Internasional post authorPatrick Sorongan 26 September 2021

Kuwait Desak Iran Hormati Negara-negara Teluk

Photo of Kuwait Desak Iran Hormati Negara-negara Teluk Perdana Menteri Kuwait Sheikh Sabah Khaled al-Sabah. (Berkas/Reuters)

mendesak Iran mengambil langkah untuk membangun kepercayaan serta memulai dialog serius di kawasan Teluk berdasarkan penghormatan atas kedaulatan negara tetangga dan non-intervensi.

Karena itu Sheikh Sabah Khaled Al-Hamad Al-Sabah menyatakan, negara-negara teluk harus berusaha melindungi perdagangan maritim,  dan pergerakan bebas barang dan kapal di Teluk Arab.

Dilansir Suara Pemred dari Arab News, Minggu, 26 September 2021, Al-Sabah menyatakan hal itu selama sesi ke-76 Majelis Umum PBB di New York, AS.

Kurangi Ketegangan, Bangun Hubungan

"Langkah-langkah ini akan berkontribusi untuk mengurangi ketegangan di kawasan,  dan membangun hubungan antara negara-negara Teluk berdasarkan kerja sama, dan saling menghormati. Langkah-langkah ini juga mencerminkan keinginan masyarakat untuk hidup dalam kondisi aman, tenteram, dan sejahtera,” katanya.

Menyinggung pergumulan saat ini antara Iran dan masyarakat internasional atas program nuklirnya, Al-Sabah menegaskan bahwa kelemahan rezim proliferasi anti-nuklir telah mewakili 'ancaman eksistensial di kawasan itu'.

Pada 2015, selama kepresidenan Barack Obama, Iran menandatangani kesepakatan perjanjian nuklir dengan AS, negara-negara Eropa, Rusia,  dan China.

Kesepakatan itu, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), menempatkan pembatasan pada program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi.

Pada 2018,  Presiden Donald Trump menarik AS dari perjanjian tersebut, dan mengklaim bahwa kesepakatan itu tidak cukup ketat untuk membatasi ambisi nuklir Iran. Iran saat ini terlibat dengan AS dalam pembicaraan mengenai program nuklirnya. 

Al-Sabah menyerukan penghapusan senjata pemusnah massal dari kawasan itu,  dan menyerukan Iran untuk menjadikan kawasan itu sebagai zona bebas nuklir. 

Mengutuk Houthi

Mengenai masalah Yaman, yang mempengaruhi semua negara di kawasan Teluk, termasuk Kuwait, Al-Sabah memuji upaya Kerajaan Arab Saudi untuk mengakhiri konflik di Yaman, mengulangi seruan Kuwait pada semua pihak  terkait merundingkan diakhirinya perang saudara. 

Al-Sabah menegaskan,  resolusi konflik harus didasarkan pada inisiatif negara-negara teluk, serta konferensi rekonsiliasi antara kelompok Yaman dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan. 

Dia mengutuk kelompok Houthi karena menargetkan wilayah Saudi dengan serangan pesawat tak berawak dan rudal.

"Kami mengutuk semua serangan yang dilakukan terhadap wilayah Arab Saudi," kecam Al-Sabah. 

Yaman telah berada dalam keadaan konflik sejak 2014, ketika kelompok Houthi menguasai sebagian besar Yaman utara, termasuk ibu kota, Sanaa.

Pada 2015 koalisi Arab yang dipimpin Saudi, melakukan intervensi untuk memulihkan pemerintahan sah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Al-Sabah menekankan dukungan Kuwait untuk rakyat Palestina,  dan menyatakan bahwa negaranya berdiri di belakang Palestina dalam mencari akhir pendudukan Israel,  dan pembentukan Palestina yang merdeka di Tepi Barat dan Gaza, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Ditambahkan,  negaranya menolak kebijakan Israel membangun pemukiman ilegal, menyita tanah,  dan mengepung Gaza.

Al-Sabah  juga menyatakan dukungannya untuk upaya membawa resolusi damai untuk konflik di Suriah dan Libya terkait upaya membawa keamanan dan stabilitas di kedua negara.

Merujuk pada keberhasilan Kuwait dalam memvaksinasi 72 persen warga dan penduduknya, Al-Sabah menyatakan. Covid-19 harus dihadapi oleh semua bangsa di dunia melalui kerja sama untuk membuat berbagai jenis vaksin,  dan membuatnya tersedia untuk semua negara di duni.(PWS)

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda