Iran Diancam AS soal Nuklir, Khamenei: Dasar Keras Kepala!

Photo of Iran Diancam AS soal Nuklir, Khamenei: Dasar Keras Kepala! TIBA DI KUWAIT - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara selama konferensi pers bersama dengan mitranya di Kota Kuwait, Kamis, 29 Juli 2021. (Foto: AFP)

KUWAIT, SP – Pemerintah Republik Islam Iran terancam menghadapi tekanan AS jika bandel menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015. Sebaliknya, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menilai, desakan itu membuktikan  AS keras kepala.

Ancaman AS ini terungkap dalam pernyataan Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam kunjungannya ke Kuwait, Kamis, 29 Juli 2021. Dlansir Suara Pemred dari Reuters, Blinken dalam jumpa pers menyatakan, proses negosiasi itu tidak dapat berlangsung tanpa batas, dan ‘bola’ ada di pengadilan Teheran.

Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk menghidupkan kembali pakta nuklir (karena  Presiden Donald Trump saat itu menarik AS dari pakta  itu pada 2018) ditunda pada 20 Juni 2021, dua hari setelah ulama garis keras Ebrahim Raisi terpilih sebagai Presiden Iran, yang akan mulai menjabat pada 5 Agustus 2021.

Pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi, yang juga termasuk China, Rusia, Prancis, Inggris, Jerman dan Uni Eropa, belum mengatakan kapan mereka akan melanjutkan. "Kami berkomitmen untuk diplomasi, tetapi proses ini tidak dapat berlangsung tanpa batas waktu," kata Blinken.

“Pada titik tertentu, keuntungan yang dicapai oleh JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama) tidak dapat sepenuhnya dipulihkan dengan kembali ke JCPOA,  jika Iran melanjutkan kegiatan terkait program nuklirnya,” katanya.

Amerika, kata Blinken: "Telah dengan jelas menunjukkan itikad baik dan keinginan kami untuk kembali saling mematuhi perjanjian nuklir ... Bola tetap berada di pengadilan Iran,  dan kami akan melihat apakah mereka siap untuk membuat keputusan yang diperlukan untuk kembali mematuhinya."

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki keputusan terakhir terkait masalah negara Iran, menyatakan pada Rabu lalu bahwa Teheran tidak akan menerima tuntutan ‘keras kepala’ Washington dalam pembicaraan nuklir. 

Iran, menurutnya, sekali lagi dengan tegas menolak menambahkan masalah lain ke dalam kesepakatan.  

Sementara itu, negara-negara Teluk Arab meminta untuk dimasukkan dalam negosiasi, dan untuk kesepakatan apa pun guna mengatasi apa yang disebut program rudal balistik Iran,  dan perilaku destabilisasi di wilayah teluk. 

Blinken juga menyatakan telah membahas masalah tersebut selama kunjungannya ke Kuwait termasuk bertemu dengan emir yang berkuasa.(PWS) 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda