Nasional post authorelgiants 06 Juni 2020

Teddy Berusaha Membangun Motivasi dan Menjaga Hati

Photo of Teddy Berusaha Membangun Motivasi dan Menjaga Hati Teddy Berusaha Membangun Motivasi dan Menjaga Hati

Tak pernah terbayang di benak Teddy Karhono bakal terinfeksi virus Corona. Hampir sebulan dia dirawat di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.  

Suhu tubuhnya tak stabil selama dirawat 1-29 April lalu. Kadang panas, kadang turun. Batuk terus menderanya. 

Di tengah kondisi tubuhnya yang labil itu, pengusaha di bidang pengolahan air bersih dan air limbah tersebut berusaha berpikiran positif. Dia berusaha membangun motivasi dan menjaga hati agar cepat sembuh.

Fokus pada penyembuhannya, Teddy menutup diri dari hal-hal yang membuat khawatir. Termasuk dari kebisingan percakapan di telepon pintar.

Teddy menuturkan, hati yang gembira adalah obat yang manjur dan bisa membangkitkan imun tubuh untuk melawan Corona. Kalau sedih berlarut dan stres, lanjut dia, akan membuat imun turun dan tidak baik bagi kesehatan.

"Kalau perjuangan saya dengan kondisi yang panas terus, batuk terus, saya memang menutup dari chat atau dari whatsapp, telepon saya sementara tidak terima supaya saya bisa fokus gimana saya fight (berjuang) dari dalam," tutur Teddy seperti dilansir dari Antara, Sabtu (6/6/2020).

Lalu, bagaimana cara yang dilakukan Teddy untuk bergembira?

Selama dirawat, dia rajin menonton tayangan lawakan, saling bercanda dengan sesama pasien, dan mendengarkan lagu yang membangkitkan semangat.

"Bercanda dengan teman-teman satu lantai, saling berkenalan tanpa pernah tatap muka, ketemu muka juga semua maskeran," cerita Teddy mantan pasien Corona itu.

Menurut Teddy, kasih persaudaraan di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet sangat erat. Tak ada yang memandang seseorang dari suku, ras, agama, dan antargolongan.

"Semua merasakan ada dalam satu perahu yang sama menghadapi badai yang sama. Perasaan inilah yang saya tidak temui di luar. Jadi di dalam Wisma Atlet itu benar-benar tidak lihat suku, ras, agama tidak ada," kata Teddy Karhono.

Pria 50 tahun itu menegaskan, dalam kondisi sakit, sesama pasien dan tenaga medis di Wisma Atlet saling memberikan semangat untuk terus berjuang dan berpikir positif.

"Selama di Wisma Atlet kami semua saling memberikan semangat satu sama lain tanpa membeda-bedakan SARA, bahkan kami juga berprinsip hati yang gembira adalah obat yang manjur," ujar pria kelahiran Kotabumi itu.

Teddy keluar dari Wisma Atlet pada 29 April 2020 dan melanjutkan isolasi mandiri di rumahnya di Jakarta Barat.

Teddy dinyatakan sembuh setelah dua kali hasil swab menunjukkan tidak ada keberadaan virus Corona penyebab Covid-19 atau negatif Covid-19.

Sementara itu, Jumat (17/4) malam lalu, bisa dibilang menjadi babak baru buat Juno (bukan nama sebenarnya). Ia berinisiatif 'menyerahkan diri' ke Wisma Atlet Kemayoran lantaran hasil swab menunjukkan dirinya positif terinfeksi virus corona (Covid-19).

Ia mengingat, beberapa petugas berjaga di depan wilayah yang dijadikan lokasi karantina, observasi dan isolasi pasien Covid-19 tersebut. Juno yang hanya berjalan kaki itu pun mencuri perhatian petugas.

"Mereka kaget, kok ada orang jalan kaki ke situ," kata Juno kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.

"Mau ngapain?" kata Juno melanjutkan cerita seraya menirukan suara petugas.

"[Lalu saya jawab] Saya positif, Pak. Saya mau berobat," kata dia lagi sembari mengingat suasana malam itu. Ia lantas dipersilakan masuk ke rumah sakit darurat untuk penanganan corona tersebut.

Ia kemudian dirawat di isolasi di Wisma Atlet karena terinfeksi corona.

Juno menuturkan, kedatangannya ke di Wisma Atlet tersebut bermula dari keluhan batuk pada pertengahan Maret lalu. Kala itu, ia memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Selatan. Ia hanya diberi obat oleh dokter.

Tapi, ia merasa obat tersebut tak berdampak pada keluhannya. Cek lagi dan diberi obat lagi, malah timbul efek samping yakni batuk yang kian parah. Setelah dirujuk ke dokter spesialis paru, pengecekan thorax menunjukkan terdapat flek di paru.

Namun saat itu ia kembali hanya diberi obat. Baru ketika kondisi tak kunjung membaik, Juno menjalani rawat inap selama 10 hari pada 27 Maret - 5 April 2020.

Dalam masa perawatan itu ia dites swab corona. Hasilnya ia positif terinfeksi virus corona.

Tapi meski positif, bukan rujukan ke rumah sakit rujukan corona yang didapatnya. Dokter malah hanya menyarankan untuk isolasi mandiri.

"Karena kata dia, percuma juga rumah sakit di sana pasti penuh dan kewalahan," ujarnya.

Namun tak lama rasa bingung bercampur khawatir itu menemukan titik terang lewat interaksinya dengan salah seorang pengikut di Twitter. Ia berkata, pengikut yang berprofesi sebagai dokter rumah sakit rujukan tersebut malah bingung, kenapa Juno justru diperbolehkan pulang padahal hasil tes swab belum keluar.

"Saya pun ke Wisma Atlet bermodal hasil di tes itu, ada dokumen lain berupa hard copy yaitu resume medis, foto rontgen, dan riwayat obat-obatan," katanya.

Wisma Atlet seperti Apartemen

Membandingkan Wisma Atlet dulu dan kini, jelas berbeda. Saat ini kawasan tersebut menjadi tempat orang berjibaku dengan virus corona. Sulit membayangkan jika harus tinggal di sana untuk beberapa waktu dan, kadang tanpa kepastian kapan bisa pulang.

Akan tetapi, Juno justru menganggap akan lebih baik jika dirawat di Wisma Atlet.

Saat tiba di sana, petugas mengecek kelengkapan dokumen. Juno juga menjalani pemeriksaan kondisi kesehatan. Pada hari yang sama, ia pun langsung dikarantina. Meski baru semalam, Juno merasa lebih nyaman ketika dikarantina di Wisma Atlet.

"Ranjang [rumah sakit] juga enggak nyaman kan. Di sini enak, lebih bagus dari apartemen saya yang dulu," katanya sambil tertawa. (lip/cnn)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda