Internasional post authorAju 15 Maret 2021

Vatikan Desak International Hentikan Adu-domba Muslim di Suriah

Photo of Vatikan Desak International Hentikan Adu-domba Muslim di Suriah File foto warga Duma membawa seorang pria terluka setelah serangan udara pada 2 Februari 2015.

VATICAN CITY, SP – Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus (84 tahun) mendesak dunia internasional untuk menghentikan konflik adu-domba antar antar sesama masyarakat Muslim di wilayah Negara Suriah.

Media resmi Vatikan, Vaticannews.va, Senin, 15 Maret 2021, melaporkan, Paus Fransiskus menyesalkan dekade perang saudara antar sesama masyarakat Muslim dan umat beragama lainnya yang merusak Suriah.

Paus Fransiskus memperbarui seruannya untuk diakhirinya perang saudara Suriah yang telah berlangsung selama satu dekade, karena orang-orang di negara Timur Tengah itu berjuang untuk bertahan hidup.

Paus Fransiskus tidak menyebutkan negara mana-mana saja yang terlibat baik langsung dan tidak langsung terhadap konflik di Suriah yang kemudian memunculkan organisasi teroris The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), 2014 – 2017.

Tapi dunia internasional sudah tahu, Federasi Rusia dan sekutunya melawan Amerika Serikat dan sekutunya, telah memicu konflik berkepanjangan di Suriah.

Federasi Rusia dan Iran, diketahui mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad, karena melibatkan Suku Kurdi di dalam pemerintahan. Amerika Serikat, Inggris, Turki, Arab Saudi, mendukung kelompok Muslim Syiah yang berseberangan dengan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.

Jumat, 26 Februari 2021, Amerika Serikat melakukan serangan udara di wilayah Suriah, di sejumlah lokasi yang diklaim tempat persembunyian Kataib Hezbollah dan Kataib Sayyid al-Shuhada dari kelompok Muslim Syiah yang dikenal didukung Iran.

Presiden Amerika Serikat, Josef R Biden, disebut menyetujui serangan pada Jumat, 26 Februari 2021, sebagai respons atas serangan terhadap base camp militer Amerika Serikat di sejumlah tempat di wilayah Iraq, Senin, 15 Februari 2021. Iraq bertetangga langsung dengan Suriah.

Kantor Berita Nasional Federasi Rusia, Telegrafnoie Agenstvo Sovietskavo Soyusa, tass.com,  dan Kantor Berita Nasional Italia, Agenzia Nazionale Stampa, ansa.it, menyebut, ada empat kelompok besar yang terlibat dalam konflik ini.

Yakni rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad, Rusia dan Iran, lalu Turki yang menjadi pendukung massa anti Assad.

Turki sebenarnya masuk dalam perang sipil di Suriah sejak 2011. Pemerintah Turki mendukung Free Syrian Army (FSA), Angkatan Bersenjata Pembebasan yang menjadi lawan Bashar al-Assad.

Turki dengan Organisasi Intelijen Nasional Turki, Milli Istihbarat Teskilati (MIT) melatih khusus tentara Free Syrian Army (FSA), Angkatan Bersenjata Pembebasan Suriah. Bukan cuma untuk memerangi tentara Bashar al-Assad, tapi juga memerangi The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang ketika itu tengah jadi musuh bersama di seluruh dunia.

Bergabungnya Turki bukan tanpa alasan. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menuding Presiden Suriah, Bashar al-Assad telah melakukan kejahatan perang di wilayah yang berbatasan dengan Turki ini.

Kemarahan Turki, dipicu pula pada tahun 1999, Bashar al-Assad memutuskan Suku Kurdi masuk dalam struktur pemerintahan Presiden Suriah. Padahal Suku Kurdi, paling dibenci Presiden Turki, karena dinilai paling bertanggungjawab atas invasi Amerika Serikat dan sekutunya di Iraq, 2003 – 2011.

Tahun 2003 Turki menolak untuk bekerja sama dengan koalisi menentang Presiden Iraq, Saddam Hussein, karena ada Suriah di dalamnya.

Suku Kurdi, merupakan etnis terbesar di Timur Tengah. Tapi setelah Perang Dunia I, Suku Kurdi tidak bisa memiliki negara sendiri, dan tersebar di Turki, Suriah, Irak dan Iran.

Sebagaimana kelompok minoritas, suku ini kerap menghadapi represi. Dengan sokongan dari grup milisi Partai Pekerja Kurdi, Partiya Karderen Kurdistan (PKK), kelompok ini meminta kemerdekaan dari Turki.
 
Tahun 1980, kekerasan terjadi antara pemerintah Turki dan PKK. Ini membunuh 10 ribu orang. Saat itu PKK disebut sebagai organisasi teroris, baik oleh Ankara, Amerika Serikat maupun Uni Eropa.

Saat perang Suriah terjadi, pemerintah Suriah yang diyakini Turki terafiliasi dengan Partai Pekerja Kurdistan yang disebut Partiya Karderen Kurdistan (PKK), yakni melalui Unit Proteksi Rakyat, People's Protection Units, Yekineyen Parastina Gel (YPG).

YPG, sebuah partai politik oposisi milik Suku Kurdi di Turki, memiliki koneksi langsung dengan Kurdish Democratic Union Party, Partiya Yekitiya Demokrat (PYD) yang berkedudukan di Suriah. YPG mengontrol Suriah Barat Laut di kawasan di mana Idlib dan Aleppo berada.

Ada sebuah teori konspirasi yaitu rencana pembangunan pipa gas. Mengutip kantor Berita Nasional Italia, Agenzia Nazionale Stampa, ansa.it, ada rencana Amerika Serikat dan sekurunya untuk membangun jaringan pipa gas alam cair, Liquefied Natural Gas (LNG) dari Qatar yang tersambung sampai ke Eropa.

Pipa membentang melalui Arab Saudi, Kuwait, dan Iraq. Qatar adalah eksportir LNG terbesar di dunia. Pada 2018, ekspor LNG Qatar mencapai 104,8 miliar meter kubik.

"Pipa sudah siap di Turki untuk menerima pasokan gas tersebut. Hanya saja ada penghalang yaitu Al-Assad. Pada 2009, Presiden Suriah, Bashar al-Assad menolak proposal dari Qatar karena menjaga kepentingan sekutunya, yaitu Federasi Rusia," sebut Felix Imonti, pengamat energy kepada ansa.it.

Menurut British Broadcasting Corporation (BBC), bbc.com, Federasi Rusia adalah pemasok gas utama di Benua Biru. Mengutip data Eurostat, sekitar 37% pasokan gas di Uni Eropa datang dari Negeri Beruang Merah, itu.

Qatar dan Turki yang sudah bersiap membangun jaringan gas, tentu gigit jari. Oleh karena itu, Presiden Suriah, Al-assad, harus disingkirkan.

Vaticannews.va, melaporkan, pada tanggal 15 Maret 2011, kerusuhan di antara orang-orang Suriah memuncak. Protes terhadap pemerintahan Ba'athis Presiden Bashar al-Assad meningkat menjadi konflik bersenjata menyusul penindasan dengan kekerasan terhadap demonstrasi.

Perang saudara Suriah, kata Paus Fransiskus setelah doa Angelus pada hari Minggu, 14 Maret 2021, "telah menyebabkan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di zaman kita."

“Jumlah korban tewas dan luka yang tak terhitung, jutaan pengungsi, ribuan hilang, kehancuran, segala jenis kekerasan dan penderitaan luar biasa bagi seluruh penduduk, terutama yang paling rentan, seperti anak-anak, wanita dan orang tua,” kata Paus Fransiskus.

Sebagai tanggapan, Paus Fransiskus memperbarui "seruan sepenuh hati" untuk semua pihak dalam konflik untuk "menunjukkan tanda-tanda niat baik, sehingga secercah harapan dapat terbuka bagi populasi yang kelelahan."

Paus Fransiskus meminta komunitas internasional untuk memberikan komitmen yang "tegas dan diperbarui" untuk membangun kembali bangsa, sehingga "setelah senjata diletakkan, tatanan sosial dapat diperbaiki dan rekonstruksi serta pemulihan ekonomi dapat dimulai."

“Mari kita semua berdoa kepada Tuhan agar penderitaan besar di Suriah yang kita cintai dan tersiksa tidak boleh dilupakan, dan agar solidaritas kita dapat menghidupkan kembali harapan.”

Dan Paus Fransiskus memimpin umat beriman dalam pembacaan Salam Maria.

Sejak konflik meletus satu dekade lalu, Suriah telah menyaksikan kehancuran dan pengungsian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Saat ini, lebih dari 5 juta warga Suriah telah meninggalkan negara itu dan 6 juta tetap mengungsi secara internal. Selain itu, dengan lebih dari 13 juta orang membutuhkan bantuan, konflik tersebut telah menyebabkan penderitaan yang tak terhitung bagi pria, wanita, dan anak-anak Suriah.

Dalam kondisi seperti itu, bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan.

Lebih dari 13,4 juta orang di negara itu membutuhkan semacam bantuan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pada saat yang sama, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa mengirimkan bantuan itu adalah bisnis yang berbahaya, terkadang mematikan: rata-rata, setidaknya dua pekerja bantuan dan delapan personel medis telah terbunuh di Suriah setiap bulan selama dekade terakhir.

Vaticannews.va melaporkan, situasi di barat laut Suriah, di mana jutaan anak tetap terlantar, sangat mengkhawatirkan, dengan banyak keluarga telah melarikan diri dari kekerasan beberapa kali, beberapa sebanyak tujuh kali, untuk mencari keselamatan.

Mereka tinggal di tenda, tempat berteduh, dan bangunan yang rusak atau terlantar.

Di tempat lain, setelah perang selama satu dekade, 9 dari 10 anak yang masih berada di dalam negeri membutuhkan bantuan.

Dana the United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), mengatakan keluarga telah didorong ke ambang keputusasaan. Lebih buruk lagi, ekonomi Suriah juga compang-camping.

Rata-rata harga sekeranjang makanan meningkat lebih dari 230 persen dalam setahun terakhir, dan lebih dari setengah juta anak di bawah usia lima tahun menderita stunting, akibat kekurangan gizi kronis.

Situs berserjarah hancur

Militan ISIS meledakkan dua makam kuno yang merupakan situs Islam bersejarah di Kota Palmyra, Suriah. Yang pertama adalah makam Muhammad bin Ali, salah satu keturunan Ali bin Abi Talib, keponakan Nabi Muhammad.

Dan satunya adalah kuil Shagaf, atau Abu Behaeddine, seorang tokoh agama dari Palmyra yang berusia hampir 500 tahun.

Palmyra merupakan destinasi wisata yang terkenal di Suriah. Pengunjung dari berbagai belahan dunia datang ke Palmyra untuk menyaksikan berbagai keindahan peninggalan kebudayaan kuno Islam dan Romawi, demikian dijelaskan dalam laman situs National Geographic.

Kota Palmyra berada di timur laut Damaskus. Reruntuhan Romawi di kota tersebut menggabungkan seni Yunani-Romawi dengan pengaruh Persia. Karena penggabungan itu, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menobatkan reruntuhan tersebut sebagai salah satu pusat kebudayaan paling penting dari dunia kuno.

ISIS menghancurkan museum Arch of Triumph yang didirikan 2.000 tahun  di kota tua Palmyra, Suriah.

Keterangan kepala benda purbakala Suriah kepada media massa, Senin, 5 Oktober 2015, Arch adalah salah satu situs kuno yang sangat terkenal di Palmyra sekaligus pusat kota bangsa Suriah dengan sebutan "Bride of the Desert". Kawasan bersejarah itu dikuasai ISIS sejak Mei 2015.

Kota ini penuh dengan monumen seni melengkung berdiri di sepanjang jalan kota tua yang memiliki gabungan budaya kekaisaran Romawi, Persia, dan Timur.

Adapun Arch of Triumph dikenal sebagai "Mutiara Padang Padang Pasir", sebuah oasis tua di Kota Palmyra terletak di sekitar 201 kilometer sebelah timur laut Damaskus sangat populer menjadi tempat pemberhentian bagi para pelaju yang melakukan perjalanan pada Jalur Sutera.

Tempat ini juga dimasukkan ke dalam daftar warisan dunia UNESCO. Sebelum perang saudara Suriah berkecamuk, sekitar 150 ribu wisatawan mendatangi Palmyra setiap tahun.

Citra satelit menunjukkan kerusakan luas dialami situs kuno di Aleppo pada 2014. Pantauan sebelum dan sesudah analisis selama 2011-2014 juga menunjukkan kerusakan di beberapa masjid bersejarah di Suriah, seperti Masjid Agung Aleppo, Souq al-Madina, Hammam Yalbough an-Nasry, dan Khusruwiye. Banyak sekolah al-Quran dan bangunan bersejarah lainnya di selatan dan utara Suriah rusak lantaran mortir perang.

Kerusakan parah juga dialami di selatan Suriah. Di daerah tersebut banyak bangunan peninggalan raja dari abad 13 - 19 Masehi. Teater Romawi kuno di Kota Bosra pun tak lepas dari dampak perang. Pangkalan militer baru dibangun di atas situs arkeologi ini.

Situs lainnya yang hancur adalah Crac des Chevaliers, benteng yang dibangun Tentara Salib. Benteng ini mengalami kerusakan besar pada bangunan utama dan menara di tenggara benteng.

UNESCO menempatkan enam situs warisan dunia tersebut pada “Daftar Warisan Dunia dalam Bahaya” pada 2013 saat perang Suriah telah menewaskan 100 ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi.

“Dari kontak dengan beberapa sumber di Suriah, kami mengetahui bahwa ada kerusakan di beberapa situs di Suriah. Tapi kami tak menyangka kerusakannya sebesar ini,” ujar Direktur Penelitian dan Program, Penn Cultural Heritage Center, University of Pennsylvania Museum of Archaeology and Anthropology, Brian Daniels.*

Sumber: Vaticannews.va/tass.com/ansa.it/bbc.comtempo.co. Ali Bahasa: Aju

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda