MELAWI, SP - Dua SMP di Nanga Pinoh mendapatkan pendampingan dalam membangun modul P5 dalam bagian Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) selama tiga hari, Jumat-Minggu (28-30/7/2023).
Modul yang mengangkat topik soal Nilai Kawasan Penting, Sawit Berkelanjutan hingga budaya dan kearifan lokal diharapkan bisa diimplementasikan lebih luas kedepannya.
Dari lembaga SUAR, Nasihin memaparkan, membangun modul menjadi bagian dari serial workshop IKM. Dua sekolah yang menjadi model yakni SMPN 3 Kebebu dan SMP N 8 Nanga Pinoh.
“Kegiatan ini menjadi tindak lanjut dalam program Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan serta Kelapa Sawit Berkelanjutan yang didukung WWF Indonesia,” katanya.
Program yang sudah berjalan sejak 2022 lalu dimulai dengan pengenalan PPB kepada dua sekolah mitra yang menjadi lokus program di Desa Semadin Lengkong serta Desa Kebebu, Kecamatan Nanga Pinoh.
Di tahun ini, program dilanjutkan dengan pemahaman tentang IKM serta membangun modul P5 dengan mengintegrasikan sejumlah isu-isu Pembangunan berkelanjutan, seperti Nilai Kawasan Penting (NKT), sawit berkelanjutan, serta kearifan lokal seperti budaya Berontang dan Dadar Ayak.
Dalam kegiatan ini pula di bangun nota kesepahaman bersama Dinas Pendidikan dan kebudayaan Melawi. MoU ini menjadi upaya kolaborasi bersama SUAR, Forum Pembangunan Berkelanjutan dan dinas pendidikan untuk menguatkan pengembangan modul-modul P5 yang nantinya diharapkan bisa diperluas di berbagai sekolah di kabupaten Melawi.
“Walau modul dibangun bersama di dua sekolah ini, tapi harapannya, implementasinya tak terbatas di dua sekolah saja, tapi juga di berbagai sekolah lainnya, karena isu soal kawasan penting dan sawit berkelanjutan juga ada di daerah lain,” katanya.
Dari WWF Indonesia, M Munawir menjelaskan isu kawasan penting dan sawit berkelanjutan relevan dengan kondisi Melawi saat ini, sehingga implementasi modul P5 yang dibangun tidak semata-mata diterapkan di Semadin serta Kebebu semata.
“Harapannya, modul ini bisa direplikasi ke sekolah lainnya. Kita ingin dalam kontek kearifan lokal tetap bisa terjaga, Termasuk kontek kawasan-kawasan penting bagaimana kedepan bisa kita jaga,” katanya.
Termasuk soal sawit dimana saat ini, investasi kelapa sawit saat ini tidak bisa dibendung. Karena kebun sawit tidak hanya dibangun oleh perusahaan perkebunan, tapi juga petani swadaya. Penting, kata Munawir, bagaimana menyelaraskan isu-isu lingkungan agar bisnis ini menjadi sebuah aktivitas yang turut berkelanjutan dan lestari.
“Karena bukan komoditi kelapa sawit yang menjadi masalah, tetapi dalam pengelolaan kelapa sawit seperti apa itu yang menjadi konsen sebetulnya,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Melawi, Yusseno mengapresiasi pendampingan yang dijalankan SUAR ke dua sekolah terkait IKM dan membangun modul dengan konten terkait kawasan penting, sawit berkelanjutan serta kearifan lokal. Modul ini bisa diharapkan bisa menjadi upaya mempertahankan budaya agar tak hilang melalui pembelajaran di sekolah.
“Syukur bila nantinya modul ini bisa dipakai oleh seluruh sekolah di Melawi, sehingga kita tak perlu memakai modul yang dibuat dari luar Melawi. Karena kita sudah memiliki modul sesuai dengan kearifan lokal yang ada disini,” paparnya. (eko)