Nasional post authorAju 12 September 2021

Geostrategi Lewat Religi Nibakng Dayak Bidayuh dalam Gepolitik Indonesia di Borneo

Photo of Geostrategi Lewat Religi Nibakng Dayak Bidayuh dalam Gepolitik Indonesia di Borneo Warga Dayak Bidayuh dari Indonesia dan Malaysia pada latar belakang rumah tiang panggung bernama baluq di Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, ndonesia

SEBUJIT, SP – Religi Nibakng, upacara syukuran selepas panen padi Suku Dayak Bidayuh di Dusun Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, dapat dijadikan konsep geostrategi di dalam menjabarkan geopolitik Indonesia di wilayah Pulau Borneo.

Karena setiap kali digelar religi Nibakng, warga Suku Dayak Bidayuh di Negara Bagian Sarawak, Federasi Malaysia, menyatu dengan warga Dayak serumpunnya di wilayah Indonesia.

Kecamatan Siding, sebagai salah satu kecamatan di wilayah Provinsi Kalimantan Barat, berhadapan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Federasi Malaysia.

“Nibakng, selalu digelar selama tiga hari tiap tahun, yaitu tanggal 15, 16 dan 17 Juni,” kata Deki Suprapto (61 tahun), pemuka masyarakat Adat Dayak Bidayuh di Desa Sebujit, Minggu, 12 September 2021.

Geopolitik adalah penggunaan unsur bumi untuk memperoleh kekuasaan, atau pemanfaatan letak geografi dalam menentukan kebijaksanaan. Cara yang digunakan untuk mencapai tujuan geopolitik disebut geostrategi.

Geopolitik Indonesia dituangkan dalam doktrin nasional, Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif.

Geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan Kebudayaan Indonesia yang diintegrasikan ke dalam ideologi Pancasila: sosial, ekonomi dan politik.  

Bersihkan tengkorak manusia

Menurut Deki Suprapto, “Banyak pihak salah dalam penyebutan religi Nibakng, karena sering disebut nyobeng. Padahal, sebutan yang benar adalah nibakng. Sebutan nyobeng, sama sekali tidak dikenal di dalam Bahasa Bidayuh, baik di Indonesia maupun di Malaysia.”

Religi Nibakng, rangkaian membersihkan tengkorak manusia yang disimpan sepanjang tahun pada sebuah rumah tiang panggung pada lantai tiga yang sebut baluq.

Membersihkan tengkorak manusia dari hasil mengayau (potong kepala manusia) pada hari kedua dalam rangkaian nibakng, dimaknai memberikan penghormatan tertinggi kepada arwah para leluhur.

Ini sebagai implementasi dari manusia Suku Dayak sebagai bagian integral suku-suku bangsa di Asia yang menganut trilogy peradaban, yaitu hormat dan patuh kepada leluhur, hormat dan patuh kepada orangtua serta hormat dan patuh kepada negara.

Trilogi peradaban kebudayaan Asia dimaksud, membentuk karakter dan jatidiri manusia Suku Dayak beradat, yaitu berdamai dan serasi dengan leluhur, berdamai dan serasi dengan alam semesta, berdamai dan serasi dengan sesama, serta berdamai dan serasi dengan negara.

Faktor pembentuk karakter dan jatidiri manusia Dayak beradat, lahir dari sistem religi Dayak, dengan sumber doktrin: legenda suci Dayak, mitos suci Dayak, adat istiadat Dayak dan hukum adat Dayak, denga menempatkan hutan sebagai sumber dan simbol peradaban (Aju, 2020).

Dengan demikian, religi nibakg dimaknai pula sebagai alat diplomasi kebudayaan dari aspek pertahanan negara adalah mempelajari bagaimana pengelolaan sumber daya dan kekuatan nasional, baik pada saat masa damai, perang, dan sesudah perang, dalam menghadapi segala bentuk ancaman dari dalam negeri maupun luar negeri.

Ancaman yang dimaksud pun sifatnya luas, tidak hanya ancaman bersifat militer, namun juga ancaman yang bersifat nonmiliter yang mampu mengancam keutuhan wilayah, kedaulatan negara, serta keselamatan bangsa.

Diplomasi pertahanan merupakan segala metode serta strategi yang diterapkan oleh suatu negara dengan mengerahkan segala upaya di bidang ekonomi, budaya, kerjasama politik serta kerjasama pertahanan.

Melalui dimensi­-dimensi diplomasi pertahanan merekatkan hubungan antar negara serta membangun kepercayaan (mutual trust) dan Confidence Building Measures (CBM).

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, melalui Program Indonesia Arts and Culture Scholarship (IACS) dan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, melalui Wonderful Indonesia, mesti mengelaborasi Kebudayaan Dayak di dalam melakukan strategi diplomasi kebudayaan, ketika diplomasi kebudayaan menjadi tren sebagai alat berdiplomasi antar negara pada abad ke-21.

Kebudayaan Dayak mesti dijadikan salah satu akar dari kebijakan-kebijakan yang dibuat Pemerintah Republik Indonesia, dalam menentukan dan memperjuangkan masa depan bangsa, dapat dimaksimalkan melalui akselerasi, kapitalisasi dan modernisasi di dalam diplomasi kebudayaan Indonesia.

Makna terkandung religi Nibakng Dayak Bidayuh dapat dielaborasi di dalam mewujudkan diplomasi kebudayaan Republik Indonesia.

Pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia ke Borneo Timur, secara otomatis Pulau Borneo sebagai episentrum atau titik keseimbangan antara dua kekuatan raksasa dunia, yaitu China – Amerika Serikat, karena sektor timur dan barat (Indonesia) dan utara (Federasi Malaysia dan Kerajaan Brunei Darussalam), berhadapan langsung dengan Laut China Selatan, Asia Timur, dimana sekarang tengah disengketakan.

Meminimalisir potensi konflik

Di sinilah letak diplomasi Kebudayaan Dayak, dapat berperan sebagai media dalam menyuarakan ideologi dan pemahaman mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga dapat meminimalisir potensi konflik yang dapat terjadi akibat perbedaan kebudayaan dan ketidaksepahama

Ritual Nibakng yang dilakukan setiap tahun merupakan tanda perdamaian, melingkupi perdamaian Dayak Bidayuh serumpun yang ada di Indonesia ataupun Malaysia.

Dalam setiap kesempatan digelarnya ritual nyobeng, ada warga Malaysia yang ikut hadir dalam upacara tersebut. Memungkinkan bagi mereka (warga Malaysia) untuk ikut hadir di upacara adat tersebut. 

Selain karena masih satu rumpun dari Dayak Bidayuh, juga karena kampung Hli Buei terletak dekat kawasan perbatasan. 

Simlog, genang panjang yang dipasang menembus lantai baluq pun bertalu. Mengikuti hentakan kenong dan empat buah gong besar yang tergantung di dinding. Usai istirahat siang menjamu rombongan tamu yang datang, sebuah acara seremonial pun dilakukan. 

Saat makan siang, hidangan yang diberikan merupakan menu netral. Artinya, hidangan untuk tamu dapat disantap semua. Hanya saja, penyajiannya memang dikemas secara tradisional. Nasi dan sayur yang dibagikan dibungkus terpisah menggunakan daun. Diletakkan berjejer di depan tamu. 

Selain itu, ada pula lauk yang disimpan dalam wadah bambu yang sudah diraut dan dibentuk memanjang seperti palung kecil. Kenikmatan santapan terasa meski berbumbu sederhana karena aura tradisional.

Sebelum ritual nibakng dilakukan, setiap rumah membuat sesaji yang harus diolesi darah ayam dari sayapnya. Darah ayam dipercikkan keberbagai tempat yang dianggap sakral disekitar rumah, rumah adat, dan perkampungan. 

Ritual nibakng diawali dengan memotong bambu untuk mendirikan sangiang, tempat sesajian. Ritual dianjurkan dengan memotong ayam sebagai tanda persembahan, kemudian memotong anjing untuk menolak bala.

Upacara ini dilaksanakan sela tiga hari, dari 15 hingga 17 Juni. Tradisi ini sudah ditinggalkan lama sejak tahun 1894. Upacara Nibakng dipimpin oleh tetua adat Sebujit. 

Kegiatan utamanya adalah memandikan tengkorak yang disimpan di rumah adat. Upacara Nibakng dimulai dengan tembakan senjata lantak selama tujuh kali rentetan. 

Letupan dari senapan tersebut berguna untuk memanggil ruh leluhur, sekaligus minta izin untuk pelaksanaan ritual Nibakng. 

Kegiatan utamanya adalah memandikan tengkorak yang disimpan di rumah adat. Setelah tembakan, kepala suku dan rombongan pengiring berjalan menuju rombongan tamu dari luar desa yang datang menyaksikan Nibakng. 

Makna penyambutan tamu tersebut adalah mengikat tali silaturahmi antar Desa Sebujit dengan masyarakat luar desa. Tetua adat melempar anjing ke atas. 

Kemudian, tamu rombongan harus menebas anjing tersebut. Jika masih hidup, maka harus ditebas di tanah. Prosesi tersebut juga dilakukan dengan menggunakan telur ayam. Tetua adat melempar telur ayam kepada rombongan tamu. 

Makna telur ayam

Jika telur tersebut tidak pecah, maka artinya tamu yang datang tidak tulus. Sebalinya, jika telur yang dilempar pecah, maka tamu ritual tersebut ikhlas. Selama acara Nibakng, para tamu dihormati.

Para tetua adat memandikan batok kepala manusia yang disimpan di sebuah kotak, bersama kalung babi hutan. Kepala menjadi pilihan utama karena Suku Dayak Bidayuh meyakini bagian leher ke atas adalah simbol jati diri manusia. 

Tengkorang kepala manusia yang telah dikeringkan bisa menjadi sihir paling kuat di dunia. Tengkorak yang telah dibubuhi ramuan, dianggap memiliki sihir cukup kuat untuk menghadirkan hujan sekaligus meningkatkan hasil panen, dan mengusir roh jahat. *

 

Wartawan: Aju

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda