Iptek post authorPatrick Sorongan 15 Desember 2021

Xenobot, Robot Hidup yang Lahirkan Bayi plus Robot Militer: Sanggup Musnahkan Tentara Manusia!

Photo of Xenobot, Robot  Hidup yang Lahirkan Bayi plus Robot Militer:  Sanggup Musnahkan Tentara Manusia! ROBOT TEMPUR RUSIA - Robot tempur Marker dapat menyerang target lebih cepat, lebih akurat ketimbang penembak profesional, dan mampu membedakan antara warga sipil dan personel militer.(Foto: The National Interest)

SELAMAT tinggal tentara manusia sejati. Beginilah keterlibatan robot otonom yang dilengkapi kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) baik dalam platform berupa manusia, mirip manusia, atau dalam bentuk kendaraan, seperti pesawat tak berawak (drone).tank, atau kapal. 

AL7

Dikembangkan negara-negara raksasa teknologi, AS, Rusia dan China serta negara cerdas Israel, kelak tak terbayangkan,  jika robot ini dikombinasikan dengan Xenobot.

Inilah robot hidup pertama temuan ilmuwan di tiga universitas di AS berkaliber kelas dunia, yakni Universitas Harvard, Universitas Tufts, dan Universitas Vermont.

Selain perang siber dan nuklir, perang generasi teranyar, jika meletus, bakal benar-benar mematikan. Tak ada manusia bahkan tentaranya di jagat ini yang mampu melawan mereka.

Xenobots A

Dilansir Suara Pemred dari koran The New York Post, Selasa, 30 November 2020, Xenobot adalah robot hidup pertama di dunia karena dapat bereproduksi.

Xenobot dibuat menggunakan sel induk jantung dan kulit dari katak cakar Afrika, yang diumumkan pada 2020 setelah eksperimen rahasia menunjukkan bahwa Xenobots dapat bergerak, dan menyembuhkan diri sendiri.

Xenobot7 Xenobot8 (1)

Dewasa ini, para ilmuwan di tiga universitas ini mengklaim bahwa perkembangan terbaru dari robot ini adalah   gumpalan kecil dari sel induk jantung dan kulit katak cakar Afrika juga dapat membuat Xenobots dapat mereplikasi diri.

Hasil penelitian paling baru ini diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin, 29 November 2021. Eksperimen menunjukkan bahwa organisme dapat berenang keluar,  menemukan sel tunggal lainnya dan merakit Xenobot 'bayi'. 

Xenobot6

Bayi yang baru Lahir Mampu Ubah Sel Tunggal

Beberapa hari kemudian, bayi-bayi itu kemudian menjadi Xenobot baru,  yang terlihat bergerak-gerak  seperti ciptaan awal.

Selain itu, Xenobot  memiliki kemampuan untuk mengubah ratusan sel tunggal menjadi versi mereka sendiri.

Bahkan, menurut ilmuwan Douglas Blackiston dan Sam Kriegman, Xenobot  bayi kemudian dapat keluar dan menggandakan diri lagi. Xenobot, yang lebarnya kurang dari satu milimeter, dirancang di komputer,  dan dirakit dengan tangan.

Para ilmuwan mengaku sangat tercengang ketika mengetahui bahwa gumpalan kecil itu bisa bereplikasi secara spontan.

“Orang-orang telah lama berpikir bahwa kami telah menemukan semua cara agar kehidupan dapat bereproduksi,  atau bereplikasi. Tapi,  ini adalah sesuatu yang belum pernah diamati sebelumnya,” kata Blackiston.

Xenobot9

"Ini (temuan) sangat mendalam," tambah Michael Levin, salah seorang ilmuwan pemimpin penelitian. “Sel-sel ini memiliki genom katak, tetapi, setelah dibebaskan dari kecebong, mereka menggunakan kecerdasan kolektif mereka, plastisitas, untuk melakukan sesuatu yang menakjubkan.”

Penelitian baru ni dapat bermanfaat untuk kemajuan dalam pengobatan regeneratif. “Jika kita tahu bagaimana memberi tahu kumpulan sel untuk melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan, pada akhirnya, itulah obat regeneratif – itulah solusi untuk cedera traumatis, cacat lahir, kanker, dan penuaan,” kata Levin.

“Semua masalah yang berbeda ini ada di sini karena kita tidak tahu bagaimana memprediksi dan mengontrol kelompok sel apa yang akan dibangun. Xenobot adalah platform baru untuk mengajari kita," lanjutnya.

Xenobot12

Proses tak Sengaja yang Ciptakan Robot Hidup

Sementara dilansir Global IP Trust, Xenobot  dibuat dengan bantuan pemrograman untuk membangun mesin yang disebut robot. Para ilmuwan ini mendesainnya untuk melakukan tugas.

Makhluk hidup memang diciptakan oleh alam, tapi  penemuan baru 'robot hidup' adalah kombinasi keduanya: Menjadikannya bukan robot, atau spesies hidup, yang disebut Xenobot. Ini adalah terobosan besar dan terdengar mustahil.

Disebut 'xenobot',  dan merupakan hibrida kecil yang sepenuhnya merupakan bentuk kehidupan baru, inilah artefak baru yang merupakan organisme hidup yang dapat diprogram. Dinamakan demikian setelah katak Afrika (Xenopus laevis) digunakan dalam penelitian.

Xenobot Kata afrika

Pemrograman dan perancangan dilakukan menggunakan superkomputer di Universitas Vermont sedangkan perakitan dan pengujian dilakukan di Universitas Tufts, didukung oleh Program Mesin Pembelajaran Seumur Hidup DARPA dan National Science Foundation.

Lebih Maju dari Robot Lama

Robot logam telah ada sejak lama. Namun, Xenobot merupakan peningkatan karena memiliki jaringan biologis,  yang berpotensi untuk menyembuhkan. 

Xenobot yang lebarnya kurang dari satu milimeter ini, cukup kecil untuk melakukan perjalanan di dalam tubuh manusia. 

Melakukan beberapa tugas umum seperti berjalan, berenang, bertahan hidup selama berminggu-minggu tanpa makanan, Xenobot cenderung saling bekerja sama dalam kelompok.

Sel punca adalah sel yang tidak terspesialisasi yang dapat berkembang menjadi jenis sel yang sama sekali berbeda.

Para ilmuwan mengambil sel induk hidup dari embrio katak yang ditinggalkan untuk diinkubasi. Dengan bantuan forsep kecil dan elektroda yang lebih kecil, mereka memotong sel,  dan menggabungkannya di bawah mikroskop. Mereka mendesainnya menjadi struktur yang ditentukan oleh komputer.

Bentuknya baru, belum pernah terlihat di alam., namun,  mereka gagal untuk bekerja ketika terbalik.

Xenobot11

Tes selanjutnya menunjukkan bahwa 'mahluk' ini bergerak dalam kelompok, dalam lingkaran mendorong menuju lokasi pusat secara spontan dan bersama-sama. 

Xenobot tidak terlihat seperti robot tradisional yang tampak seperti mesin. Sebaliknya, mereka terlihat seperti gumpalan kecil daging merah muda yang bergerak.  

Karena memiliki jaringan biologis, mereka dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh robot plastik atau baja biasa.

Robot ini dapat digunakan untuk berbagai alasan seperti untuk membersihkan limbah radioaktif, mengumpulkan mikroplastik di badan air. 

2ec49d9182204bd27bf52d7fe8643cdb (1)

Desakan PBB untuk Cegah Robot Pembunuh

Teknologi-teknologi ini mendulang keprihatinan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Dilansir Reuters, Senin, 13 Desember 2021,  Sekjen PBB Antonio Guterres  pada Senin lalu menyerukan aturan baru,  yang mencakup penggunaan senjata otonom sebagai pertemuan kunci mengenai masalah yang dibuka di Jenewa, Swiss. 

Antonio Guterres

Negosiator sepanjang pertemuan ini di PBB sudah membicarakan permasalahan ini selama delapan tahun terkait  pembatasan pembuatan senjata otonom mematikan, atau LAWS, yang sepenuhnya dikendalikan mesin,  dan mengandalkan teknologi baru,  seperti kecerdasan buatan dan pengenalan wajah. 

Tetapi,  tekanan telah meningkat karena laporan panel PBB pada Maret 2021, yang menyatakan bahwa serangan drone otonom pertama,  mungkin telah terjadi di Libya.

Robot Peesawat

“Saya mendorong Konferensi Peninjauan PBB untuk menyetujui rencana ambisius di masa depan untuk menetapkan pembatasan penggunaan jenis senjata otonom tertentu,” kata Guterres pada awal pembicaraan lima hari.

Konvensi Senjata Konvensional Tertentu memiliki 125 pihak termasuk AS, China dan Israel.

Beberapa negara yang berpartisipasi,  seperti Austria menyerukan,  larangan total terhadap persenjataan itu, yang dianggap  telah menunjukkan manfaat yang lebih tepat daripada keterlibatan tentara manusia dalam mencapai sasaran. 

Alien4

Amnesty International dan kelompok masyarakat sipil pada Senin lalu menyerukan negara-negara untuk mulai merundingkan sebuah perjanjian internasional,  dan akan mengajukan petisi kepada para perunding.   

“Kecepatan teknologi benar-benar mulai melebihi kecepatan pembicaraan diplomatik,” kata Clare Conboy dari Stop Killer Robots.

“(Ini) adalah kesempatan bersejarah bagi negara-negara untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi umat manusia dari otonomi dalam penggunaan kekuatan," lanjutnya.

Duta Besar Perlucutan Senjata Prancis Yann Hwang, yang merupakan presiden pembicaraan, menyerukan 'keputusan penting dan vital', yang akan diambil pekan ini.  

BIDEN N JINPING

Namun, para diplomat menyatakan bahwa badan tersebut, yang membutuhkan konsensus, tidak mungkin mencapai kesepakatan terkait peluncuran perjanjian internasional, karena akan ditentang negara-negara besar termasuk Rusia.   

“Tidak ada cukup dukungan untuk meluncurkan perjanjian pada tahap ini, tetapi kami pikir beberapa prinsip dapat disepakati untuk implementasi nasional,” kata seorang diplomat yang terlibat dalam pembicaraan tersebut.

Jika tidak ada kesepakatan yang dapat dicapai, negara-negara dapat memindahkan pembicaraan ke forum lain baik di dalam maupun di luar PBB.

CHIN 1

China: Persenjataan AI Bahayakan Umat Manusia!

Sementara dilansir  tabloid Pemerintah China, Global Times, Selasa, 14 Desember 2021,  ketika teknologi AI berkembang pesat dan memiliki prospek luas dalam penggunaan militer, China untuk pertama kalinya mengusulkan kepada PBB untuk mengatur aplikasi militer AI selama konferensi yang diadakan di Jenewa pada Senin.

Seruan China ini terkait meningkatnya kekhawatiran jangka panjang tentang potensi risiko di berbagai bidang, seperti keamanan strategis, aturan tata kelola,  dan etika, sehingga China pun memberikan saran tentang cara mengatasi potensi masalah.

Memiliki potensi untuk mengubah aturan perang sepenuhnya, AI adalah pedang bermata dua, yang dapat menyebabkan bencana terhadao kemanusiaan dan kelangsungan hidup planet bumi, jika tidak AI ditangani dengan baik.

2020_10_22_106249_1603360754._large

Itulah sebabnya proposal China itu disertai pernyataan bahwa untuk mengatur dan mengendalikannya juga adalah tanggung jawab negara lain, terutama yang berusaha melakukannya, yakni memanfaatkan AI untuk mencapai hegemoni militer. 

China lewat Duta Besar untuk Urusan Perlucutan Senjata Li Song menyerahkan makalah posisinya tentang pengaturan aplikasi militer AI ke konferensi tinjauan keenam Konvensi PBB tentang Senjata Konvensional Tertentu, yang dibuka di Jenewa pada Senin lalu, demikian Kantor Berita Pemerintah China, Xinhua melaporkan pada Selasa ini sebagaimana dilansir Global Times.   

Proposal  ini menulis, ketika perdamaian dan pembangunan dunia dihadapkan dengan tantangan multifaset, negara-negara harus merangkul visi keamanan global bersama, komprehensif, kooperatif dan berkelanjutan.

download (10)

"Harus dicari konsensus tentang mengatur aplikasi militer AI melalui dialog dan kerja sama, dan membangun rezim pemerintahan yang efektif dalam rangka mencegah bahaya serius, atau bahkan bencana bagi umat manusia yang disebabkan oleh aplikasi militer AI," tulis proposal itu.   

“Kita perlu meningkatkan upaya untuk mengatur aplikasi militer AI, dengan maksud untuk mencegah dan mengelola potensi risiko,”  lanjut pernyataan di kertas posisi itu.

"Dunia sedang mengalami babak baru revolusi teknologi, dan orang-orang   harus memperhatikan potensi risiko keamanan akibat pengembangan AI, yang dapat digunakan di bidang militer," kata Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam konferensi pers reguler Selasa ini.   

"China bersedia meningkatkan komunikasi dan kerja sama dengan semua pihak untuk menangani risiko dan tantangan yang ditimbulkan oleh aplikasi militer AI secara tepat, dan mendorong teknologi AI untuk memberi manfaat bagi orang-orang di semua negara," kata Wang. 

Robot autonomous-military-robots-the-future-of-warfare-1514369050-4356

Libatkan Tentara Robot: Pembantaian Tentara Manusia

Song Zhongping, pakar militer China dan komentator televisi menyatakan kepada Global Times pada Selasa ini bahwa AI dapat diterapkan di hampir semua bidang militer, termasuk di darat, di laut, di langit, di luar angkasa dan juga di ruang elektronik.

Misalnya, Yang Wei dari Aviation Industry Corp of China, kepala perancang jet tempur siluman J-20, menyatakan dalam sebuah makalah terbitan tahun 2020:  AI diharapkan akan dipasang di jet tempur generasi berikutnya untuk membantu pilot. 

Jet Siluman China1 Jet Siluman China2

Hu Mingchun, Direktur Institut Penelitian Nomor 14 di BUMN China, yakni China Electronics Technology Group Co, menyatakan kepada Global Times pada April 2021 bahwa AI dapat diterapkan pada sistem radar sehingga dapat dilakukan penyesuaian sesuai dengan lingkungan, karena pihaknya terus belajar untuk meningkatkan kemampuan.

Berpotensi mampu mengumpulkan dan menganalisis data, dan membuat keputusan lebih efisien daripada otak manusia, AI dapat membangun medan perang yang lebih digital dan cerdas dibandingkan hari ini.

Teknologi AI juga mengubah aturan perang sepenuhnya, menurut seorang pakar militer yang berbasis di Beijing, Ibukota China,  yang meminta anonimitas, Selasa.

AL22

"Selain fungsi AI pada platform taktis seperti pesawat tempur dan kapal perang, mungkin ada penggunaan strategis AI untuk membantu para pemimpin militer dalam membuat keputusan penting berdasarkan data besar secara real time yang tidak dapat diproses oleh manusia," kata pakar anonim itu. 

Namun, ini berarti AI militer adalah pedang bermata dua,  yang dapat membantu menjaga perdamaian jika digunakan dengan benar, tetapi juga menyabotnya jika digunakan dengan niat jahat, menurut para analis.

"Jika beberapa negara mengembangkan AI militer canggih dan mendapatkan keuntungan dari yang lain, maka keseimbangan strategis akan rusak," kata Song, memperingatkan bahwa jika satu pihak memiliki AI dan tentara yang tidak berawak, sementara pihak lain hanya memiliki orang, itu akan menjadi pembantaian.

Kimia5

Banyak karya fiksi ilmiah telah menggambarkan skenario di mana AI militer tidak berfungsi sebagaimana mestinya,  atau bahkan meningkatkan kesadaran diri, membawa serangkaian masalah etika bahkan bencana bagi umat manusia.

Jadi, bukan tidak mungkin, karena teknologi sekarang ini berkembang begitu cepat, menurut para pengamat.   

China meminta negara-negara yang mengembangkan dan menerapkan AI di bidang militer untuk bertindak secara bijaksana dan bertanggung jawab, menahan diri dari mencari keuntungan militer secara mutlak, dan tidak menggunakan AI sebagai alat untuk memulai perang atau mengejar hegemoni.

1430

Mereka juga harus mengikuti prinsip bahwa 'AI digunakan untuk kebaikan', dan sistem senjata yang relevan harus dijaga di bawah kendali manusia.

Pun upaya dinilai oleh China harus dilakukan untuk memastikan pengawasan manusia setiap saat, termasuk menerapkan interaksi manusia-mesin yang diperlukan di seluruh siklus hidup senjata. 

Makalah posisi juga mendesak negara-negara untuk mematuhi prinsip-prinsip multilateralisme, keterbukaan dan inklusivitas, dan menyatakan bahwa negara-negara maju harus membantu negara-negara berkembang dalam memperkuat kapasitas tata kelola mereka. 

Song menambahkan,  China menunjukkan tanggung jawab globalnya dengan mengangkat keprihatinan ini dan memberikan saran untuk mengatur AI militer, meminimalkan potensi ancaman sedini mungkin.

Teknologi AI  dapat memaksimalkan manfaat di bidang lain, seperti, berkontribusi pada penelitian dan pengembangan perubahan iklim, memerangi penyakit, dan menjelajahi ruang angkasa.

Robot ke Mars

Marker, Robot Militer Mematikan dari Rusia

Toh mitra paling dekat China, Rusia sangat berambisi untuk pembuatan robot militer.

Dilansir The National Interest, 24 Agustus 2020, Dana Penelitian Lanjutan dan Kementerian Pertahanan Rusia telah mengadakan uji coba robot tempur Marker selama pameran senjata International Military-Technical Forum 'Army-2020'.

“Di bawah proyek Marker, serangkaian uji coba dan uji coba direncanakan pada Agustus,” kata CEO Dana Riset Lanjutan Andrei Grigoryev kepada kantor berita Pementah Rusia, TASS.“Uji coba dilakukan bersama dengan unit Kementerian Pertahanan Rusia.” 

Robot tempur baru ini juga diposisikan sebagai kit bangunan untuk membuat model platform peperangan masa depan, yang diharapkan dapat meletakkan dasar untuk menguji interoperabilitas robot darat, kendaraan udara tak berawak dan Pasukan Operasi Khusus Rusia. 

putin_xi_rouhani_rtr3q3vi_468 Robot Rusia2

Media pemerintah Rusia sebelumnya telah melaporkan bahwa proyek tersebut diserahkan kepada Kementerian Pertahanan Rusia untuk pengujian akhir.

Tes penembakan platform tempur robot Marker telah menunjukkan dapat menyerang target lebih cepat,  dan lebih akurat daripada penembak profesional. 

Robot tempur ini juga mampu membedakan antara warga sipil dan personel militer. Ini,  karena Marker telah 'dilatih'  untuk menentukan perbedaan antara target yang tidak bersenjata,  dan yang menimbulkan ancaman aktif,  dan hanya menembak yang terakhir.

Dalam uji tembak selektif,  Marker tak hanya mampu menembak dari senapan olahraga, melainkan juga menggunakan senapan mesin Kalashnikov untuk mengenai target terbang,  termasuk cakram terbang, tetapi telah berhasil digunakan untuk menyerang drone kecil. 

“Kami tidak ingin robot menghancurkan semua yang ada di depannya, meninggalkan zona mati di belakangnya,” kata Oleg Martyanov, Kepala Pusat Nasional Pengembangan Teknologi dan Elemen Dasar Robotika dari Yayasan Rusia untuk Proyek Penelitian Lanjutan.  

Militer Rusia telah mengembangkan sejumlah platform tempur tak berawak, termasuk Uran-9, yang dikerahkan ke Suriah dengan hasil beragam; yang pada awal 2020 melibatkan  drone Orlan-10 selama latihan di Siberia dan  Tajikistan.***

 

Sumber: Reuters, Global Times, The New York Post, Global IP Trust, Xinhua, The National Interest, TASS 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda