Karl Marx, ‘Bapak’ Komunisme yang Tega Khianati Teman dan Hamili PRT

Photo of Karl Marx, ‘Bapak’ Komunisme yang Tega Khianati Teman dan Hamili PRT KARL MARX – Karl Marx adalah salah satu pemikir paling berpengaruh sepanjang masa. Tampak aksi unjuk rasa yang seorang aktivisnya mengenakan kostum menyerupai Karl Marx. (Ist)

KARL Marx adalah penggagas lahirnya komunisme  lewat buku Manifesto Komunis (1948) disusul dua edisi Das Kapital (1867 dan 1883) yang ditulis melibatkan sejarawan Friedrich Engels, tekan dekatnya yang juga mendanai penulisan-penulisan bukunya.

Toh baru saja terungkap bahwa Marx bukan tipe seorang teman sejati. Engels, rekannya yang juga banyak menolong keuangan keluarga Marx, tega difitnah oleh Marx. Ini terjadi ketika Marx berselingkuh dengan pembantu rumah tangganya (PRT), Helena Demuth.

Dari hasil peselingkuhan itu, lahir seorang anak lelaki yang belakangan dinamakan Freddy, mirip nama depan Engels. "Takut istrinya akan mengetahuinya, Marx membuat Friedrich Engels diklaim sebagai ayah Freddy. Kebenaran hanya muncul di ranjang kematian Engel," kata Gavin Kitching, profesor emeritus politik di Universitas New South Wales kepada Live Science lewat email, sebagaimana dilansir Suara Pemred, Kamis, 16 Juli 2021.

Dianut Seperlima Warga Dunia

Tulisan-tulisannya  mendapatkan popularitas pada akhir abad ke-19, setelah Marxisme menjadi ideologi resmi Sosial Demokrat Jerman, yang merupakan partai politik tertua di Jerman, menurut kantor berita Pemerintah Jerman, Deutsche Welle.

Vladimir Lenin (1870-1924) sangat dipengaruhi oleh karya Marx kemudian menjadi tokoh terkemuka Revolusi Bolshevik 1917 di Rusia. Hal ini memacu berdirinya Uni Republik Sosialis Soviet (USSR) atau Uni Soviet, sebuah negara multinasional besar yang diperintah oleh Partai Komunis.

Revolusi komunis yang dipengaruhi oleh tulisan Marx pun menyebar di belahan lain di dunia selama abad ke-20, terutama di China, Korea Utara, Kuba dan Asia Tenggara. Hal ini akhirnya menyebabkan terjadinya Perang Dingin, periode ketegangan geopolitik untuk dominasi nuklir antara pemerintah kapitalis yang demokratis seperti AS, dan rezim komunis seperti Uni Soviet.

Pada 1980, sekitar 1,5 miliar orang — lebih dari sepertiga populasi bumi — hidup di bawah pemerintahan yang mengaku sebagai Marxis-Leninis, menurut American Enterprise Institute, sebuah wadah pemikir yang berlokasi di Washington, AS.

Marx adalah seorang filsuf, ekonom, sejarawan, dan jurnalis Jerman yang terkenal karena karyanya sebagai ahli teori politik radikal dan revolusioner sosialis. Bekerja sama dengan sesama ahli teori dan dermawan Friedrich Engels, Marx menerbitkan Manifesto Komunis pada 1848, yang menjadi dasar bagi komunisme.

Tulisan-tulisannya tetap dipelajari secara luas tetapi juga kontroversial, dan mereka telah mempengaruhi gerakan revolusioner dan rezim politik selama beberapa dekade, terutama selama abad ke-20. Anak ketiga dari sembilan bersaudara ini lahir pada 5 Mei 1818 di daerah yang sekarang disebut Trier, Jerman, yang ketika itu merupakan sebuah kota di Kerajaan Prusia.

Yahudi Protestan yang jadi Ateis

Meskipun beretnis Yahudi, ayah Marx, Heinrich, telah memeluk agama Kristen, dan Karl muda dibaptis sebagai seorang Lutheran pada 1824. Namun, pendidikannya sebagian besar adalah non-religius kemjdian menjadi atheis sejati.

Pada 1843 Marx menikahi Jenny von Westphalen. Kebahagiaan dalam rumah tangga mereka diyakini semu. Bahkan, ada rumor perselingkuhan Marx dengan pembantu rumah tangganya, Helena Demuth, yang menghasilkan seorang anak bernama Freddy.  

Pada 1843, Marx dan Jenny pindah ke Paris, di mana dia dipengaruhi oleh sekelompok intelektual Jerman,  yang disebut Hegelian Muda, yang mempelajari karya filsuf Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Melalui karya-karya Hegel, Marx mengadopsi ide-ide sosialis serta pandangan revolusioner sistem politik di Eropa.  

Meskipun seorang humanis (berarti Marx memusatkan keyakinannya ke semua kepentingan manusia secara setara), belakangan Marx percaya bahwa masyarakat hanya dapat berfungsi dengan penghancuran kelas atas yang memiliki hak istimewa, dan kebangkitan kelas pekerja.

Marx menyebut kelas-kelas ini sebagai proletariat dan borjuasi, masing-masing. Selama di Paris, Marx ikut mengedit sebuah jurnal politik berumur pendek bernama Deutsch-Franzosische Jahrbucher (Buku Tahunan Jerman-Prancis) dengan Arnold Ruge, sesama anggota Young Helegians.

Jurnal ini ditujukan untuk kaum sosialis Prancis dan Jerman, untuk menandai dimulainya,  dan berlanjutnya era baru yang revolusi sosialis Marx di Eropa.  Banyak artikel Marx dalam jurnal tersebut membahas gagasan-gagasan yang nantinya akan dikembangkan dalam Manifesto Komunis. 

Tokoh yang Pengaruhi Marx

Mirip dengan Hegel, Marx sangat dipengaruhi oleh ekonom seperti David Ricardo (1772-1823) dan Adam Smith (1723-1790), menurut Allen Wood, profesor filsafat di Indiana University Bloomington. "Sebagai sejarawan abad ke-19, Marx juga dipengaruhi oleh sejarawan Prancis dari revolusi 1789, termasuk [François] Guizot (1787-1874),” kata  Wood. 

Pengaruh lain pada Marx adalah teman dan kolaboratornya,  Friedrich Engels. "Engels adalah sejarawan yang baik (dalam pandangan saya, lebih baik daripada Marx), dan karena dia tinggal di Manchester dan benar-benar menjalankan pabrik kapas, dia tahu jauh lebih banyak tentang kondisi buruh, dan kehidupan kelas pekerja secara umum, daripada Marx sendiri," kata Kitching. “Karena itu, saya pikir,  dia mempengaruhi Marx ... setidaknya sebanyak Hegel dan Ricardo."

Marx dan Engels pertama kali bertemu di Cologne pada 1842, ketika  Engels sedang melakukan perjalanan ke Inggris, menurut laporan Majalah Smithsonian. Marx mengunjungi Inggris tiga tahun kemudian, setelah membaca laporan Engels bertajuk Kondisi Kelas Pekerja di Inggris. Di sana, Marx bertemu dengan para pemimpin Chartist, sebuah gerakan kelas pekerja sosialis yang mengkampanyekan hak pilih pria secara universal.

Marx menghabiskan sebagian besar waktunya belajar di perpustakaan London dan Manchester, kemudian  pindah ke ibukota Inggris pada 1849.  Max tetap di London selama sisa hidupnya bersama keluarga, didukung secara finansial oleh Engels yang mengirimnya hingga £50 per tahun, setara dengan sekitar 7.500 dolar AS sekarang ini," tulis Smithsonian Magazine. 

Pada 1852 dan 1862, Marx menulis hampir 500 artikel untuk surat kabar New York Daily Tribune dalam tugasnya sebagai koresponden koran AS itu untuk Eropa. Ini termasuk laporan tentang peristiwa politik di Eropa dan permasalahan hak-hak sipil, ekonomi dan Perang Krimea.

Selama waktu itu, sumber daya penting untuk karyanya adalah Ruang Baca British Museum, yang merupakan cikal bakal British Library. Ruang Baca menampung banyak koleksi buku tentang sejarah, politik dan ekonomi, surat kabar dari seluruh dunia, dan dokumen pemerintah serta laporan resmi, menurut sejarawan Thomas C Jones, yang menulis untuk Museum Migrasi di London.

Arsip yang luas ini menyediakan informasi untuk artikel surat kabar yang ditulis oleh Marx dan untuk bukunya Das Kapital.  “Koleksi Ruang Baca sangat penting bagi karya Marx, sehingga sulit membayangkan pemikiran atau karya Marx berkembang di kota mana pun selain London," tulis Jones.

‘Dokter Teror Merah’ yang Berbahaya “Di zamannya, tulisan revolusioner Marx dianggap kontroversial dan bahkan berbahaya karena serangannya terhadap status quo kapitalisme,”  kata Justin Holt, profesor humaniora di Wilbur Wright College.  Ini karena Marx berteori bahwa keuntungan kapitalis adalah hasil dari eksploitasi pekerja.

"Marx menunjukkan bahwa pendapatan keuntungan kapitalis didasarkan pada non-pembayaran pekerja," kata Holt "Jadi, jika semua pekerja dibayar untuk kontribusi mereka ke margin, maka tidak ada eksploitasi. Teori eksploitasi dari Marx ini mempertanyakan legitimasi produksi kapitalis." 

Setelah Komune Paris pada 1871, di mana kaum revolusioner sosialis sayap kiri membentuk pemerintahan berumur pendek di ibu kota Prancis, Marx menerbitkan Perang Saudara di Prancis, yang menyuarakan dukungan bagi kaum revolusioner.  

Buku itu membuat Marx terkenal di London sebagai ‘dokter teror merah’, karena dukungannya terhadap revolusi kekerasan yang mengancam akan menyebar ke seluruh Eropa. Reputasi ini kemungkinan yang menyebabkan permohonannya untuk kewarganegaraan Inggris ditolak, tulis Jones. 

Bukunya yang terkenal adalah Manifesto Komunis dan Das Kapital. Buku pertama, awalnya disebut Manifesto Partai Komunis, ditulis bersama dengan Engels,  dan diterbitkan sebagai pamflet pada 1848.

Bagi kalangan penganut utama ideologi sosialis dan komunis di Eropa, manifesto ini menggambarkan konsepsi Marx tentang sejarah dalam hal perjuangan kelas: dari feodalisme abad pertengahan hingga kapitalisme abad ke-19.  

Dalam buku tersebut, Marx meramalkan bahwa komunis akan menggulingkan borjuasi serta menyelesaikan penghapusan kepemilikan pribadi,  sebelum mengangkat proletariat ke posisi kelas penguasa’. 

Manifesto Partai Komunis sekarang ini dianggap sebagai salah satu karya politik paling signifikan dalam sejarah, dan berisi baris-baris terkenal, seperti: “...sebuah hantu menghantui Eropa, hantu komunisme, dan kaum proletar tidak akan rugi apa-apa,  selain rantai mereka. Mereka memiliki dunia untuk dimenangkan. Orang-orang pekerja dari semua negara, bersatu!"

Pada 1867 dan 1883, Marx menerbitkan Das Kapital, analisis tiga volume besar tentang kegagalan ekonomi dan sosial kapitalisme. Berfokus pada argumen ekonomi, Das Kapital berpendapat bahwa kapitalisme pada akhirnya akan hancur karena tidak dapat mempertahankan keuntungan tanpa henti. 

Meninggal Tragis, tanpa Kewarganeraan

Marx meninggal karena bronkitis dan radang selaput dada di rumahnya di London pada 14 Maret 1883. Ketika wafat, Marx resmi menjadi orang tanpa kewarganegaraan,  dan dimakamkan di Pemakaman Highgate, London utara. Marx dimakamkan di dekat istrinya Jenny, yang meninggal dua tahun sebelumnya, putrinya Eleanor, pelayan keluarga Helena Demuth, dan cucunya Harry Longuet,  yang meninggal secara tragis hanya enam hari setelah kematian Marx.

“Asosiasi Marx dengan musuh-musuh AS dan sekutunya selama Perang Dingin membuat tulisannya kontroversial,” kata Holt. "Sebagian besar kesadaran politik kita saat ini dibentuk oleh konflik dengan negara-negara komunis. Karena itu, tulisan-tulisan Marx kontroversial lantaran dikaitkan dengan antagonis politik utama negara-negara non-komunis di abad ke-20." 

Sejarawan terus berdebat tentang sejauh mana Marx dapat disalahkan atas pemerintah yang mengklaim mendapatkan inspirasi dari tulisannya.

"Marx sering diidentikkan dengan rezim-rezim di Eropa Timur dan Asia,  yang baru muncul satu generasi atau lebih setelah kematiannya,  dan yang kebijakan, tindakan, dan propagandanya sangat sedikit mirip dengan apa pun yang dapat Anda temukan dalam tulisan-tulisan Marx," kata Wood.

Lahirkan Rezim-rezim  Brutal

Rezim yang terkait dengan ideoologi Marxisme melakukan banyak kekejaman selama abad ini, meskipun Marx sendiri tidak pernah menganjurkan tindakan seperti itu.  

"Namun, ini tidak berarti bahwa Marx tidak bertanggung jawab atas kediktatoran yang diciptakan atas namanya," kata Kitching. "Dia melakukannya, tetapi tanggung jawab itu berasal dari kebisuannya, dari apa yang tidak dia katakan, bukan dari apa pun dalam pekerjaannya."

Setelah runtuhnya Tembok Berlin dan Uni Soviet pada akhir abad ke-20, Marxisme secara luas dianggap sebagai ideologi yang gagal. Dalam pidato pada 1985, Presiden AS Ronald Reagan, mengutip novelis John dos Passos, mengatakan: "Marxisme tidak hanya gagal mempromosikan kebebasan manusia, tetapi juga gagal menghasilkan makanan."  

Komunisme Beradaptasi ke Ekonomi Pasar

Menjelang akhir abad ke-20, banyak rezim komunis runtuh, seperti Uni Soviet, atau melakukan adaptasi sesuai zaman. Misalnya, Partai Komunis Tiongkok yang sangat dipengaruhi oleh Marxisme, tetapi ekonominya yang besar sekarang ini berorientasi pasar.  

Negara-negara lain yang pemerintahannya berasal dari ideologi komunis dan Marxis termasuk Vietnam, Kuba dan Korea Utara. 

“Marxisme secara luas dianggap tidak relevan secara politik dan ekonomi di dunia saat ini,  tetapi masih sangat berpengaruh," tulis filsuf Peter Singer dari Universitas Princeton dalam sebuah artikel untuk Forum Ekonomi Dunia. 

“Meskipun sebagian besar teori Marx tentang kapitalisme sekarang sudah kuno, kontradiksi yang diungkapkannya  antara kebebasan ekonomi kapitalis dan ketidaksetaraan parah yang mereka hasilkan, tetap relevan,”kata Kitching. “Selama manusia terus hidup dalam bentuk masyarakat, dia disebut kapitalis atau borjuis... selama kita memiliki kapitalisme, selama itu pula manusia harus hidup dengan, dan mengatasi, kontradiksi yang dia identifikasi,” tandasnya.*** 

 

Sumber: Live Science, Deutsche Welle, Deutsche Welle 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda