SANGGAU, SP – Isak tangis Nurbertus Limhuan, bayi perempuan berusia delapan
bulan pecah di ruang Instalasi Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sanggau, Rabu (20/7).
Anak dari
pasangan Akiang (20) dan Dirin (18) warga Dusun Kuala Tadan, Desa Bula Bala, Kecamatan
Balai Batang Tarang, Kabupaten Sanggau ini terus mengerang kesakitan lantaran
divonis menderita mal nutrisi atau gizi buruk.
Mirisnya
lagi, bayi malang ini bukan malah mendapatkan pertolongan sigap dari pihak
rumah sakit. Namun justru dibiarkan.
Lantaran pihak keluarga belum tuntas membereskan administrasi.
Kerabat
korban, A Toni menyebutkan, Huan mulai dirawat sejak Selasa (19/7), sekitar
pukul 23.00 WIB.
Namun sampai Rabu (20/7) kemarin, bayi malang itu belum juga
mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak rumah sakit.
“Rencananya
orang tua Huan mau pulang, soalnya mereka sudah tidak sanggup mengurusi masalah
administrasinya. Kalau mau bolak-balik ngurus itu jauh, ongkosnya sudah
berapa,” ujarnya, ditemui di ruang IRNA Anak RSUD Sanggau, Rabu
(20/7).
Menurutnya,
anak kerabatnya itu diketahui menderita gizi buruk setelah diperiksa di
Puskesmas.
"Jadi
petugas kesehatan Puskesmas mengatakan Huan kekurangan gizi, berat badannya
berada di garis merah. Artinya, dalam posisi tidak normal di usia sekarang,
makanya dibawa ke sini," jelasnya.
Kejadian aneh,
tak hanya dirasakan pihak keluarga, atas lambannya penanganan yang diberikan
rumah sakit.
Namun saat
awak media mencoba meliput kejadian ini, petugas RSUD sempat menolaknya. “Abang
ni siapa ya, ada surat izin tidak. Semestinya ada surat izin dulu, baru bisa
meliput di sini,” kata petugas tersebut.
Bukan itu
saja, petugas tersebut bahkan sempat memprotes wartawan, lantaran telah
mengekspos kasus yang dialami Jisen, pasien gizi buruk yang juga sempat dirawat
di sana beberapa waktu lalu.
“Kami dulu
kecolongan sama wartawan, masa kami dilaporkan ke bupati gara-gara waktu itu,
kasus Jisen,” kesalnya kepada wartawan.
Bahkan usai melarang meliput, petugas bernada kasar
tersebut sempat menutup pintu ruang IRNA dengan cara membanting. Menunjukkan kemarahannya
akibat liputan kasus gizi buruk oleh sejumlah wartawan.
Sementara
itu, seorang keluarga pasien lainnya, mengaku sempat mendapatkan perlakuan
buruk dari petugas di RSUD.
Dia
menceritakan pernah ditegur dengan cara yang tidak mengenakkan.
“Saya memang
salah. Saya dikasi tahu jangan membawa orang ramai-ramai di saat bukan jam
besuk. Petugas itu bilang, kami sudah
cukup besabar, jangan bawa orang ramai-ramai ke ruangan ini, bernada tinggi,”
ceritanya.
Akibat
kejadian itu, dia merasa sakit hati terhadap perbuatan petugas kesehatan.
Padahal menurutnya, hal ini bisa dibicarakan baik-baik.
Terkait hal
ini, anggota Dewan Pengawas RSUD Sanggau, Adriyus Wijaya sangat menyayangkan
kejadian ini bisa terjadi. Menurutnya, persyaratan administrasi seharusnya bisa
menyusul dilakukan. Karena yang terpenting adalah penanganan pasien.
“Mereka
(petugas) juga harus segera lapor ke manajemen. Supaya bisa diambil kebijakan. Hal
seperti ini sudah sering dialami, paradigma yang tidak berubah-rubah
juga," singkatnya.
Desak
Perbaiki Layanan
Ketua DPRD setempat,
Jumadi meminta pihak Polindes, Pustu dan Puskesmas yang berada tak jauh dari
kediaman bayi tersebut, segera mengecek kebenaran diagnose gizi buruk tersebut.
“Cek apa
benar kasus gizi buruk itu, atau ada penyebab lain,” katanya.
Politisi PDI
Perjuangan itu meminta Dinas Kesehatan setempat, juga berkoordinasi dengan
petugas-petugas di lapangan agar cepat menangani kasus ini.
“Jangan sampai ada lagi kasus gizi buruk di
Sanggau ini di kemudian hari. Karena Sanggau ini menurut data statistik
terbebas dari kemiskinan," timpalnya.
Jumadi sangat
menyangkan lambannya penanganan oleh pihak RSUD sehingga pasien semakin
menderita.
“Jangan
sampai pasien meninggal baru sibuk mengurusinya. Ini nyawa manusia bukan nyawa benda
tak bernyawa,” kesalnya.
Persoalan
pelayanan RSUD itu, menurutnya memang sudah lama dikeluhkan warga. Anehnya,
sampai sekarang tak kunjung berubah. Mestinya
pihak manajemen terus mengontrol pelayanan. “Kuncinya kalau pelayanannya sudah baik, boleh
memikirkan naikkan tipe rumah sakit tersebut,” terangnya.
Jumadi juga
menyayangkan ulah petugas RSUD yang sempat menghalangi peliputan wartawan.
Menurutnya, itu sama saja mengganggu tugas kerja untuk memberikan informasi
akurat kepada masyarakat.
“Kalau mereka
(petugas kesehatan itu) marah, marahkan saja lagi,” tegasnya.
Atas kejadian
itu, dia mendesak agar ada perbaikan pelayanan oleh manajemen dan seluruh
petugas yang bekerja di RSUD.
“Rumah sakit ini pelayanan publik, mengurus
orang sakit, harusnya dengan senyuman kalau negur orang, bukan dengan
marah-marah,” pungkasnya. (pul/and/sut)
Bayi Perempuan Asal Sanggau Divonis Gizi Buruk
SanggauEditor sutan 2016-07-21 12:18:17 pm Dibaca : 748
