PONTIANAK,
SP- Indonesia yang satu dalam keberagaman agama, etnis dan budaya kembali
menghadapi cobaan. Kasus pelemparan bom molotov di Vihara Budi Dharma
Singkawang pada Senin, (14/11), tentu tidak bisa dipandang sebagai peristiwa
tunggal. Sehari
sebelumnya, Minggu 13 November 2016, terjadi peledakan di pelataran
Gereja Oikumene Samarinda yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa seorang balita Intan Olivia Marbun berumur 2 tahun.
"Kita
tentu tidak ingin berspekulasi siapa dibalik aksi teror serta apa motif dan kepentingannya.
Masyarakat tidak punya kapasitas untuk menjawab itu. Hanya aparat hukum yang
memiliki kewenangan mengungkap kasus tersebut sejelas-jelasnya," kata
Hermawansyah, dari Masyarakat Cinta
Damai (MCD) Kalimantan Barat, dalam siaran pers yang diterima, Selasa (15/11).
Menurutnya,
kita tidak ingin kehidupan masyarakat dihantui
rasa takut. Rasa aman merupakan hak
asasi manusia yang harus dijamin oleh negara, pemerintah dan aparat
keamanan.
"Sebagai
penyelenggara negara harus segera mengambil langkah-langkah proaktif untuk
melokalisir dan meredam konflik agar tidak meluas," tuturnya.
Dia
mengungkapkan masyarakat Kalimantan Barat khususnya tentu memiliki trauma akibat
konflik sosial yang pernah terjadi pada beberapa waktu lalu.
"Kami
menyerukan kepada para tokoh masyarakat, pemuka agama dan etnis di Kalimantan
Barat agar tidak mengeluarkan pernyataan yang bersifat provokatif, dan
sebaliknya lebih banyak membumikan pesan-pesan damai di Bumi Khatulistiwa
tercinta," harapnya. (aju)
MCD Kalbar Minta Aparat Ungkap Kasus Bom Molotov
PonticityEditor sutan 2016-11-15 18:11:41 pm Dibaca : 1127
