Nasional post authorAju 03 Juni 2021

Vaksin Immunoteraphy Nusantara Harumkan Indonesia di Forum Internasional

Photo of Vaksin Immunoteraphy Nusantara Harumkan Indonesia di Forum Internasional   Varian Covid-19

 

JAKARTA, SP – Mantan Menteri Kesehatan periode 2004 – 2009, Dr dr Siti Fadilah Supari, mengatakan, Vaksin Immunoteraphy Nusantara, dalam bahasa ilmiah disebut dentritic cell, akan mengharumkan nama Indonesia di forum internasional di bidang kesehatan.

 Vaksin Immunoteraphy Nusantara digagas mantan Menteri Kesehatan periode 2019 – 2020, Letnan Jenderal TNI Dr dr Terawan Agus Putranto, segera memasuki tahap ketiga uji klinis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.

 “Kita berdoa agar Tim Vaksin Immunoteraphy Nusantara, segera menyelesaikan tugasnya. Tim relawan, seperti saya yang sudah disuntik vaksin dentritic cell dari Dokter Terawan, tidak ada masalah dengan kesehatan,” ujar Siti Fadilah Supari, Kamis, 3 Juni 2021.

Siti Fadilah yakin, jika sudah bisa digunakan secara massal, otomatis akan membawa harum nama Indonesia di mata internasional, dalam menanggulangan penularan Corona Virus Disease-19 (Covid-19).

 Karena itulah, ujar Siti Fadillah, Presiden Joko Widodo, mengizinkan uji klinis dilakukan di RSPAD Gatot Subroto sebagai Rumah Sakit Kepresidenan Republik Indonesia.

 Terawan memastikan tidak akan ada masalah bagi warga yang sudah divaksin konvensional dan disuntik vaksin nusantara lagi.

 “Meskipun sudah divaksin konvensional, tidak ada masalah untuk divaksin dri Vaksin Immunoteraphy Nusantara,” kata Terawan.

 Terawan menjelaskan, kekebalan yang dibentuk dari Vaksin Immunoteraphy Nusantara bisa terbentuk hingga puluhan tahun. Mengapa demikian?

 Vaksin Immunoteraphy Nusantara bisa menyesuaikan kapan saja virus itu mau mutasi. Sehingga ketahanan kesehatan nasional dalam menghadapi pandemi ini bisa dibentuk dengan membuat imunitas.

 Meskipun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), RSPAD, dan Kemenkes sudah sepakat bahwa penelitian yang dipimpin Terawan berlabel imunoterapi berbasis sel dendritik. Namun, Terawan menegaskan penamaan dan perdebatan tersebut tidaklah penting.

 Terawan, mengatakan di New York, Amerika Serikat yang kini sudah terbit sebuah jurnal kesehatan yang isinya tentang Dendritik Sel Vaksin Imunoterapi. Judulnya, ‘Begining of the End Cancer and COVID-19’.

 “Artinya apa, dunia sepakat punya hipotesis bahwa yang akan menyelesaikan hal ini termasuk COVID-19 adalah dendritik sel vaksin imunoterapi atau Vaksin Immunoteraphy Nusantara,” kata Terawan.

 Terawan mengatakan, perbedaan vaksin konvensional dan vaksin berbasis dendritik sel adalah karena dendritik vaksin melakukan intervensi di luar tubuh manusia.

 “Dan itu sangat safety, karena kita sudah sangat lama berkecimpung di pembuatan dendritik vaksin itu dengan dr Nyoto (Nyoto Widyo Astoro), bersama-sama dengan kita semua sudah mengembangkannya jauh-jauh hari untuk penanganan cancer. Kita hanya mengubah antigennya, menjadi antigen artificial atau antigen rekombinan COVID-19, Sars Cov-2.”

 “Artinya kita bisa sesuaikan kapan saja, ada mutasi kita bisa sesuaikan,” beber Terawan.

 Artinya, lanjut Terawan, vaksin bisa menyesuaikan kapan saja. Pun ketika mutasi virus, vaksin bisa menyesuaikan.

 “Kita bisa menyesuaikan kapan saja, mau mutasi kapan saja bisa kita sesuaikan, dampaknya apa, ketahanan kesehatan nasional menghadapi pandemi ini bisa kita atasi dengan membuat imunitas yang baik buat setiap warga negara,” ujar Terawan.

 Kini, uji klinis vaksin nusantara baru tahap I dan II, setelah itu masih ada uji klinis tahap ketiga untuk sebagai syarat memproduksi massal dan aman disuntikkan ke masyarakat.

 “Kita bisa menjadi negara pertama di dunia yang mengembangkan vaksin dendritik sel, vaksin imunoterapi,” ucap Terawan.

 Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga, Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Prof DR Chairul Anwar Nidom, mengatakan, Vaksin Nusantara digagas Tim Letnan Jenderal TNI Dr dr Terawan Agus Putranto dari RSPAD Gatot Subtoro, Jakarta, mampu mengantisipasi mutasi Covid-19.

 "Kalau menggunakan vaksin konvensional maka harus menunggu lebih dari 1 tahun.

Keburu virusnya mutasi lagi. Ini yang menyebabkan vaksin konvensional gagal mengahadapi Covid-19," ujar Prof Dr Chairiul Anwar Nidom, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Profesor Nidom Foundation (PNF).

 Menurut Chaerul Anwar Nidom, untuk menghadapi mutasi virus Covid-19, maka harus segera bisa diikuti dengan penggantian antigennya dalam pembuatan vaksin. Mutasi virus Covid-19 saat ini telah mencapai 200 mutasi.

 Tidak mungkin menggunakan vaksin dengan antigen lama untuk menghadapi mutasi virus yang terus-menerus.

 Oleh karena itu Nidom menegaskan metode denditrik pada Vaksin Nusantara yang dikembangkan Dr dr Terawan Agus Putranto dari RSPAD Gatot Subroto, sangat signifikan.

 "Betul. Vaksin Nusantara yang menggunakan medote denditrik akan menjawab sesuai perkembangan mutasi virus yang bisa berbeda-beda di dalam tubuh. Ini jadi jalan keluar, atas kegagalan vaksin konvensional," ujar Chairul Anwar Nidom.

 Chairul Anwar Nidom menjelaskan, kandungan vaksin dendritik adalah sel dendritik yang setiap saat bisa diambil dari plasma.

 "Protein antigennya setiap saat bisa diganti menyesuaikan perkembangan virus. Bahan penumbuh sel dendritik, setiap saat bisa dibeli," jelas Chairul Anwar Nidom.

 Chairul Anwar Nidom menjelaskan keuntungan penggunaan Vaksin Nusantara adalah untuk penderita komorbit karena dendritik sel masing-masing orang.

 “Pasien yang sedang gawat di rumah sakit, karena pembentukan antibodi spesifik bisa langsung setelah disuntikan, tidak menunggu 14 hari dulu," jelas Chaerul Anwar Nidom.

 Chairul Anwar Nidom menginngatkan, dengan jumlah penduduk Indonesia terbesar ke-4 di dunia, berarti Indonesia menghadapi resiko terbesar dalam pandemi ini. 

 "Seyogyanya semua potensi anak bangsa khususnya aspek-aspek kesehatan, obat & vaksin, diberi tempat untuk berkembang," tegas Chairul Anwar Nidom. *

 Suumber: bergelora.com/YouTube Josie Chyntia

 

Redaktur: Aju

 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda