Ketapang post authorKiwi 09 Agustus 2020

Dua Orangutan dari Jawa Tengah di Evakuasi ke IAR Ketapang

Photo of Dua Orangutan dari Jawa Tengah di Evakuasi ke IAR Ketapang ist

KETAPANG, SP - Tim gabungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam(BKSDA) Jawa Tengah dan BKSDA Kalimantan Barat ataspetunjuk dan arahan Direktur Jenderal Konservasi SumberDaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) dan Direktur Konservasidan Keanekaragaman Hayati (KKH) KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan berhasil menyelamatkan dua individu orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) diwilayah Jawa Tengah, Rabu (5/8).

Kedua orangutan dewasa berjenis kelamin jantan inidiselamatkan dari dua lokasi yang berbeda. Satu individubernama Samson berasal dari lembaga konservasi tak berizindi salah satu taman wisata di Kabupaten Kendal, JawaTengah.

Sementara orangutan lainnya yang bernama Boboy, berasal dari kediaman pribadi warga di Semarang, Jawa Tengah. Kedua orangutan jantan ini telah untuk dievakuasi kePusat Penyelamatan IAR Indonesia di Sei Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dengan menggunakan kapal penyeberangan melalui Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Kamis (06/08) pagi.

Sebelumnya, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang telah memastikan kedua orangutan ini tidak membawa penyakit rabies dan TBC.

Temia, dokter hewan IAR Indonesia yang turut memeriksa kondisi kedua orangutan secara langsungmenjelaskan, kedua orangutan bernama Samson dan Boboy yang diperkirakan berusia 20 tahun itu telah menjalani pemeriksaan kesehatan yang meliputi pengecekan fisik dan laboratorium untuk mendeteksi potensi penyakit rabies dan TBC.

Pemeriksaan tersebut dilakukan sebagai syarat karantina yang harus dipenuhi sebelum diberangkatkan ke Ketapang.

“Setibanya di Ketapang, mereka juga akan menjalani masa karantina selama dua bulan dan mendapatkan penanganan medis yang lebih spesifik, observasi, serta perawatan lebih lanjut di fasilitas rehabilitasi orangutan yang dimiliki IAR Indonesia,” ungkap Temia.

Sementara itu, BKSDA Kalbar juga sudah memastikan bahwa kandang dan semua fasilitas kesehatan di pusat rehabilitasi IAR Indonesia layak dan memenuhi syarat untuk merawat satwa milik negara ini.

Segala proses adminitrasi juga sudah dirampungkan oleh BKSDA Kalbar untuk memastikan satwa ini dapat segera sampai di tempat yang lebih baik tanpa ada hambatan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, Temia menyebut mereka terindikasi malnutirisi yang menyebabkan keduanya mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.

Hal tersebut juga ditunjukkan dengan sejumlah tanda fisik yang tidak normal di tubuh mereka. Nutrisi tidak seimbang yang diberikan ke mereka selama ini juga dapat membuat keduanya rentan terhadap berbagai penyakit.

“Kondisi keduanya memprihatinkan karena selama inimereka terkurung di dalam kandang yang sempit dan tidak memenuhi syarat. Tidak hanya itu, pantauan di lapangan juga menunjukan bahwa aspek kesejahteraan (welfare) merekasebagai satwa tidak terpenuhi,” tambahnya.

Kedua orangutan ini tiba di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi IAR Indonesia di Desa Sungai Awan Kiri, Ketapang pada Jumat malam (7/8).

Selama perjalanan lebihdari 36 jam dari Semarang menuju Ketapang, kondisi Boboydan Samson cukup baik. Mereka makan dan minum dengansangat baik.

Setibanya di Pusat Rehabilitasi IAR Indonesia,mereka langsung ditempatkan di dalam kandang karantina ygsudah dilengkapi dengan enrichment daun serta hammock.

Tidak ada komplikasi selama perjalanan. Boboy dan Samsonakan dimonitoring secara intensif baik dari segi kesehatanmaupun perilaku di dalam kadang karantina selama minimal 8 minggu.

Hal ini untuk memastikan keduanya benar-benarbabas dari penyakit yang berbahaya yang bisa menular kemanusia ataupun satwa lainnya.

Sementara itu, Kepala Balai KSDA Jawa Tengah, Darmanto mengatakan bahwa keberadaan kedua orangutan dewasa tersebut telah dipantau dan diverifikasi sejak Oktober 2019.

Pihak BKSDA Jawa Tengah kemudian melaporkan kepada Direktur Jenderal KSDAE dan Direktur KKH untuk mendapat arahan langsung terkait penyelamatan kedua orangutan tersebut bersama lembaga terkait.

“Upaya penyelamatan ini merupakan hasil kerja sama dan peran multipihak yang kuat antara pemerintah dalam hal ini Direktur Jenderal KSDAE KLHK, Direktur KKH, BKSDA Jawa Tengah, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, NGO - Yayasan IAR Indonesia serta Balai KSDA Kalimantan Barat dalam upaya pelestarian spesies kera kharismatik endemik Indonesia yang kian terancam populasinya karena kerusakan habitat, perburuan, perdagangan dan pemeliharaan secara ilegal,” katanya.

Ia melanjutkan, bahwa BKSDA Jawa Tengah berterima kasih dan memberikan apresiasi terhadap semua pihak yang terlibat serta mendukung upaya penyelamatan ini demi orangutan mendapatkan kembali kesejahterannya selama menjalani perawatan dan rehabilitasi di IAR Indonesia, di Ketapang, Kalimantan Barat.

“BKSDA Jawa Tengah juga berharap semua proses penyelamatan ini, mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga perjalanannya sampai ke tujuan berjalan dengan baik dan kedua orangutan tersebut bisa segera pulih serta memiliki kesempatan hidup bebas di habitatnya. Selain itu kami juga, kerja sama ini juga agar tidak terputus dan terus berkelanjutan dalam upaya pelestarian jenis satwa liar lainnya yang terancam punah,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor menilai bahwa penyelamatan berhasil dilakukan berkat kerjasama yang luar biasa semua pihak, kita berhasil "membawa pulang" 2 individu orangutan Kalimantan ke rumah sementaranya di Pusat Penyelamatandan Konservasi Orangutan IAR Indonesia di Ketapang, Kalimantan Barat.

“Namun di sisi lain, hal ini menjadi keprihatian kita bersamabahwa pemeliharaan satwa liar dilindungi masih banyak dilakukan oleh masyarakat,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L Sanchez mengatakan, Yayasan IAR Indonesia sudah menyelamatkan orangutan di Kalimantan Barat selama lebih dari 10 tahun. Kami masih merasa sangat sedih melihat orangutan yang seharusnya hidup bebas di alam, dikurung dalam kandang selama hidupnya.

Proses rehabilitasi orangutan yang sangat rumit dan panjang, akan jauh lebih sulit dilakukan pada orangutan yang yang sejak lahir sudah dikurung di kandang dan tidak pernah belajar hidup di alam bebas selama hidupnya.

“Ditambah lagi apabila orangutan ini memiliki penyakitatau kelainan dan cacat akibat pemeliharaan yang salah, orangutan ini tidak akan mampu lagi untuk hidup bebas di habitat aslinya. Mereka harus hidup di sanctuary IAR Indonesia selama sisa hidupnya,” jelasnya.

Ia menilai, terlepaa dari itu semua, pihaknya sangat bahagia sekaligus bangga bisa berperan serta dalam upaya penyelamatan orangutan ini untuk membantu memberinya kesempatan untuk hidup lebih sejahtera.

Kami berharap, seluruh masyarakat bisa turut berperan dan berpartisipasi dalam menjaga kelestarian orangutan dan habitatnya. Indonesia harus bangga sebagai satu-satunya negara yang memiliki tiga spesies orangutan. (Teo)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda