Gaya Hidup post authorPatrick Sorongan 06 September 2021

Yakuza masih Mengerikan: Awalnya Pahlawan Pembasmi Ronin

Photo of  Yakuza masih Mengerikan:  Awalnya Pahlawan Pembasmi Ronin TATO -Dari kaum Bakuto sebelum menjadi Yakuza, muncul tradisi menandai diri dengan tato di sekujur badan (irezumi) dan potong jari (yubitsume) sebagai bentuk penyesalan atau sebagai hukuman.(Foto: Istimewa)

YAKUZA masih menjadi sindikat kriminal yang menguasai perekonomian di Jepang. Pada abad ke-16, sejatinya Yakuza adalah satgas daerah-daerah (machi-yokko), yang dibentuk untuk membela rakyat dari aksi kriminal Ronin. 

Ronin adalah sebutan untuk sekitar 500 ribu personel samurai tanpa majikan setelah  bosnya, Shogun Kasai,  digulingkan oleh Shogun Tokugawa pada 1612.  Para samurai, yang awalnya bekerja sebagai  pelayan shogun (hatomo-yakko) ini kemudian menggelandang karena tak lagi memiliki majikan  (Ronin)

Hingga kini, Shogun Kasai adalah salah satu marga terbesar di Jepang yang masih sangat berpengaruh.   

Shogun sendiri adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal.

Gelar Sei-i Taishogun diberikan kepada panglima keshogunan (bakufu) sejak zaman Kamakura hingga zaman Edo.

Shogun adalah juga pejabat Tory (kepala klan samurai), yang didapatkan berdasarkan garis keturunan.

Dari Angka 8-9-3: Ya-Ku-Za

Adapun nama Yakuza diambil dari salah satu konfigurasi dalam permainan kartu Jepang: Hanafuda yang mirip Black Jack. Nilai konfigurasinya: 8-9-3, yang jika dieja dalam bahasa Jepang: 'Ya-Ku-Za'. 

Pada 2014, Majalah Fortune menyebut, aset kekayaan Yakuza bernilai 6,6 miliar dolar AS, yang menjadikannya sebagai kelompok kejahatan terorganisir terkaya di dunia, disusul  Sinaloa, kartel narkoba terbesar di Meksiko dengan aset tiga miliar dolar AS.

Seiring terus berputarnya roda zaman, sebagaimana dilansir Suara Pemred dari The Guardian, 7 September 2015, Yakuza sendiri akhirnya pecah.

Perang geng Jepang pun dikhawatirkan sebagai perpecahan sindikat Yakuza terbesar. Pada 2015, misalnya, ribuan anggota Yakuza dari klan Yamaguchi-gumi membentuk organisasi kejahatan baru setelah dikeluarkan karena tidak setia kepada bos kelompok induknya, Shinobu Tsukasa.

Para gangster pemberontak dari kelompok kejahatan terorganisir terbesar di Jepang ini telah membentuk kelompok yang memisahkan diri. Kepolisian mengingatkan bahwa perpecahan langka ini berisiko menimbulkan konflik kekerasan di antara kalangan Yakuza.

Media Jepang pada 2015 melaporkan, kelompok baru itu dipimpin oleh Kunio Inoue, kepala Yamaken-gumi yang berusia 67 tahun, sebuah geng dengan sekitar 2.000 anggota yang juga berbasis di kota pelabuhan barat Kobe. 

Polisi Jepang takut akan perang geng saat ketegangan Yamaguchi-gumi meningkat.

Kyodo News melaporkan, geng baru itu akan menyebut dirinya sendiri sebagai Kobe Yamaguchi-gumi,  dan terus menggunakan logo geng tersebut, gerakan yang kemungkinan akan meningkatkan perselisihan di antara kedua kelompok tersebut. 

Organisasi baru ini  pada 2015 memiliki sekitar 3.000 anggota, jauh lebih sedikit daripada Yamaguchi-gumi, yang total keanggotaannya sekitar 23.400, terhitung kurang dari setengah populasi gangster Jepang. 

Didirikan di Kobe oleh seorang mantan nelayan pada 1915, Yamaguchi-gumi sekarang beroperasi di semua wilayah di Jepang, kecuali tiga dari 47 prefektur (semacam provinsi).

Hal ini sangat tergantung pada pendapatan dari 'sapi perah' tradisional. seperti perdagangan narkoba atau rentenir. Geng ini kemudian terlibat pula dalam penipuan keuangan dan kejahatan kerah putih lainnya.

Kengerian yang Bayangi Pecahnya Yakuza

Keretakan internal Yakuza itu dipicu oleh kritik bahwa Tsukasa, yang menjadi pemimpin keenam Yamaguchi-gumi selama satu dekade, memberikan perlakuan yang lebih baik kepada anggota Kodo-kai, afiliasi berbasis di Nagoya yang didirikannya pada 1984. 

Pria bernama Kenichi Shinoda ini  dibebaskan dari penjara pada April 2011 setelah menjalani hukuman enam tahun karena kepemilikan senjata api. 

Di bawah kepemimpinannya, Yamaguchi-gumi dilaporkan telah menjatuhkan tindakan disipliner yang keras terhadap para pemimpin geng terafiliasi yang tidak mematuhi perintah, atau yang gagal membayar biaya keanggotaan bulanan sekitar satu juta yen. 

Tsukasa, yang menghabiskan 13 tahun penjara karena membunuh saingannya dengan pedang samurai pada 1970-an, juga ingin Kodo-kai memperluas pengaruhnya di Tokyo,  dan bagian lain Jepang timur, sehingga membuat marah rekan-rekannya di pangkalan tradisional Yamaguchi-gumi di wilayah barat Jepang. 

Laporan menyatakan, kemarahan itu terpicu setelah Tsukasa menyarankan markas Yamaguchi-gumi harus dipindahkan dari Kobe ke Nagoya.

Perpecahan serupa terjadi pada 1984 disusul tiga tahun berikutnya, ketika setidaknya 25 orang tewas, dan lebih dari 70 terluka, termasuk tiga orang tanpa ikatan geng. 

Menindak Yakuza Berarti Bumerang

Dalam sebuah wawancara langka pada 2011, Tsukasa mengklaim bahwa tindakan keras anti-Yakuza bisa menjadi bumerang, karena kelompok seperti Yamaguchi-gumi memberi banyak anak muda Jepang dengan kode moral. 

“Jika Yamaguchi-gumi dibubarkan, ketertiban umum mungkin akan memburuk,” katanya kepada surat kabar Sankei. “Aku tahu,  ini mungkin sulit dipercaya, tapi aku melindungi Yamaguchi-gumi,  agar tidak kalah dari kelompok-kelompok kekerasan.” 

Menurut media-media di Jepang,  sikap publik sudah mengeras terhadap Yakuza, berbeda dengan sebelumnya di mana geng ini ditoleransi, selama mereka tidak menargetkan warga biasa.

Salah satu editorial koran terbesar Jepang The Asahi Shimbun menulis: “Perpecahan itu menawarkan kesempatan yang baik bagi polisi untuk memperketat tindakan keras mereka terhadap sindikat untuk melemahkan kekuatannya." 

Editorial di media massa paling berpengaruh di Jepang ini menambahkan, polisi harus 'mengambil semua tindakan yang mungkin, termasuk menangkap anggota senior, untuk membuat kelompok itu gulung tikar untuk selamanya'. 

Mirip Sindikat Mafia dari Italia

Yakuza atau Gekudo dari bahasa Jepang, adalah nama sindikat terorganisir di Jepang. Geng ini juga disebut Gekudo, dan sering disebut sebagai mafia Jepang karena adanya kesamaan dengan bentuk organisasi kriminal di Italia tersebut.

Seperti pepatah Jepang: 'orang yang hanya punya martil,  cenderung melihat segala sesuatu bisa beres dengan dimartil', maka demikian juga dengan kaum Ronin.

Banyak Ronin yang menjadi penjahat dan centeng. Mereka disebut pula sebagai samurai eksentrik (kabuki-mono) urakan.

Para Ronin selalu membawa pedang, dan berbicara satu sama lain dalam bahasa slang serta kode rahasia.

Terdapat kesetiaan tinggi di kalangan sesama Ronin sehingga kelompok ini sulit dibasmi.

Untuk melindungi kota dari para kabuki-mono alias Ronin, banyak kota-kota kecil di Jepang membentuk machi-yokko (satuan tugas desa). Satgas ini terdiri dari para pedagang, pegawai, dan orang biasa, yang mau menyumbangkan tenaganya untuk menghadapi kabuki-mono.

Walaupun kurang terlatih, dan jumlahnya sedikit, tetapi satgas ini ternyata sanggup menjaga daerahnya  dari serangan Ronin.

Di kalangan rakyat Jepang  pada masa itu, machi-yokko dianggap pahlawan.

Setelah Kalahkan Ronin, Machi-yokko jadi Preman

Masalahnya pun menjadi rumit. Setelah berhasil menggulingkan para Ronin, para anggota machi-yokko malah meninggalkan profesi awal, dan memilih menjadi preman.

Hal ini diperparah lagi dengan turut campurnya Shogun dalam memelihara para machi-yokko ini.

Ada dua kelas profesi para machi-yokko: Bakuto (penjudi) dan Tekiya (pedagang).

Namanya saja kaum pedagang,  tetapi pada kenyataannya, kaum Tekiya kerap menipu,  dan memeras sesama pedagang.

Walau begitu, kaum ini punya sistem kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara Oyabun (bos), Kobun (bawahan) (anak)), dan Senpai-Kohai (senior-junior) yang kemudian menjadi kental di organisasi Yakuza.

Kaum Bakuto (penjudi) sendiri memiliki sejarah yang unik. Awalnya,  Bakuto disewa oleh Shogun untuk berjudi melawan para pegawai konstruksi dan irigasi. Tindakan ini dilakukan agar gaji para pegawai konstruksi dan irigasi habis di meja judi.

Tenaga mereka pun bisa disewa dengan harga murah.

Jenis judi yang biasa dilakukan adalah menggunakan kartu Hanafuda dengan sistem permainan mirip Black Jack. Tiga kartu dibagikan, dan jika angka kartu dijumlahkan, maka angka terakhir menunjukkan siapa pemenang.

Di antara sekian banyak angka sial di kartu ini berjumlah 20, adalah yang paling sering disumpahi orang, karena berakhiran nol. Salah satu konfigurasi kartu ini adalah kartu dengan nilai (8-9-3) yang dalam bahasa Jepang menjadi Ya-Ku-Za yang kemudian menjadi nama asal Yakuza.

Dari kaum Bakuto ini juga muncul tradisi menandai diri dengan tato di sekujur badan (irezumi) dan potong jari (yubitsume), sebagai bentuk penyesalan atau sebagai hukuman.

Awalnya,  hukuman ini bersifat simbolik, karena ruas atas jari kelingking yang dipotong membuat pemilik tangan menjadi lebih sulit untuk memegang pedang dengan mantap. Hal ini menjadi simbol ketaatan terhadap pimpinan.

Dikerahkan ke Manchuria dan Tiongkok

Waktu pun berlalu, kaum Bakuto dan Tekiya menjadi satu identitas sebagai Yakuza. Kaum ini, yang asalnya bertugas melindungi masyarakat,  berbalik ditakuti masyarakat.

Para pimpinan di pemerintahan di Jepang memanfaatkan hal ini untuk mengendalikan masyarakat,  dan menggerakkan nasionalisme.

Yakuza ikut direkrut oleh pemerintah Jepang dalam aksi pendudukan di Manchuria dan Tiongkok oleh Jepang pada  1930-an. Para Yakuza dikirim ke daerah tersebut untuk merebut tanah, dan memperoleh hak monopoli sebagai imbalan.

Peruntungan dan pamor kaum Yakuza pun tenggelam setelah Jepang menyerang PangkalanAngkatan Laut AS di Pearl Harbor di Honolulu, Ibu Kota Negara Bagian Hawaii, AS.

Militer Jepang kemudian mengambil alih kendali dari tangan Yakuza.

Para anggota Yakuza akhirnya harus memilih apakah bergabung dalam birokrasi pemerintah: menjadi tentara, atau masuk penjara.

Setelah Jepang menyerah ke Sekutu, para anggota Yakuza kembali ke masyarakat.

Tak lama kemudian, muncul satu orang yang berhasil mempersatukan seluruh organisasi Yakuza. Orang itu adalah Yoshio Kodame, seorang mantan militer  berpangkat terakhir Admiral Muda yang dicapainya di usia 34 tahun.

Yoshio Kodame berhasil mempersatukan dua fraksi besar Yakuza, Yamaguchi-gumi yang dipimpin Kazuo Taoka, dan Tosei-kai yang dipimpin Hisayuki Machii.

Yakuza pun bertambah besar keanggotaannya terutama selama periode 1958-1963,  saat Yakuza diperkirakan memiliki anggota 184 ribu orang atau lebih banyak ketimbang  tentara angkatan darat Jepang saat itu.

Yoshio Kodame dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.

Ekstasi, Pachinko dan Perdagangan Senjata

Pada masa kini, keanggotaan Yakuza diperkirakan telah menurun tajam, tetapi bukan berarti tidak berbahaya.

Tulang punggung bisnis ilegal mereka adalah judi Jepang (Pachinko), perdagangan amfetamin (termasuk ice dan ekstasi), prostitusi, pornografi, pemerasan, hingga penyelundupan senjata.

Di era 1980-an, Yakuza mengembangkan sayapnya hingga ke AS, dan ikut masuk dalam bisnis legal untuk cuci uang.

Dalam operasinya, Yakuza membeli aset di AS. Salah satu yang pernah mencuat ke permukaan adalah keterlibatan Prescott Bush, saudara Presiden George HW Bush dan paman dari Presiden George W Bush, terkait  transaksi penjualan perusahaan Aset Management International Financing & Settlements pada awal 1990-an.

Berdasarkan perkiraan kasar dari sumber majalah Far Eastern Economic Review edisi 17 Januari 2002, Yakuza diperkirakan telah menanamkan uang hingga 50 miliar dolar AS dalam investasi saham dan perusahaan di AS.

Di dalam negeri, Yakuza juga ditengarai turut berperan dalam anjloknya ekonomi Jepang selama 10 tahun terakhir. Sebagai akibat amblasnya bisnis properti dan macetnya kredit bank di Jepang pasca 1990, banyak debitor yang menyewa anggota Yakuza agar agunan tidak disita oleh bank.

Selain itu, banyak perusahaan yang memperoleh pinjaman bank pada dasarnya adalah sebuah perusahaan boneka (kigyo shatei) milik Yakuza.

Perbankan tak Berkutik

Perusahaan milik Yakuza ini diperkirakan memperoleh kredit antara 300-400 miliar dolar AS. Sebagian dari jumlah itu dialirkan ke induk organisasi Yakuza sehingga perbankan di Jepang jelas tidak bisa berkutik.

Di sisi lain, anggota Yakuza juga kerap membeli aset properti dengan harga miring dari perusahaan yang membutuhkan  uang tunai untuk dijual kembali dengan harga tinggi. Ini sudah termasuk apartemen, perkantoran, hingga rumah sakit.

Jika sebuah bangunan telah dibeli oleh Yakuza, maka tidak ada yang berani jadi tetangga mereka, dan alhasil: harga properti pun langsung jatuh, dan segera naik segera setelah Yakuza menjualnya.

Selain beroperasi secara di level bawah, Yakuza juga menggurita di kalangan politisi Jepang. Beberapa praktik suap telah terbongkar, termasuk dalam program tender proyek umum senilai trilyunan yen.

Program rekapitalisasi perbankan Jepang yang berlarut-larut tidak kunjung selesai, diperparah oleh keterlibatan Yakuza yang sangat berkepentingan dalam bisnis properti dan kredit perbankan.

Saat ini,  perbankan Jepang masih menanggung beban kredit macet sebesar kira-kira 1,2 triliun dolar AS, dan membuat ekonomi tidak bertumbuh selama 10 tahun terakhir.***

 

Sumber: The Guardian, Fortune, Kyodo News, The Asahi Shimbun, Wikipedia

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda