PEMBERONTAKAN kelompok-kelompok separatis Islam dan komunis di Filipina selama hampir 50 tahun telah menjadi ancaman terkait realisasi pembangunan infrastuktur di Kawasan Pertumbuhan ASEAN Timur Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Filipina (BIMP-EAGA).
Masalahnya, pembangunan untuk mensejahterakan rakyat di wilayah-wilayah pelosok, terutama di tapal batas antarnegara, senantiasa tergangggu oleh serangan bersenjata oleh kelompok-kelompok itu.
Menitiberatkan kerja pembangunan di wilayah-wilayah sub atau marjinal di empat negara, BIMP-EAGA terbagi atas dua koridor ekonomi.
Koridor pertama yakni West Borneo Corridor, dan kedua, yakni Koridor Sulu–Sulawesi Raya (Greater Sulu–Sulawesi Corridor) merupakan koridor maritim, meliputi Sulawesi Utara di Indonesia, Sabah di Malaysia, serta Mindanao dan Palawan di Filipina.
Koridor ini terutama ditentukan oleh geografi Laut Sulu-Sulawesi, unit biogeografis yang sangat beragam dan signifikan secara global di jantung Segitiga Terumbu Karang sebagai pusat konsentrasi keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.
Ada hubungan perdagangan historis yang kuat di koridor tersebut, di mana perdagangannya terkonsentrasi antara Sulawesi Utara dan Mindanao (Filipina), dan antara Sabah (Malaysia) dan Mindanao (Filipina).
Koridor tersebut juga merupakan pusat saraf perdagangan barter di BIMP-EAGA, khususnya produk pertanian dan perikanan budidaya.
Konektivitas transportasi terdiri dari arus perdagangan port-to-port dan jasa pelayaran di laut Sulu-Sulawesi. Koridor ini mencakup empat rute: Palawan–Sabah, Semenanjung Zamboanga–Sabah (termasuk Basilan, Sulu dan Tawi-tawi di Filipina), Davao (Davao del Sur), dan General Santos–Sulawesi Utara.
Sementara itu, Pemerintah Filipina terus memerangi terorisme di negara itu dari kelompok muslim dan komunis yang selalu didahului imbauan untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Hanya saja, dilansir Suara Pemred dari Philippine News Agency (PNA), Rabu, 23 November 2022, perlawanan para pemberontak tersebut kian melemah.
Dilaporkan dari Kota Tacloban, seorang pejuang Tentara Rakyat Baru (NPA) telah menyerah kepada Tentara Filipina di Provinsi Samar, dan juga menyerahkan 19 pucuk senjata api.
Batalyon Infanteri ke-46 Angkatan Darat Filipina melaporkan pada Rabu, Anthony Encinas (19) berjalan selama 37 jam pada Jumat, 18 November 2022 dari Pegunungan Basey, Samar, ke keluarganya di Desa Antol di Calbiga, Samar, untuk menyerahkan diri kepada pihak berwenang.
Encinas membawa serta pistol kaliber .45 ketika dia menyerah kepada tentara pada 19 November sementara 18 senjata api lainnya diambil sehari setelahnya di Kota Calbiga.
“Saya menyerah karena rekan dan kader saya sering berselisih pendapat. Saya menyia-nyiakan satu tahun hidup saya, ”kata Encinas kepada tentara.
Dia adalah bagian dari Peleton Bugsok dari Komite Partai Regional Visayas Timur NPA yang beroperasi di provinsi Samar.
Juru bicara Divisi Infanteri (ID) ke-8 Angkatan Darat Filipina Kapten Ryan Layug mengatakan pemberontak menyerahkan empat senapan M14, enam senapan M16, empat senapan AK47, sebuah shotgun, sebuah KG9, sebuah revolver kaliber .38, sebuah M79 GL, sebuah pistol kaliber .45 , dan 14 majalah AK47.
Menurut Layug, Encinas menyerah hanya beberapa hari setelah tentara Batalyon Infanteri (IB) ke-46 dan mantan anggota NPA mengadakan dialog dengan orang tua dan kerabat anggota aktif NPA di Kota Calbiga.
Di antara yang hadir adalah Thelma Encinas, ibu Anthony.
“Ketika Anthony muncul di rumah mereka pada malam 18 November, Thelma terkejut karena mereka tidak berhubungan dengan Anthony selama satu tahun. Dia menyuruh anaknya untuk segera menyerahkan diri kepada militer,” tambah Layug.
Dalam sebuah pernyataan, Komandan ID ke-8 Mayjen Camilo Ligayo memuji Brigade 801 Angkatan Darat dan IB ke-46 atas pencapaian tersebut.
"Saya mengucapkan selamat kepada kedua unit atas upaya mereka menjangkau orang tua dan kerabat. Ini adalah hasil dari keterlibatan perdamaian lokal, yang efektif dalam mengakhiri konflik bersenjata komunis lokal," kata Ligayo.
Dia mengimbau keluarga dan kerabat anggota NPA aktif untuk membantu meyakinkan mereka untuk menyerah.***
Sumber: PNA, berbagai sumber