Iptek post authorPatrick Sorongan 30 Agustus 2021

Planet Hycean Diyakini Dihuni Alien, Ukurannya 2,5 Kali Bumi

Photo of Planet Hycean Diyakini Dihuni Alien, Ukurannya 2,5 Kali Bumi KEHIDUPAN ALIEN - Sebuah studi baru telah mengungkapkan terobosan pada kehidupan alien.(Photo & Caption: Express)

SEJUMLAH ilmuwan yakin bahwa mahluk cerdas di luar angkasa alias alien hidup di planet-planet jenis Hycean. Berukuran dua setengah kali  lebih besar dari Bumi, planet-planet ini juga memiliki lautan dan atmosfer yang kaya hidrogen.

Pencarian kehidupan alien harus sedikit memperluas cakrawalanya, menurut sebuah studi baru. Dilaporkan, sebagian besar pemburu alien sampai saat ini berfokus ke planet mirip bumi itu. Hycean diyakii sebagai tempat yang masuk akal untuk memulai pencarian tentang kehidupan manhluk cerdas selain manusia. 

Alam semesta diyakini penuh dengan keragaman besar planet, yang beberapa di antaranya mungkin layak huni meskipun jelas tidak mirip bumi. Dalam sebuah studi baru, para peneliti mengidentifikasi sebuah planet asing, Hycean, yang memiliki lautan air cair yang sangat besar di bawah atmosfer yang kaya hidrogen.  

Berlimpah di Bima Sakti 

Dilansir Suara Pemred dari Live Science, Senin, 30 Agustus 2021, Planet Hycean tampaknya sangat berlimpah di seluruh galaksi Bima Sakti, dan Hycean dapat menampung kehidupan mikroba yang mirip dengan 'ekstremofil' yang berkembang di beberapa lingkungan paling keras di bumi. 

"Planet Hycean membuka jalan baru dalam pencarian kami untuk kehidupan di tempat lain," kata penulis utama penelitian, Nikku Madhusudhan dari Institut Astronomi di Universitas Cambridge, Inggris, dalam sebuah pernyataan. 

Dunia Hycean memiliki ukuran yang mirip dengan bumi-super berbatu,  dan mini-Neptunus mengandung gas, dua jenis planet ekstrasurya yang paling umum di galaksi.

Tapi,  Hyceans berbeda kepadatannya antara super-Bumi dan mini-Neptunus, menurut studi baru, yang diterbitkan secara online pada Rabu, 25 Agustus 2021 di The Astrophysical Journal. 

Hyceans juga banyak yang beragam. Beberapa mengorbit begitu dekat dengan bintang-bintang mereka sehingga planet-planet ini terkunci secara pasang surut, dengan satu sisi siang hari yang terik,  dan satu sisi malam yang gelap selamanya.

Beberapa di antaranya mengorbit sangat jauh, menerima radiasi bintang yang sangat sedikit.

Tetapi,  kehidupan bisa ada bahkan di Hyceans yang ekstrem seperti itu, misalnya, di perairan malam di dunia yang terkunci pasang surut itu.

"Sangat menarik bahwa kondisi layak huni bisa ada di planet yang sangat berbeda dari bumi," kata penulis studi Anjali Piette, juga dari Institut Astronomi Cambridge.

"Kami menemukan bahwa jari-jari yang lebih besar,  dan suhu yang lebih tinggi yang dapat diterima untuk planet Hycean,  membuat biomarker ini lebih mudah dideteksi di atmosfer Hycean dibandingkan dengan planet ekstrasurya berbatu," tulis para peneliti dalam studi baru.

Menanti Teleskop Luar Angkasa James Webb

Perburuan kehidupan Hycean pun bisa segera dimulai.

Madhusudhan dan rekan-rekannya mengidentifikasi sejumlah dunia Hycean yang atmosfernya dapat diteliti oleh observatorium generasi berikutnya, seperti Teleskop Luar Angkasa James Webb NASA senilai 9,8 miliar dolar AS, yang dijadwalkan diluncurkan akhir 2021 ini.

Target potensial tersebut mengorbit bintang katai merah kecil yang redup antara 35 dan 150 tahun cahaya dari bumi. 

"Deteksi biosignature akan mengubah pemahaman kita tentang kehidupan di alam semesta," kata Madhusudhan. "Kita harus terbuka tentang di mana kita berharap menemukan kehidupan dan bentuk kehidupan seperti apa, karena alam terus mengejutkan kita dengan cara yang seringkali tak terbayangkan." 

Adapun penulis artikel ini adalah Mike Wall, yang juga penulis Out There (Grand Central Publishing, 2018, diilustrasikan oleh Karl Tate), sebuah buku tentang pencarian kehidupan alien.

Michael juga adalah penulis sains untuk Idaho National Laboratory dan pernah magang di Wired, surat kabar The Salinas California, dan SLAC National Accelerator Laboratory.  Michael juga bekerja sebagai herpetologis dan ahli biologi satwa liar, dan menyandang gelar PhD dalam biologi evolusioner dari University of Sydney, Australia.

Selain itu Michael meraih gelar sarjana dari University of Arizona, AS, dan mengantungi sertifikat pascasarjana dalam penulisan sains dari University of California, Santa Cruz, AS.*** 

 

Sumber: Live Science

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda