Bisnis post authorBob 27 September 2020

Potensi Besar Keladi Beneng di Punggur Besar, Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalbar Lakukan Tanam Perdana

Photo of Potensi Besar Keladi Beneng di Punggur Besar, Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalbar Lakukan Tanam Perdana TANAM PERDANA - Anggota DPRD Provinsi Kalbar, H. Affandie AR yang melakukan penanaman perdana Keladi Pratama atau Keladi Beneng, pada Sabtu (26/9)Ist

“Talas yang akan dieskpor ke Jepang  harus memenuhi persyaratan batas maksimum residu pestisida, bebas dari kontaminasi bakteri, memiliki tekstur, rasa, penampilan, warna dan ukuran sesuai permintaan pembeli,”

 

Ketua Komisi II DPRD Kalbar

Affandie AR

 

KUBU RAYA, SP - Anggota DPRD Provinsi Kalbar, H. Affandie AR yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi II DPRD Kalbar, pada Sabtu (26/9), melakukan penanaman perdana Keladi Pratama atau Keladi Beneng.

Saat dikonfirmasi, Affandie AR, di kebun tempat penanaman Keladi Pratama (Keladi Beneng), menyampaikan, bahwa perwakilan importir Jepang dan Australia sepakat akan membeli hasil pertanian keladi ini.

“Talas yang akan dieskpor ke Jepang  harus memenuhi persyaratan batas maksimum residu pestisida, bebas dari kontaminasi bakteri, memiliki tekstur, rasa, penampilan, warna dan ukuran sesuai permintaan pembeli,” katanya.

"Jepang merupakan negara tujuan ekspor yang sangat memperhatikan food safety (keamanan pangan) disamping food quality (mutu pangan) sehingga traceability (ketertelusuran) untuk setiap pangan yang diedarkan menjadi sebuah persyaratan yang harus dipenuhi,” papar legislator Dapil Kabupaten Mempawah-Kubu Raya ini.   

Bahkan, ia menambahkan untuk memastikan penerapan SOP ditingkat petani talas atau keladi, mnaka pihaknya akan membentuk Tim Pendamping.

Adapun Tim ini terdiri  atas unsur Dinas Pertanian Provinsi Kalbar Atau Kubu Raya, Exportir (Jepang & Australia) di Indonesia, Unit Pengolahan Tepung Talas di Jawa Timur dan Perguruan Tinggi.

Pasar ekspor talas dinilai masih terbuka lebar, sehingga pemerintah bersemangat kembangkan budidaya talas, salah satunya ‘Si Beneng’.

“Perbedaan Si Beneng dengan talas lainnya adalah umbi batang yang dipanen berukuran panjang dan besar serta berada diatas permukaan tanah, sedangkan pada talas biasa, umbi batang yang dipanen adalah umbi yang terpendam di dalam tanah,” tuturnya.

Bahkan Kementrian Pertanian RI menyatakan bahwa Talas Jumbo yang dibudidayakan ini telah menembus pasar Belanda, Jepang dan Australia. Kalau bubur dari umbi talas beneng itu untuk kosmetik, makanan dan lainnya.

“Itu yang ke Belanda, kalau ke Australia itu daun talasnya, untuk pengganti tembakau,” ujarnya.

Talas beneng merupakan singkatan dari besar dan koneng (kuning dalam bahasa Indonesia). Hal tersebut terlihat dari ukurannya yang di atas rata-rata talas pada umumnya, yaitu 120 cm, bobot bisa mencapai 42 kg dan ukuran lingkar luar batang mencapai 50 cm.

Jika kita menanam luas 1 hektare itu di butuhkan sekitar 10.000 ribu bibit talas beneng, di usia 4-5 bulan sudah mulai bisa panen daun tuanya untuk 1 batang tanaman talas beneng ini bisa mendapatkan daun 3-4 lembar dan 1 bulan sekali kita bisa panen untuk daun tuanya.

“Berarti selama 1 bulan sekali, kita mendapatkan keuntungan dari daun talas yang sudah tua dengan rata-rata 3-4 lembar daun dengan berat kurang lebih 1 kg,” lanjut Affendie AR.

“Adapun 1kg x 10.000 tanaman budidaya talas 10.000 x 1.000 per kg Berarti 3 minggu sekali keuntungan dari daun saja kita mendapatkan minimal Rp.10.000.000. Daun yang kita export adalah daun yang sudah diolah dan kering, pasar Australia siap menyerap berapapun jumlahnya,” katanya.

Sementara analisa untuk perhitungan hasil umbi dan harga penjualan umbi talas beneng, Afanndie AR memberikan sedikit ilustrasinya. Untuk harga Umbi Talas Beneng Rp1.500 kg. Maka diambil hasil umbi rata-rata dengan berat 30 Kg per batang.

“Mari kita hitung 30 KgxRp10.000 pohon maka 300 TonxRp1.500 harga umbi per Kg, sama deghan Rp. 450.000.000. Itu gambaran hitungan terendahnya, usia talas ini adalah 8-9 bulan. Jangan takut bertani dan menjadi petani millenial ditengah persaingan global dan era digital,” pungkas Affandie AR bersemangat.

Komitmen Bersama Ekspor Talas

Menurut Dedy W Kurniawan, selaku koordinator dan pemegang buyer komoditas talas ini, potensi Talas Beneng untuk dikembangkan masih sangatlah besar, terutama untuk aneka pangan lokal yang saat ini sedang banyak berkembang dan menggunakan talas sebagai bahan bakunya.

“Karena talas jenis ini mengandung protein yang lebih tinggi dan memiliki warna kuning yang menarik sehingga menjadi ciri tersendiri yang tidak dimiliki talas lain," terangnya.

Lebih lanjut Dedy menekankan Si Beneng sebagai salah satu pangan alternatif potensial yang kebutuhan domestiknya mencapai 3 sampai 10 ton per bulan untuk produk tepung talas beneng dan 30 ton per bulan dalam bentuk umbi segar untuk memenuhi permintaan ekspor ke Belanda, Jepang dan Australia melalui pengerajin di Jawa Timur

“Karena itu, potensi peningkatan produksi sangat dimungkinkan karena permintaan pasar belum dapat dipenuhi secara maksimal,” tutur Dedy.

Jadi, Lanjutnya, saat ini petani memerlukan dukungan pemerintah melalui bantuan bibit hingga sarana produksi pertanian untuk meningkatkan produksi Si Beneng, mengingat baik umbi dan daunnya memiliki nilai ekonokis yang luar biasa.

“Dan hal ini bak gayung bersambut, Affandie AR sebagai Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalbar, Politisi Demokrat ini siap akan mewujudkan bantuan yang dimaksud dalam tahun depan. Bahkan Affandie bercita-cita menjadikan Punggur Besar Sebagai sentra Keladi Beneng,” ujarnya.

Sebagai informasi jenis umbi-umbian ini memiliki sebutan beragam di setiap daerah, di antaranya Empeu (Aceh), Bete (Manado dan Ternate), Paco (Makassar) dan Kaladi (Ambon). Berbeda dengan talas pada umumnya, Talas Beneng asal Pandeglang Banten ini memiliki ukuran yang lebih jumbo dari talas biasa.

“Dengan tinggi tanaman yang dapat mencapai lebih dari 2 meter. Tanaman dengan nama latin Xantoshoma undipes K. Koch ini baru mulai dikenal banyak orang sejak tahun 2008,“ pungkasnya. (mul)

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda