TAK pernah lelah untuk bersedekah bagi kaum miskin, terutama bagi anak yatim. Di Provinsi Kalimantan Barat (Klabar), gerakan sosial tersebut sangat terasa dari kalangan umat Muslim sejak dimulainya pandemi Covid-19 pada 2020.
Selain bagi kaum dhuafa dan penghafal Al Qur'an, target bersedekah ini lebih diutamakan bagi anak yatim di panti-panti Muslim, walaupun ada juga komunitas yang bersedekah kepada kalangan non-Muslim.
Di Kalbar sendiri, tak sedikit pondok pesantren (ponpes), yang juga menyediakan panti asuhan anak yatim di mana anak-anak ini juga berdatangan dari luar Kalimantan.
Di Kalbar hingga 2022, dari data yang diperoleh Suara Pemred dari Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, terdapat 245 ponpes.
Dengan demikian, Kalbar menempati peringkat ke-11 sebagai provinsi dengan ponpes terbanyak dengan santri sebanyak 38.989 orang.
Jika dirinci lagi maka jumlah ponpes terbanyak adalah di Kabupaten Mempawah di mana tak sedikit juga sekaligus panti asuhan.
Dengan jumlah ponpes plus panti asuhan anak yatim sebanyak itu, menurut Betty Mantiko, Ketua Forum Sedekah Lintas Komunitas Kalbar, wajar jika komunitas-komunitas sosial Muslim tergerak untuk membantu.
"Pemerintah kita, baik tingkat provinsi, kabupaten dan kota, tentu saja kerap kesulitan untuk memantau keberadaannya. Termasuk memberikan bantuan rutin, mengingat banyaknya ponpes, apalagi yang berada di pelosok Kalimantan Barat," lanjutnya.
Menurut disainer sekaligus pengelola kursus disain busana muslim terkenal di Pontanak ini, di Kalbar terdapat banyak komunitas sosial muslim yang rutin bersedekah ke ponpes-ponpes, panti-panti anak yatim dan panti jompo.
'Nahkoda' dari 28 komunitas sosial Muslim se-Kalbar ini mengakui bahwa banyak ponpes yang juga merangkap sebagai panti asuhan anak yatim, selain juga menyediakan pemodokan bagi santri yang dititip oleh keluarganya untuk belajar.
Betty lebih lanjut salut atas inisiatif komunitas-komunitas sosial yang tak kenal lelah untuk berbagi.
"Terutama berbagi untuk anak yatim, selain kepada penghafal Al Qur'an dan kaum dhuafa, karena inilah kewajiban kami sebagai umat Muslim," tambahnya.
Adapun menyantuni anak yatim sudah menjadi kewjaiban negara. Hal ini tercantum dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945: 'Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara'.
"Tapi sebagai umat, kita yang secara ekonomi mempunyai kelebihan, minimal semangat berbagi, wajib untuk ikut membantu pemerintah dalam memberikan santunan," ujarnya.
Masalahnya, ucap Betty: "Pemerintah kita kan sering terlalu sibuk sehingga kerap alpa untuk menjalankan kewajibanya."
Keberadaan panti asuhan anak yatim sendiri tak lepas pula dari permasalahan sosial akibat kemiskinan.
Hal ini memacu pihak panti asuhan tergerak untuk mengambil alih pengasuhan anak dari keluarga tak mampu.
Pada Maret 2022, menurut Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Kalbar, mencapai 250,25 ribu orang (6,73 persen).
Jumlah ini menurun 3,8 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2021, yang sebesar 354 ribu orang.
Namun secara nasional, dari 37 provinsi di Indonesia, Kalbar tidak masuk dalam 10 besar provuinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi.
Ke-10 provinsi ini yakni Papua (26,56 persen); Papua Barat (21,33 persen); Nusa Tenggara Timur (20,05 persen); Maluku (15,97 persen); Gorontalo (15,42 persen); Aceh (14,64 persen); Bengkulu (14,62 persen);
Nusa Tenggara Barat (13,68 persen); Sulawesi Tengah (12,33 persen); dan Sumatera Selatan 11,90 persen.
Karena Kalbar tergolong sebagai provinsi yang sejahtera, dari pantauan Suara Pemred, tak sedikit ponpes yang juga merupakan panti asuhan anak yatim, juga dihuni oleh anak yatim dari provinsi dalam kategori tingkat kemiskinan tertinggi itu.
Sebutlah di Ponpes Darisallam I di RT 03, RW 15 di Dusun V, Desa Sungai Reengas, Kabupaten Kubu Raya, yang dihuni 75 santri dan santriwati.
Beberapa anak yatim di ponpes ini datang dari Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah.
Bahkan di ponpes lain di Kubu Raya, tak sedikit anak yatim yang datang dari DKI Jakarta.
Ustadz Samsuri, pengelola Ponpes Darusallam I mengakui bahwa anak-anak ini berasal dari keluarga tak mampu. atau sama sekali tak memiliki orangtua.
Menurutnya, kedatangan anak-anak ini dilakukan lewat kerjasama antaryayasan atas dasar demi kemaslahatan umat.
Bantuan Disalurkan setelah Disurvei
Di pelosok-pelosok Kalbar, banyak ponpes yang juga menyediakan panti asuhan anak yatim, kondisinya memprihatinkan, baik dari pengadaan fasilitas belajar-mengajar, kondisi panti, dan makanan.
Hanya saja, ponpes-ponpes seperti ini banyak terbantu oleh sumbangan dari ponpes-ponpes besar, seperti Pondok Modern Munzalan atau lebih dikenal dengan nama Masjid Kapal Munzalan.
Ponpes ini rutin menyalurkabn bantuan. terutama beras ke ponpes-ponpes kecil ini.
Sebagaimana diakui oleh Ustadz Samsuri, bantuan itu sangat membantu kelangsungan ponpes dari warisan orang tuanya.
"Ada juga dari donatur yang lain. Dan memang, niat keluarga saya membangun ponpes dan asrama yatim ini semata-mata berangkat dari keikhlasna dan kewajiban kami untuk membantu anak-anak yang tidak mampu," lanjutnya.
Adapun menurut Betty Mantiko, kondisi ponpes-ponpes di wilayah pelosok Kalbar memang butuh bantuan donatur, selain pemerintah.
"Kami rutin melakukan survei sebelum menyalurkan bantuan ke ponpes-ponpes, termasuk ke ponpes-ponpes yang kondisinya prihatin, agar bantuan disalurkan tepat sasaran, dan juga ponpes yang memang perlu dibantu," lanjutnya.
Betty menegaskan, sejauh survei yang dilakukan pihaknya selama ini, ponpes-ponpes yang dibantu itu menyalurkan bantuan secara tepat sasaran.
"Belum ada yang menyimpang, karena kami memantau langsung baik untuk bantuan sandang maupun pangan. Kalau pun terjadi penyimpangan, hal ini adalah oknum," tambahnya.
Sementara itu, berbagai kalangan yang dihubungi terpisah menilai bahwa instansi-instansi terkait perlu untuk membentuk satuan tugas khusus.
Tugasnya, memantau distribusi bantuan ke ponpes atau panti asuhan, supaya bantuan benar-benar tepat sasaran.
Menurut Betty, tak sedikir warga di desa-desa pelosok Kalbar, juga membentuk kelompok sosial untuk menyalurkan bantuan ke ponpes atau panti asuhan.
"Semuanya berjalan baik, karena warga desa juga ikut melakukan pemantauan. Alhamudllilah, sepengetahuan saya, bantuan tepat sasaran. Jika pun ada yang menyimpang, pastilah itu perbuatan oknum," katanya.
Bantuan untuk Mandiri
Betty sendiri membentuk Yayasan Sedekah Lintas Komunitas. Program bantuan sandang dan pangan dari yayasannya ini, juga terasuk pengadaan bibit tanaman dan ternak agar ponpes kelak bisa mandiri.
"Umpamanya, kami membagikan bibit ikan lele, agar ponpes, apalagi yang juga memiliki panti asuhan, bisa terbantuk ekonominya dari hasil ikan lele, serta juga untuk memenuhi kebutuhan pangannya," tambah Betty.
"Aktivitas kami ini juga melibatkan mahasiswa, sekaligus untuk memberikan edukasi supaya terjadi pergerakan ekonomi di ponpes-ponpes ini," tambahnya.
Bersedekah, bagi Betty, juga harus disertai dengan edukasi, supaya ponpes-ponpes kelak bisa mandiri alias tak selamanya mengandalkan bantuan donasi dari pemerintah, swasta maupun perorangan.
Penggagas komunitas Seribu Laskar Langit mengakui bahwa forum lintas komunitas tersebut belum setahun terbentuk.
Ini diawali dengan bergabungnya 28 kelompok atau yayasan sosial ketika menggelar buka puasa bersama dengan 2.500 anak yatim, penghafal Al Qur'an di Masjid Mujahiddin Pontianak,menjelang Idul Fitri 2022.
'Tsunami' Kebaikan
Sementara bagi Ustadz Luqmanhakim, maraknya gerakan sosial di kalangan umat Muslim ini layak disebut sebagai 'tsunami' kebaikan.
"Inilah gerakan amal yang luar biasa, yanng bakit dari kesadaran umat untuk membantu sesama yang membutuhkan bantuan," kata pendiri sekaligus pengasuh Pondok Masjid Munzalan Mubarakan Ashabulyamin di Kubu Raya,
Ditemui di sela-sela audiensi tim Rumah Makan Gratis (RMG) Khatulistiwa, Ustadz Luqmanhakim mengakui bahwa gerakan moral keimanan yang tanpa pamnrih itu , layak diacungkan jempol.
Pemimpin ponpes yang lebih dikenal sebagai Masjid Kapal Munzallan ini mengakui bahwa pihaknya juga rutin membagikan sedekah ke warga sekitarnya berupa bantuan beras,
Kalangan yang dibantu juga merata termasuk warga blasteran Tionghoa yang banyak menguni kompleks Masjid Kapal Munzalan.
Dengan adanya kesetiakawanan sosial itu juga akan semakin mempererat tali persaudaraan sesama umat dan juga sesama anak bangsa di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ustadz Luqmanhakim juga mewanti-wanti agar semua ponpes di Kalbar kelak bisa semandiri Masjid Kapal Munzalan.
Pengelola Masjid Kapal Munzalan ini aktif pula dalam berbagai gerakan sosial dan dakwah, seperti ide Gerakan Infaq Beras (GIB), yang tersebar di 30 provinsi dan 90 kabupaten serta kota di Indonesia.
Pada 2021, tercatat gerakan ini berhasil mendistribusikan sekitar 900 ton beras kualitas terbaik per bulan ke ponpes dan panti asuhan yang kolaborasi dengan komunitas-komunitas terbaik.
Total penerima manfaat sekitar 400.000 anak yatim, santri penghafal Al-Qur’an, dan fii sabilillah yang tersebar di 3.000 panti asuhan dan pondok pesantren.
Ustadz Luqmanhakim juga menginisiasi lahirnya Gerakan Sedekah Akbar Indonesia yang sudah dilaksanakan rutin di berbagai kota di Indonesia, seperti Pontianak, Bandung, Bogor, Jakarta, Samarinda, Palu, dan berbagai kota lainnya.
Gerakan ini [ada 2022 juga digelar di Kota Jogjakarta, dan ustadz ini juga menginisiasi lahirnya Pasukan Amal Sholeh (Paskas) dengan jumlah sekitar 2.500 relawan se-Indonesia.
Para relawan memastikan donasi dari para orang tua asuh dapat tersampaikan dengan sebaik-baiknya kepada para penerima manfaat.
Ustadz Luqman juga merupakan bagian dari pimpinan Masjid Kapal Munzalan yang terletak di Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak.
Masjid yang didirikan pada 2011 ini tergolong unik, karena mampu mengelola puluhan lembaga yang tergabung dalam Baitulmaal Munzalan Indonesia (BMI).
Lembaga amal tersebut ke dalam tiga kategori, yakni amal pendidikan, sosial, dan usaha.
Untuk amal pendidikan, Masjid Kapal Munzalan memiliki kelompok bermain dan Taman Kanak-kanak dengan lima cabang, Sekolah Dasar (SD), Munzalan Boarding School (setara SMP), Balai Tahfiz Quran (BTQ) dengan lima cabang, Bimbingan Belajar.
Juga pihaknya aktif di bidang pendidikan bagi Santri Penerima Amanah (SPA) di lingkup BMI dan Masjid Kapal Munzalan.
Untuk bidang pendidikan ini, Masjid Kapal Munzalan memiliki lembaga pendidikan Pondok Masjid Munzalan Ashabulyamin, yang memiliki sekitar 800 santri.
Untuk amal sosial, Masjid Kapal Munzalan memiliki Gerakan Sedekah Akbar dan Gerakan Infaq Beras yang telah memiliki cabang di berbagai daerah di Indonesia.
Masjid yang menyerupai kapal itu juga memiliki rumah sehat yang mengembangkan metode kesehatan thibbun nabawi, pengobatan medis, herbal, hijamah, dan rukyah syariah.
Pada amal usaha, Masjid Kapal Munzalan memiliki belasan bisnis produktif, seperti perusahaan kuliner, toko, mini market, distributor, hingga eksport komoditas unggulan.
Seluruh keuntungannya penilaian untuk mendukung aktivitas dakwah di lingkungan masjid dan lembaga tersebut.
Fenomena Rumah Makan Gratis
Sementara itu, Yayasan RMG Khatulistiwa juga rutin menggelar pembagian sedekah, berupa makanan gratis tiap Jumat.
Targetnya adalah anak yatim, penghafal Al Qur'am, dan kaum dhuafa. "Tentunya kami melakukan survei sebelum berabagi ke ponpes, panti asuhan, atau rumah tahfidz," kata Diah Rose, SIP, pendiri RMG Khatulistiwa.
Senada itu, Andi Syahrani, Pembina RMG Khatulistiwa mengakui, survei itu dilakukan seteliti mungkin.
"Kami belum setahun, dan mengawlai dari awal, hingga rata-rata 200 piring makanan dalam sehari," kata lelaki berdarah Bugis-Makassar ini.
Diah dan Andi sependapat, berbagi tak perlu harus dengan pamrih.
"Kami melakukannya, rutin, dan alhamudillah, pekerjaan surgawi ini lancar-lancar saja setiap Jumat, yang kami namakan Jumat Berkah," kata Diah, mantan Ratu Kebaya Kalbar ini.***
Reporter, penulis & Editor: Patrick Sorongan-Gobel