Kerajaan Sukadana dibentuk oleh Brawijaya dari Majapahit.
Anaknya, Pangeran Prabu tinggal di Sukadana sesudah Prabu Sriwijaya meninggal
dunia, anaknya yang lain tinggal di Tayan.
Anak Pangeran Prabu namanya Pangeran Karang Tunjung.
Inilah pertama kalinya memakai gelar “Panembahan.”
Sekitar 1550, Panembahan di Baroch membentuk
Landdschaap Matan.
Pada tahun ini pula orang Islam masuk negeri ini.
Anaknya, Giri Kusuma memeluk agama Islam dan
mempersunting istri dari Landak. Sesudah meninggalnya Giri Kusuma, serta
Sukadana juga ikut jatuh (1600). Pada 1604, Belanda untuk pertama kali masuk
Sukadana, dengan maksud membeli Batu Intan. Belandan yang datang ke Sukadana
berasal dari Landak.
Belanda dan orang Inggris datang untuk membentuk factory
(kantor) perdagangan. Pada 1622 Sukadana diserang oleh Tumenggung Bahureksa,
Bupati Kendal atas perintah Raja Mataram.
Mulai 1700,Landak dan Sukadana
berseteru tentang lokasi Batu Intan. Namanya Danau Raja.
Landak meminta pertolongan Sultan Banten, dengan
mengirimkan satu Ekspedisi. Sukadana juga dipertahankan oleh Inggris, saat itu masih
ada di Sukadana. Sukadana tidak dapat melawan musuhnya dan Sultan Zainuddin
menyerah dan lari ke kota Waringin.
Di sini lah Sukadana meminta pertolongan dari orang
Bugis asal Banjar dan kembali ke Sukadana untuk merebut kembali tahta kerajaan
Sukadana. Orang Banten tidak dapat mempertahankannya, dan Sultan Zainuddin
berhasil menjadi Panembahan, yang tidak begitu lama, beliau meninggal dunia.
Di
bawah Pemerintahan anak-anaknya, Sukadana dan Matan menjadi negeri yang aman
dan sejahtera.
Sultan Ahmad Kaamaluddin memberi saudaranya sepotong
tanah di bagian Utara Sukadana, dan disitulah negeri Simpang dibentuk (kurang
lebih 1750).
Dalam tahun 1786, Sultan Pontianak, Sultan Abdurrahman minta
pertolongan Kompeni Belanda untuk melawan Sukadana.
Maksudnya hendak membuat negerinya lebih makmur dari
pada Sukadana. Sukadana dalam tahun itu dihapuskan sama sekali. Sultan Sukadana
pindah ke Matan dan terus ke hulu di Laya Sungai Kayung.
Sebenarnya telah lama Belanda berhubungan dengan
negeri lain di Pesisir Kalbar. Pada 1822 ada satu comissie Balanda bernama
Tobias untuk Borneo Barat. Tobias mengirim satu rombongan ke Matan, dibawah
Pimpinan G Muller.
Dalam rombongannya juga turut Mayor Akil, cucu Raja Yahya,
Sultan Siak.
Waktu Muller datang, Sultan Muhammad Jamaluddin menjadi
Panembahan Matan. Panembahan Simpang merangkap Perdana Menteri Matan.
Persetujuan diantara kedua belah pihak terciptalah anatara lain menyerahkan
Pulau Karimata menjadi hak kompeni.
Tapi kedatangan kompeni tidak terima dengan baik dan
mengirim Raja Akil melawannya.
Dengan serangan ini, Panembahan lari ke Ulu dan
Raja Akil diangkat Kompeni menjadi Sultan Sukadana dengan Gelar Raja Akil
Dipertuan Syah di Brussel. (syarief muhammad
arief /berbagai sumber/sut)
Breaking News
- Windy Arungi Sungai Antarkan Bantuan ke Warga Sepuk Laut
- Pemkab Sanggau Gencarkan Operasi Pasar Dalam Rangka Menyambut Hari Raya Idul Fitri 1445 H
- Desa Tinggal Bhakti Kecamatan Kembayan Terpilih jadi Kampung Moderasi Beragama
- Kejari Sanggau Sita Aset Terpidana Jono Pinem dari Anak Terangena Pinem Terkait Kasus Penggelapan Pajak
- Kanwil Kemenkumham Kalbar Dukung DPD RI dalam Penyusunan Draft Prolegnas
- Prajurit Lanud Supadio Peringati Nuzulul Quran
- Pertamina Pastikan BBM dan LPG Kalbar Aman Selama Ramadan hingga Idulfitri 1445 H
- IKAHI dan Dharmayukti Singkawang Gelar Baksos, Peringati IKAHI Ke-71
- Polsek Singkawang Timur Tangkap Terduga Pelaku Curanmor
Asal-usul Terbentuknya Kerajaan Sukadana
Makam keramat di Gunung Lalang, Sukadana, Kayong Utara, menyimpan misteri tentang asal-usul kerajaan Sukadana. (pak-wai)