Koran China Akui 'Drone' di Selayar Milik Akademi Ilmu Pengetahuannya

Photo of Koran China Akui 'Drone' di Selayar Milik Akademi Ilmu Pengetahuannya  Glider tersebut menggunakan 'sonar sounding' di dasar laut untuk mendapatkan peta batimetri dasar laut yang akurat.(foto: https://www.recode.id/)

PIHAK TNI Angkatan Laut tidak menyebutkan nama negara pemilik sea glidder atau drone bawah laut yang ditemukan nelayan di perairan Pulau Selayar, Provinsi  Sulawesi Selatan, jelang Natal 2020. Seaglider merupakan kendaraan bawah air (AUV) untuk pengumpulan data kelautan.

Namun rahasia yang tak disampaikan oleh pihak TNI AL ternyata diketahui Pemerintah Tiongkok. Ini ditandai lewat pemberitaan Harian South China Morning Post (SCMP). Media berbahasa Inggris milik Alibaba Group yang disebut-sebut menjadi corong Pemerintah China ini melansir pada Minggu (10/1) pukul 18.00 WIB, kendaraan bawah air tak berawak ini berlabel: Institut Otomasi Shenyang Akademi Ilmu Pengetahuan China, kemudian dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Laut Utama ke-6 di Makassar untuk diperiksa.

Empat tahun lalu, tulis SCMP, China menyita kendaraan bawah air Amerika Serikat yang dicurigai menjadi mata-mata di Laut China Selatan yang disengketakan dan mengkritik AS karena 'kegiatan pengintaian jarak dekat terhadap China'.

Sekarang, air pasang telah berbalik. Tetangga China, Indonesia, telah menemukan tiga drone bawah air China, yang terbaru ditemukan pada akhir Desember di dekat Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Kendaraan bawah air tak berawak (UUV), berlabel Institut Otomasi Shenyang Akademi Ilmu Pengetahuan China, kemudian dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Laut Utama ke-6 di Makassar untuk diperiksa.

Malcolm Davis, seorang analis senior dalam strategi pertahanan di Institut Kebijakan Strategis Australia, mengatakan penting bahwa glider ini ditemukan di Selat Sunda, yang merupakan salah satu selat maritim utama yang dapat mengakomodasi China yang mengerahkan kapal selam ke Samudra Hindia saat tenggelam. 

“Glider akan menggunakan sonar soundings di dasar laut untuk mendapatkan peta batimetri dasar laut yang akurat, serta menggunakan sensor untuk memahami kondisi termal di dalam air, dan kondisi akustik, sehingga memberikan kesempatan terbaik bagi kapal selam Angkatan Laut PLA untuk melintasi Selat Sunda tanpa terdeteksi," kata Davis sebagaimana dilansir SCMP. 

“Dengan mengerahkan glider ini di lokasi-lokasi ini - bahkan jika mereka berada di perairan negara asing - China dapat memastikan kapal selam mereka paling mampu dikerahkan dari Laut China Selatan ke Samudra Hindia, atau melawan pendekatan maritim utara dan barat Australia dalam konflik masa depan," tambah Davis. 

Masih menurut SCMP, UUV merupakan robot yang melakukan perjalanan di bawah air untuk mengumpulkan data oseanografi, seperti suhu air laut, salinitas, kekeruhan dan klorofil serta tingkat oksigen tanpa masukan dari operator. UUV dapat membantu memahami lingkungan bawah laut untuk mendukung operasi kapal selam di masa depan, dan sangat diminati oleh angkatan laut di seluruh dunia.

SCMP sendiri yang juga memiliki edisi Minggu, Sunday Morning Post didirikan pada 1903 oleh Tse Tsan-tai dan Alfred Cunningham. SCMP menjadi surat kabar Hong Kong yang tercatat sejak pemerintahan kolonial Inggris, 

Pemimpin redaksi Tammy Tam menggantikan Wang Xiangwei pada 2016. SCMP mencetak edisi kertas di Hong Kong dan mengoperasikan situs web berita online.

Sirkulasi surat kabar relatif stabil selama bertahun-tahun. Rata-rata sirkulasi harian mencapai 100 ribu pada 2016. Dalam survei tahun 2019 oleh Chinese University of Hong Kong, SCMP dianggap relatif sebagai surat kabar berbayar paling kredibel di Hong Kong. The SCMP dimiliki oleh Rupert Murdoch 's News Corporation sampai diakuisisi oleh real estat Malaysia taipan Robert Kuok pada 1993. 

Kemudian pada 5 April 2016, Alibaba Group mengakuisisi properti media dari Grup SCMP, termasuk SCMP .  Pada Januari 2017,   Gary Liu menjadi CEO SCMP. Sejak pergantian kepemilikan pada 2016, diduga SCMP menjalankan misi untuk mempromosikan soft power China atau menjadi corong pemerintah di luar negeri.  Dilansir wikipedia dari beberapa kritikus, SCMP telah menjauh dari jurnalisme independen dan merintis bentuk baru sebagai media propaganda.(scmp/wik/001)

 

 

 

 

 

 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda