Gaya Hidup post authorPatrick Sorongan 03 Agustus 2021

Sebut ‘Oppa’ di Korut, Terancam Kerja Paksa 15 Tahun: Dilarang Tiru Drama Korsel!

Photo of  Sebut ‘Oppa’ di Korut, Terancam Kerja Paksa 15 Tahun: Dilarang Tiru Drama Korsel! KETINGGALAN ZAMAN - Dialek, pakaian, potongan rambut, selera musik, dan gerakan tarian anak muda Korea Utara, semuanya menjadi sorotan karea ketinggalan zaman.(Foto & teks: Sky News)

BETAPA menyedihkan nasib Anda, jika Anda masih muda,  dan tinggal di Korea Utara. Gara-gara serbuan budaya pop tetangganya termasuk K-Pop dari Korea Selatan (sebut saja Korea), mata-mata pun disebar oleh pemerintah terutama ke kalangan anak muda. 

Kaum milenial Korut mulai latah mengikuti gaya bicara, bahasa Korea modern, atau penampilan para bintang dalam drama-drama  Korsel.

Hanya saja, soal berpenampilan gaya Korsel atau modern, mereka  tetap tak berani tampil di depan umum.  

Surat kabar resmi di negara terpencil itu, dlansir Suara Pemred dari Sky News, Senin, 19 Juli 2021,  menulis bahwa Pyongyang mati-matian untuk menghapus pengaruh budaya dari Korsel. 

Rezim Presiden Kim Jong Un secara khusus berfokus pada kebiasaan berbicara kaum milenial. 

Pagi Teriakkan ‘Hidup Kim Jong Un’, Malam Nonton Drama Korsel 
Banyak anak muda Korut yang meniru gaya bicara orang Korsel, yang mulai menyebut suami sebagai oppa, sebuah istilah yang berarti kakak laki-laki, walaupun di antara segelintir orang.

Celakalah jika ada agen pemerintah yang mendengar kata ‘oppa’, maka telinganya langsung berdiri,  kemudian mencari siapa yang mengucapkan kata itu.

Dialek, pakaian, potongan rambut, selera musik, dan gerakan tarian anak muda Korut, memang ketinggalan zaman alias uouof date, berbeda terbalik 180 detajat dengan negeri tetangga, sesama bangsa Korea. 

Toh surat kabar Korut Rodong Sinmun melaporkan, standar Korut lebih unggul,  dan kaum muda harus menggunakannya dengan benar, sambil memastikan pakaian, gaya rambut, preferensi musik, dan gaya menari yang dapat diterima. 

Sementara menurut kantor berita Korsel Yonhap dalam sebuah artikelnya, memperingatkan: “Ideologi dan budaya yang ditembus di bawah papan warna-warni borjuasi (Korsel), bahkan dianggap lebih berbahaya daripada musuh yang mengambil senjata." 

Hukuman Mati untuk Barang Jepang dan AS

Pada akhir 2020,  langkah-langkah baru lebih yang keras diberlakukan. Ini berarti, orang tua dapat didenda jika anak-anak mereka ketahuan menikmati hiburan Korsel, atau meniru cara orang Korsel berbicara.   

Siapa saja yang tertangkap menggunakan peralatan Korsel atau negara lain yang tak terdaftar, termasuk ponsel, televisi, komputer aau radio, terancam hukuman hingga 15 tahun di kamp penjara.   

Bahkan, hukuman seumur hidup dapat dijatuhkan jika seseorang terbukti mengimpor materi terlarang dari Korsel.

Sedangkan yang menyelundupkan konten dalam jumlah besar yang dibuat di AS atau Jepang, bisa menghadapi hukuman mati.

Tae Yong-ho, pembelot Korut pertama yang kemudian menjadi politisi di Korsel, menyatakan kepada Reuters pada Januari 2021: "Pada siang hari, penduduk meneriakkan 'Hidup Kim Jong Un', tetapi pada malam hari,  mereka semua menonton drama dan film Korsel."

Pada Juni 2020, laporan menunjukkan bahwa Kim telah membandingkan K-pop dengan ‘kanker ganas’, yang bisa membuat Korut ‘hancur seperti dinding basah’.*** 

 

Sumber: Sky News

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda