Melawi post authorBob 18 Desember 2023

Diskusi Publik Katab Kebahan, FPB Hadirkan Profesor Zaenuddin untuk Mendorong Literasi Sejarah dan Budaya Katab Kebahan

Photo of Diskusi Publik Katab Kebahan, FPB Hadirkan Profesor Zaenuddin untuk Mendorong Literasi Sejarah dan Budaya Katab Kebahan Diskusi Publik Katab Kebahan yang menghadirkan Guru Besar IAIN Pontianak dan diikuti puluhan masyarakat dari Lanskap Katab Kebahan. Ist

MELAWI, SP - Suku Katab Kebahan yang menjadi bagian dari sub suku Dayak Kebahan menjadi salah satu etnis yang ada di Kabupaten Melawi. Suku yang mayoritas menganut agama Islam tinggal di tepian sungai, baik di Sungai Melawi hingga aliran Sungai Pinoh.

Forum Pembangunan Berkelanjutan (FPB) Melawi pun menginisiasi diskusi publik Katab Kebahan dengan menggandeng dua lembaga yakni Ikatan Warga Katab Kebahan (IWKK) serta Bekaban (Barisan Pemuda Katab Kebahan), dua organisasi yang memang mewadahi masyarakat di lanskap Katab Kebahan.

Diskusi yang digelar di salah satu hotel di Nanga Pinoh, Jumat (15/12) menghadirkan peneliti dan guru besar IAIN Pontianak, Profesor Zaenuddin Hudi Prasojo yang telah bertahun-tahun menulis tentang Katab kebahan.

Ketua FPB Melawi, M Firman menyampaikan diskusi publik ini sekaligus melaunching program Leading the Change (LtC) 2 yang dijalankan FPB pada 2023-2024. Program ini memfokuskan pada penguatan kapasitas masyarakat serta lembaga di lanskap Katab Kebahan.

Dipilihnya Katab Kebahan karena telah adanya upaya masyarakat adat Katab Kebahan untuk terus melestarikan adat dan budaya serta melindungi area konservasi ditengah ancaman alih fungsi kawasan hutan.

“Program ini akan melakukan pendampingan bagi masyarakat adat Katab Kebahan, dimana pada periode 5 tahun pertama di fokuskan pada 2 pasak yakni Pasak Kebebu dan Pasak Birapati yang akan didorong mendapatkan pengakuan MHA dari pemerintah daerah serta pengakuan wilayah Hutan Adat dari pemerintah pusat,” katanya.

Selain itu, LtC 2, lanjut Firman akan mendorong penguatan tata kelola lembaga seperti IWKK dan Bekaban. Apalagi ada sekitar 35 kampung yang tersebar di 20 desa di 5 kecamatan di kabupaten Melawi dan terdata masuk dalam lanskap Katab Kebahan.

“Program diarahkan juga pada menyusun rencana bisnis produk lokal di Katab Kebahan serta pendampingan bagi kaum muda melalui kemah pemuda. Termasuk rencana kegiatan besar yang bisa berpotensi untuk menajdi wisata budaya seperti Festival Budaya Katab Kebahan,” paparnya.

Diskusi publik ini turut dibuka Sekda Melawi, Paulus. Ia menyampaikan diskusi publik yang dilaksanakan dalam launching program ini diharapkan menjadi penguat identitas Masyarakat Adat Katab Kebahan yang juga menjadi bagian kekhasan etnis dan budaya Indonesia.

Kegiatan ini menjadi langkah bersama untuk terus melestarikan budaya-budaya lokal dan serta mendorong kesadaran generasi muda mengenal dan ikut bersama memperkuat marwah dan identitas Katab Kebahan di Kabupaten Melawi.

“Saya meyakini program ini akan memberikan dampak positif tidak hanya dalam skala lokal, tetapi juga mendukung berbagai program pemerintah Kabupaten Melawi. Keterlibatan masyarakat adat Katab Kebahan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan sesuai dengan tradisi dan sejarah adat mereka menunjukkan betapa besar perhatian mereka terhadap pelestarian lingkungan,” ujarnya.

Sementara itu, Profesor Zaenuddin yang menjadi narasumber diskusi publik menyampaikan sejumlah penelitian yang pernah ia lakukan di wilayah Katab Kebahan, seperti di Dusun Sebaju dan Kebebu terkait dengan berbagai adat budaya serta kebiasaan masyarakat setempat. Ia menyampaikan, perlunya ada tradisi literasi atau menulis agar adat dan kearifan lokal yang ada dalam Katab Kebahan bisa terus dilestarikan,

“Salah satu yang perlu ditulis dalam workshop ini yakni menemukan dan membangun versi lansekap kita. Jadi nanti bisa bikin tim yang difasilitasi FPB. Yang ditulis sejarah katab kebahan dan lanskap. Katab kebahan itu perlu ada koreksi atas artikel terkait jumlah kampung katab kebahan. Kalau saya dulu pada 2011 hanya di Kebebu, Sebaju, Kelakik dan lain-lain. Ternyata sekarang kan lebih banyak,” tuturnya. 

Ditempat yang sama, ketua IWKK, Amri Kalam mengatakan, sudah banyak perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Katab Kebahan. Mengingat dahulu alasan dibentuk IWKK adalah karena keterbelakangan dari sisi pendidikan dan ekonomi masyarakat Katab Kebahan.

“Dulu syukur-syukur bisa tamat SD. Sekolah di Katab Kebahan pun hanya ada satu. Tapi sekarang Alhamdulillah SDM Kebahan sudah lebih baik. Banyak yang sudah S2. Semoga nanti pendampingan masyarakat tidak hanya sekedar melestarikan keanekaragaman hayati, tapi juga melindungi lahan masyarakat dari ekspansi sawit serta bagaimana masyarakat menjadi lebih pintar,” pesannya. (eko)

 

 

 

Keywords

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda