara Warga Kelurahan Tambelan Sampit, Kecamatan
Pontianak Timur yang tinggal di pinggir Sungai Kapuas, Ahmad (67) mengaku heran
dengan perubahan air Sungai Kapuas itu.
Dikatakan bahwa fenomena itu sudah berlangsung
selama dua pekan saat Kota Pontianak masuk musim kemarau atau hujan belum
mengguyur kota.
“Warna airnya hijau bening dan terasa asin. Saking
asinnya, sabun tak berbusa. Tapi, sejak turun hujan, keasinan air berkurang. ,”
kata Ahmad.
Akibat Fenomena blooming alga hampir dua pekan air
sungai Kapuas berubah menjadi warna hijau bening. Rabu (9/10).
Menyikapi peristiwa tersebut, Pengamat Mikrobiologi
Universitas Tanjungpura, Rikhsan Kurniatuhadi mengatakan bahwa fenomena perubahan
air Sungai Kapuas jadi hijau disebut blooming alga atau peledakan jumlah alga, terutama
jenis alga Cyanobacteria (Sianobakteri), jenis alga hijau biru karena perubahan
kondisi lingkungan.
Dampak dari ledakan jumlah alga itu lantas membuat
air Sungai Kapuas berwarna hijau muda.
"Itu sebenarnya fenomena alam yang
diakibatkan blooming alga atau fitoplankton yang membuat nya berwarna
hijau," jelas Rikhsan.
Rikhsan menjelaskan bahwa peristiwa tersebut diakibatkan
karena peralihan dari musim kemarau ke musim hujan dan intrusi air laut ke
sungai, sehingga memungkinkan masuknya fitoplankton dan mengakibatkan
terjadinya blooming alga.
Sementara penyebab air berubah menjadi jernih
adalah karena memasuki musim hujan dan akibat intrusi air laut sehingga
kelarutan Daerah Aliran Sungai (DAS) berkurang.
"Intrusi air laut ke sungai itu memungkinkan
masuknya plankton kemudian terjadi blooming. Untuk masalah jernih itu lebih ke
karena intrusi air laut dan sekarang musim hujan. Jadi, kelarutan DAS
berkurang," jelasnya.
Selain itu, lanjut Rikhsan, yang menjadi salah satu
faktor blooming alga adalah unsur fosfor dan nitrogen yang ada di dalam sungai
turut memberi pengaruh terjadinya blooming.
“Dan karena fitoplankton dan sianobakteria sering
muncul di daerah permukaan, makanya ketika blooming terjadi air sungai berubah
menjadi warna kehijauan," katanya.
Rikhsan menjelaskan bahwa dampak blooming alga
tidak berbahaya bagi manusia. Sebab, fitoplankton tidak bersifat infeksius, namun
akan berdampak pada berbagai biota laut karena berkaitan dengan nutrisi zat-zat
unsur hara di sungai.
"Apakah itu (blooming alga) akan bertahan
lama, tergantung cuaca dan debit air. Jika dia (blooming alga) menutupi daerah
permukaan perairan, bisa mengurangi kadar oksigen dalam air dan akan berdampak
terutama hewan-hewan air seperti ikan dan merugikan tambak apung milik warga
setempat," tutupnya. (put/ana/bah)
Pemerintah Bantu Petani
Mahasiswa
IAIN Pontianak, Zarkasyi meminta Pemerintah Kota Pontianak mengecek keramba
ikan milik petani di tepian Sungai Kapuas dan Sungai Landak.
“Pemerintah
kota harus turun ke lapangan, meninjau lokasi keramba ikan milik petani di
tepian sungai. Jika banyak yang mati, otomatis petani akan merugi. Pemerintah
kota wajib membantu petani meringankan kerugian usahanya,” kata Zarkasyi.
Satu
di antara cara membantu petani keramba apung itu yakni memberikan bantuan bibit
ikan yang dibudidaya mereka, seperti nila atau mas.
“Selain
membantu memberikan bibit ikan, pemerintah juga bisa menyubsidi harga pakan
ikan. Tindakan bantuan ini kasuistik saja. Artinya, bantuan ada ketika petani
dirundung bencana alam seperti blooming alga itu. Namun, jika tidak, maka tidak
perlu ada bantuan. Sebab, petani keramba juga dapat bertahan dan mengembangkan
usahanya ketika musim bersahabat dengan ikan yang dibudidayakannya,” pungkas
Zarkasyi. (her/put)