Jika Terjadi Perang Eropa, Beginilah Kedahsyatan Militer Rusia

Photo of Jika Terjadi Perang Eropa, Beginilah Kedahsyatan Militer Rusia Rudal hipersonik Avangard Rusia ini terbang dengan kecepatan satu mil per detik atau lebih cepat dan bermanuver sehingga sulit dideteksi.(Foto: Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia melalui AP)

JANGAN meremehkan kekuatan militer Rusia walaupun negara ini tak seraksasa ketika Uni Soviet masih berdiri. Tabloid Inggris DailyMail, Jumat (8/1), menyebutkan bahwa kekuatan militer Rusia pada 2021 ini berada pada puncaknya sejak Perang Dingin,

Selama ini biaya untuk peningkatan kualitas angkatan bersenjata Rusia berikut teknologinya teknologi dipandang sebelah mata oleh Amerika Serikat. Tapi, Kremlin ternyata memiliki persediaan hulu ledak nuklir terbesar di dunia. Perombakan selama satu dekade telah memberi Kremlin suatu kekuatan militer yang dilengkapi dengan baik dalam 'keadaan kesiapan tinggi' dengan pesawat dan pasukan berteknologi tinggi. Rekrutan secara profesional diberlakukan ketimbang lewat wajib militer.

Moskow memiliki persediaan hulu ledak nuklir terbesar di dunia dan telah meningkatkan peralatannya dalam 10 tahun terakhir. Kini Moskow  sedang memasang rudal hipersonik dan torpedo nuklir untuk memodernisasi perangkat pamungkasnya.

Institut Internasional untuk Kajian Strategis menyatakan, perombakan tersebut membuat militer Rusia 'lebih mampu saat ini jika dibandingkan di era akhir Uni Soviet'. Itu sebabnya Presiden Vladimir Putin semakin berusaha untuk menyebarkan pengaruh Rusia di Ukraina, Suriah, dan negara-negara lain.

Terus terjadinya ketegangan  antara Rusia dan Barat bakal membahayakan jika memicu perang terbuka. Sebab, Rusia memiliki kekuatan militer sangat canggih  yang sewaktu-waktu siap diturunkan. Laporan menyatakan, reformasi militer digalakkan ketika Rusia menyadari betapa sulitnya mengalahkan Georgia, bekas republik kecil di era Soviet, dalam perang lima hari pada 2008.

Pasukan konvensional Rusia telah lama kekurangan dana paska runtuhnya Soviet disusul krisis ekonomi sebagai dampaknya. kala itu Rusia lebih banyak memusatkan perhatian untuk mengembangkan rudal. Itu sebabnya  Rusia berperang mati-matian di Chechnya pada 1990-an disusul Georgia pada 2008.

Berdasarkan pengalaman pahit inilah militer Rusia mengajukan Program Persenjataan Baru yang disetujui pada 2010. Sejak itulah  terjadi peningkatan besar-besaran dalam pengeluaran uang negara untuk peningkatan peralatan termasuk pesawat tempur dan rudal jelajah serangan darat untuk Angkatan Laut Rusia.

Reformasi di bidang militer tersebut diklaim berhasil lewat 'sukses' dari intervensi militer Rusia di Krimea, Ukraina Timur, dan 'menyelamatkan' Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara di Suriah. Militer Rusia sudah dilengkapi dengan lebih baik. Personel profesionalnya pun  semakin banyak. 

Teknologi baru terus bermunculan di bidang kemiliteran. Sebutlah kehadiran pesawat tempur siluman Su-57, saingan F-22 Raptor Amerika Serikat, yang sudah unjuk gigi pertama kali di parade Lapangan Merah pada 2018. Rusia sudah menguji jet tempur tersebut di Suriah dan berencana untuk memiliki tiga resimen udara untuk 1.500 unit Su-57 pada 2028.

Mengenai jatuhnya satu unit jet tempur tersebut di timur jauh Rusia pada Desember 2020, dianggap hanya sebuah kesalahan teknis kecil dalam sistem kemudi. Kini pesawat tempur Su-27 era Soviet tersebut telah diberi varian modern yang lebih dahsyat, yakni Su-35.Rusia sudah menjual beberapa unit Su-35 ke China senilai dua miliar dolar AS yang bakal disusul Turki.

Total armada udara Moskow terdiri dari 4.163 pesawat di seluruh angkatan darat, laut, dan udara. Itu sebabnya jumlah pesawat militer Rusia merupakan yang terbesar kedua di dunia termasuk untuk pesawat angkut dan helikopter tempur.

 

Senjata Nuklir

Pengembangan senjata nuklir menjadi prioritas  dari peningkatan investasi militer Rusia selama hampir satu dekade. Pasukan Roket Strategis Rusia diperkirakan memiliki 302 rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dapat membawa sekitar 1.136 hulu ledak.

Putin juga mengklaim pihaknya memiliki kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir serta pesawat pembom nuklir berusia lebih tua tapi masih bisa digunakan. Moskow memiliki sekitar 6.375 hulu ledak nuklir dibandingkan dengan 5.800 milik AS dan 215 milik Inggris, menurut Asosiasi Pengendalian Senjata.

Uni Soviet memiliki sekitar 40 ribu hulu ledak pada puncaknya, tetapi kekhawatiran perlombaan senjata baru mulai tumbuh setelah AS mundur dari perjanjian era Perang Dingin pada 2020. Pemerintahan Presiden Trump keluar dari pakta tersebut setelah menuduh Rusia melanggar perjanjian yang ditandatangani oleh Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev pada 1987.

Rusia pun menanggapi pelanggaran itu dengan memesan rudal jelajah Kalibr yang diluncurkan di darat. Rudal ini mengadaptasi senjata yang sebelumnya diluncurkan dari kapal perang dan kapal selam. Moskow juga ingin ilmuwan roketnya mengembangkan rudal balistik jarak menengah hipersonik baru.

Padahal, senjata maut itu dilarang lewat Perjanjian Angkatan Nuklir Jangka Menengah (bahasa Inggris, baca: Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty/Perjanjian INF)  yang melarang rudal jarak pendek dan menengah diluncurkan dari darat. Perjanjian yang diteken pada 1987 antara AS dan Uni Soviet ini tentang Eliminasi Misil Jangka Pendek dan Jangka Menengah. 

Presiden Putin juga ingin memberi angkatan laut Rusia drone bawah air atau 'torpedo' yang dipersenjatai nuklir di kapal selam.Presiden ini sering berbicara tentang generasi baru senjata nuklir Rusia, yang menurutnya, tidak ada bandingannya dan dapat menyerang di mana saja di dunia, meskipun para ahli Barat mempertanyakan kesombongannya. 

Peningkatan di jajaran militer darat dan laut Rusia telah 'tambal sulam', kata sebuah laporan, tetapi mereka masih melihat 'peningkatan kemampuan yang cukup besar' dari militer Rusia itu.Rusia hanya memiliki satu kapal induk, yakni Admiral Kuznetsov, dan menderita malu ketika terbakar dan menewaskan seorang personelnya pada 2020. 

Armada 16 kapal perusak Rusia juga dikerdilkan oleh 91 armada AS karena masih mengandalkan kapal-kapal era Soviet yang 'menua'. Namun, daya tembak kapal angkatan laut telah 'diperpanjang dengan pengenalan luas rudal jelajah serangan darat', seperti Club-K. Sistem rudal dapat disembunyikan di dalam kontainer pengiriman, yang secara teoritis memberi kapal dagang kemampuan untuk melenyapkan kapal induk. 

Pasukan darat Rusia, yang berjumlah 400 ribu tentara untuk menyupai hampir 40 ribu tank dan kendaraan lapis baja, digambarkan sebagai 'lebih kecil dan lebih mampu' dibandingkan dekade 1990-an. "Unsur-unsur dari pasukan ini berada dalam kondisi kesiapan tinggi, dan memiliki pengalaman tempur," kata laporan itu. 

Program perlengkapan ulang sudah dilengkapi dengan reformasi guna menciptakan inti militer profesional ketimbang direkrut lewat wajib militer. Pria Rusia saat ini diminta untuk menyelesaikan 12 bulan dinas militer meskipun Putin sudah menyatakan tentang pengurangan wajib militer. 

Analis mencatat terjadinya 'kemajuan khusus terkait peningkatan kemampuan artileri dan rudal dengan peralatan baru termasuk sistem rudal Iskander-M. Washington sebelumnya menuduh Rusia 'mengancam Eropa' dengan menempatkan rudal nuklir di eksklave Kaliningrad yang berbatasan dengan Polandia dan Lithuania. 

Angkatan bersenjata Rusia secara keseluruhan juga telah meningkatkan sistem komputer untuk menggantikan apa yang selama ini  merupakan 'proses berbasis kertas' untuk mengeluarkan perintah. Namun, pasokan dana kemungkinan bakal lebih kecil di tahun-tahun mendatang, paling tidak karena dampak dari pandemi virus korona. 

Sebuah dokumen yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan Rusia pada Juli 2020 mengusulkan pemotongan lima persen pengeluaran militer antara 2021 dan 2023. Namun, ketika dikombinasikan dengan kebijakan luar negeri Moskow yang lebih tegas, angkatan bersenjata Rusia pada 2020 ternyata memiliki kemampuan yang tidak boleh diabaikan. 

Rusia telah menjadi perantara kekuatan utama di Timur Tengah setelah Donald Trump menarik pasukan AS keluar dari Suriah, meninggalkan Moskow dan Ankara untuk mengambil bagian. Dukungan Putin telah membantu pemimpin Suriah Bashar al-Assad memenangkan kembali hampir semua wilayah yang hilang dari pemberontak yang mencoba menggulingkannya selama perang saudara.

Pengerahan resmi Rusia diperkirakan sekitar lima ribu tentara, tetapi kelompok tentara bayaran (mercenary) Wagner juga diketahui telah bertempur di Suriah. Kremlin bersikeras bahwa Wagner tidak menerima perintah dari Rusia. Kehadiran Wagner hanya merupakan kesepakatan antara pemimpin tentara bayaran dan petinggi Moskow. 

Kelompok oposisi Suriah mengklaim, Wagner telah merekrut orang-orang di bawah pengawasan tentara Rusia yang mendukung Assad. Berbeda dengan perang yang tidak populer di Afghanistan dan Chechnya, konflik Suriah telah menyebabkan rendahnya korban tewas dari pihak Rusia karena keterlibatan pihak kontraktor swasta alias tentara bayaran. 

Washington juga menuduh Rusia mengerahkan pasukan Wagner di Libya, yang diduga mengerahkan ranjau darat di dan sekitar Tripoli. Di Ukraina, Putin juga menyangkal kehadiran resmi Rusia, tetapi Moskow secara luas dituduh membantu separatis di timur negara itu.(001)

 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda