Internasional post authorAju 17 Mei 2021

Presiden Joko Widodo Mendesain Dukung Palestina Usir Hamas

Photo of Presiden Joko Widodo Mendesain Dukung Palestina Usir Hamas Presiden Indonesia, Joko Widodo

JAKARTA, SP – Pegiat media sosial, pelaku bisnis dan pengamat politik Indonesia, Erizely Bandaro, mengatakan, Presiden Indonesia, Joko Widodo, tengah mendesain dengan negara lain, untuk mendorong Presiden Palestina, Mahmud Abbas, mengusir organisasi teroris Hamas dari daerah otonomi khusus Gaza.

“Kemerdekaan Palestina, itu, hanya soal waktu,” kata Erizely Bandaro, Senin, 17 Mei 2021, menanggapi intensitas serangan Israel terus meningkat ke Gaza, untuk melumpuhkan basis pertahanan Hamas sejak Senin, 10 Mei 2021.

Israel, Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Arab Saudi, Yordania, Mesir dan Jepang, menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris. Tapi Iran, Rusia, Turki, tidak mengambil sikap atas Hamas (Yousef, Mosab Hassan, 2010).

Posisi Hamas yang sudah ditetapkan sebagai organisasi teroris, meskipun memenangi Pemilihan Umum legislatif di Palestina tahun 2006, membuat posisinya semakin terjepit, karena di wilayah negara Arab, Hamas hanya tinggal didukung Iran dan Qatar.

Joko Widodo mendesain kekuatan organisasi Partai Politik Fatah di bawah Presiden Palestina, Mahmud Abbas, untuk mengusir Hamas, bisa dilihat dari situasi psikologis masyararakat menghadapi demonstrasi di depan Istana Negara, Jakarta, pada 4 Nopember 2016, dimana dikenal dengan sebutan aksi 441.

Menurut Erizely Bandaro, waktu terjadi aksi 411 yang mendatangi istana dengan jumlah manusia menyemut, kita sempat bertanya. Apa iya pemerintah lemah sehingga mudah sekali diancam oleh massa.

Kemudian demonstrasi susulan dilanjutkan pada 2 Desember 2016 yang dikenal dengan aksi 212.

Di sini, terpaksa Presiden Joko Widodo, meladeni aksi massa itu dengan berpayung di tengah hujan deras presiden mendatangi massa. Mungkin ini kali pertama aksi massa yang sukses menekan Presiden Indonesia.

Apa yang terjadi Front Pembela Islam (FPI), Forum Umat Islam (FUI) dan lain lain merasa diatas angin dan hidung besar. Aksi itu bisa memastikan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kalah sebelum Pemilihan Gubernur Jakarta tahun 2017. Ahok,  Dan bahkan masuk penjara. Mahal ongkosnya.

Tapi tahukah anda, apa yang terjadi setalah aksi itu? Presiden Joko Widodo, bisa dengan mudah keluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 2017, tentang pembubatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

 Undang-udang  informasi dan transaksi elektronik direvisi. Hitung, sudah berapa para provokator masuk penjara karena undang-undang.  Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, tentang: Tindak Pidana Teroris, disahkan.

Padahal konstitusi itu semua sudah diperjuangkan sejak era tahun 2002. Namun selalu gagal oleh koalisi Partai Islam. Untuk memaksa secara politik, maka partai nasionalis perlu merekayasa drama kolosal.

“Hebatnya dalam politik, aktor tidak sadar dia ada dalam design drama  politik. Kerena sutradara sangat smart memframing situasi dan kondisi, sehingga aktor masuk jebakan. Dan skakmat,” kata Erizely Bandaro.

Erizely Bandaro, tentang konflik Israel dan Hamas, maka two state solition untuk Palestina datang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Diakui  oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI). 

Singkatnya Israel kalau ingin diakui sebagai negara, maka harus akui Palestina sebagai negara berdaulat. Titik. Israel jelas keberatan. Itu disampaikan sejak usai perjanjian Oslo.

Perjanjian Oslo, Norwegia pada 20 Agustus 1993 dan secara resmi ditanda-tangani di Washington D.C, pada 13 September 1993 oleh Mahmud Abbas yang mewakili Palestine Liberation Organization (PLO) dan Shimon Peres yang mewakili Israel.

Namun PBB tidak mau tahu. Segala upaya diplomasi Israel kandas. Lantas bagaimana mematahkan Two state solution itu ?ya Israel menggunakan pasal peralihan dalam kesepakatan Oslo. Yaitu memungkinkan dibukanya perundingan kedua belah pihak bila ada penolakan dari rakyatnya.

“Ya, kehadiran Hamas yang menolak kesepakatan Oslo membuat jalan Palestina merdeka berdaulat sesuai koridor PBB, Two-state solution kandas sudah.  Semua negara Arab dan OKi termasuk pak Jokowi berusaha membujuk Hamas agar  bersatu untuk mencapai two state solution.”

“Tapi Hamas semakin garang. Semakin meningkatkan tekanannya di wilayah Gaza lewat jihad islamiah. Dan ini memprovokasi Israel melakukan aksi polisionalnya di Gaza. Semua itu nampak real dan logis. Padahal semua itu drama.”

Erizely Bandaro, mengatakan, kita yang awam tetap tidak akan sadar kalau itu adalah drama. Walau faktanya kita tahu karana itu jalan menuju kemerdekaan Palestina yang sudah disediakan PBB gagal. Hebatnya, Israel gunakan issue agama agar gerakan Hamas tidak bisa dinarasikan dengan akal sehat.

“Selagi ada orang tidak waras maka selama itu jalan perundingan damai tidak akan terjadi.  Presiden Indonesia, Joko Widodo, mengecam Israel, tapi sebenarnya mendesak rakyat Palestina mengusir Hamas. Usir Hamas, jalan kemerdekaan buat Palestina, terbuka lagi,” kata Erizely Bandaro.*

Sumber: fb erizely bandaro

 

Redaktur: Aju

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda