KRISIS perekonomian di Zimbabwe membuat banyak kaum muda di negara selatan Benua Afrika frustasi. Tak sedikit yang berubah menjadi pemabuk.
Kalangan ini pun melampiaskannya dengan cara yang 'sangat tak bergengsi' dan'putus' asa': membuat miras dari esktrak popok bayi, yang hasilnya dijamin 'nendang banget'
Hal ini karena mereka tak mampu untuk membeli merek asli bahkan jenis tradisional sekalipun.
Inilah yang sedang terjadi di Zimbabwe, negara yang bakal bangkrut setelah Sri Lanka.
Penyebabnya, baik di Zimbabwe dan Sri Lanka, diklaim sama: akibat korupsi para pemimpin negara.
Hanya saja, krisis ekonomi di Zimbabwe menjadsikan negara itu terutama di perkotaan, menjadi mengerikan. Banyak anak muda mabuk-mabukan.
Untuk mabuk pun, mereka menggunakan cara yang lebih putus asa.
Beberapa telah merebus popok bayi baru atau bekas dengan air untuk mengekstrak natrium poliakrilat dari popok bayi, di mana merek Pampers sangat terkenal.
Natrium poliakrilat digunakan dalam popok atau pembalut untuk daya serapnya.
Bahan kimia tersebut larut setelah direbus dan dapat diminum dalam cairan yang menurut beberapa orang dikenal sebagai 'jus Pampers'.
Menggunakan cara-cara yang tidak lazim untuk mabuk adalah hal biasa di pinggiran kota Harare yang padat penduduk di Zimbabwe.
Di wilayah ini, para pemuda pengangguran yang menganggur, tidak mampu membeli alkohol legal.
“Bir terlalu mahal – saya tidak mampu membelinya. Met kristal lebih murah dan membuat saya sangat mabuk selama berjam-jam daripada bir,” kata seorang pria berusia 25 tahun.
Sambil menolak menyebut nama, pemuda itu menambahkan: “Kami tahu konsekuensi kesehatannya, tetapi tidak ada yang bisa kami lakukan untuk itu."
"Apa yang bisa kita lakukan? Tidak ada apa-apa. Ini adalah Zimbabwe, segalanya sulit. Tidak ada pekerjaan," katanya.
Di daerah dengan kepadatan tinggi, di mana tingkat kemiskinan tinggi, adalah umum untuk melihat orang mabuk atau terbius.
Mereka tidur di trotoar atau terjebak di pinggir jalan setelah menyalahgunakan narkoba seperti shabu.
Kata slang lokal, 'KuSticker' mengacu kepada orang yang berjuang untuk berjalan atau berbicara setelah mabuk atau mabuk
Hanya saja, perang di Ukraina kian memperpuruk perekonomian di Zimbabwe akibat ancaman kelparan menyusul tersendatnya pasolan gandum dari Ukraina akibat berperang dengan Rusia.
Inflasi di Zimbabwe telah mencapai 191,6 persen pada Juni 2022, pengangguran meningkat tinggi, melemahnya mata uang, dan kurangnya investasi.
Koran New Zimbabwe melaporkan, Rabu, 13 Juli 2022, krisis ini membuat pemerintahan Presiden Emmerson Mnangagwa kebingungan untuk segera mengatasinya.
Di banyak kota, orang-orang membeli pakaian bekas yang dikirim dalam bal dari Inggris dan mengekstraksi residu dari popok bayi di Zimbabwe di tengah krisis biaya hidup yang diperburuk oleh perang di Ukraina.
Sementara satu dolar AS secara resmi diperdagangkan pada 362 dolar Zimbabwe, dan di pasar gelap paralel nilainya setidaknya 550 dolar Zimbabwe.
Di seluruh negeri, sebagian besar warga Zimbabwe sekarang ini bergantung pada pembelian pakaian bekas di tengah krisis biaya hidup yang melonjak.
“Itu adalah tanda betapa buruknya hal-hal itu. Itu adalah strategi bertahan hidup. Jika Anda tidak dapat pergi ke toko formal dan membeli pakaian seharga $30, Anda pergi dan membeli pakaian bekas seharga $2,” kata Profesor Gift Mugano, seorang ekonom.
“Ada kesulitan ekonomi pada orang-orang, jadi orang membeli pakaian kedua sebagai langkah mitigasi. Bukan itu yang diinginkan rakyat," lanjujtnya.
Mugano menyalahkan kebijakan ekonomi dan korupsi Pemerintah Zimbabwe atas masalah keuangan, dengan invasi Rusia ke Ukraina yang memperumit masalah.
“Ekonomi berada di unit perawatan intensif sebelum perang Rusia di Ukraina dimulai,” kata Profesor Mugano.
“Perang Rusia-Ukraina menumpuk kesengsaraan pada orang yang sudah dalam perawatan intensif," tambahnya.***
Sumber: New Zimbabwe