Nasional post authorAju 17 Oktober 2021

Antonius Benny Susetyo Pr: NU Jangkar Perdamaian di Indonesia dan Dunia

Photo of Antonius Benny Susetyo Pr: NU Jangkar Perdamaian di Indonesia dan Dunia Webinar dengan tema “Sosok Ideal Pemimpin NU Menjelang Satu Abad ”, digelar Universitas Islam Malang (Unisma) di Malang, Sabtu, 16 Oktober 2021.

JAKARTA, SP - Staff Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susatyo Pr, menyatakan, Nahdlatuh Ulama (NU) butuh pemimpin yang bisa membaca tanda-tanda zaman.

“Kemudian, mampu menjadi jawaban atas masalah yang terjadi dalam Bangsa maupun dunia, karena selama ini NU diyakini sebagai jangkar perdamaian di Indonesia dan dunia,” kata Benny Susatyo,  dalam Webinar dengan tema “Sosok Ideal Pemimpin NU Menjelang Satu Abad ”, Sabtu, 16 Oktober 2021.

Webinar digelar Universitas Indonesia Malang (Unisma).

Benny Susatyo mengatakan, di masa mendatang NU kedepannya akan menghadapi banyak tantangan dan karenanya Siapapun yang nanti akan memimpin NU dia harus mampu membaca sekaligus menjawab tanda tanda zaman.

Benny memberi contoh dalam kepemimpinan KH.Abdurrahman Wahih atau Gusdur dimana pada ujung pemerintahan Presiden Soeharto (1 Juli 1967 – 21 Mei 1998) dalam menghadapi kerepresifan dan kediktatoran.

Gusdur mampu membangun tatanan masyarakat sipil melalui pembuatan dan pengkoordinasian lembaga swadaya masyarakat, serta mampu memupuk para generasi muda hingga dapat menjadi tokoh tokoh besar yang berperanpenting pada kemajuan tidak hanya umat Islam tetapi Bangsa Indonesia seluruhnya.

Visi yang luar biasa Ini membuat nama Gusdur harum tidak hanya dikancah dalam negeri tetapi juga dunia.

Dalam masa pandemi Corona Virus Disease-19 (Covid-19), sistem-sistem dan kekuatan besar telah banyak yang tumbang dan runtuh, hendaknya NU dapat mengambil kesempatan ini dengan memperkuat diri dalam dunia digital.

Sekaligus melakukan konsoidasi dengan berbagai unsur masyarakat untuk dapat saling membantu dan bersatu untuk menjaga rasa persatuan di Indonesia.

Hal ini dibutuhkan karena pada era digital sekat sekat Negara dan wilayh telh runtuh hingga berbagai macam paham atau ideology dapat masuk dan merusak tatanan masyarakat.

Opini dapat mudah dan cepat dibangun dalam  media social hingga dapat mudah merusak suatu sistem yang telah lama tertata  ini dibuktikan dalam kasus arab spring.

Kemampuan persuasi dalam era digital merupakan hal yang utama dimiliki oleh mereka yang ingin bertahan dan berkembang termasuk NU dan Pemimpinnya.

Karenanya NU perlu memenuhi ruang public dan ruang digital dengan berita berita dan informasi tentang NU hingga dapat tetap menjadi jangkar Perdamaian Negara  bahkan lebih jauh  jangkar perdamaian dunia.

NU sebagai jangkar jerdamaian, ujar Benny Susatyo, khususnya sangat dibutuhkan saat- saat ini dalam menghadapi ekslusifitas dan ekstrimisme kelompok yang makin meluas dan berkembang  dengan memanfaatkan pandemi sebagai Alasan bahwa eksklusifitas dan ekstrimisme adalah satu satunya jalan penyelamat.

NU diharapkan mampu memberi sumbangan bagi perdamaian dunia dengan menjaga dan menghormati inklusivitas di seluruh dunia sehingga nilai-nilai islam yang damai dan universal.

Serta ideology Pancasila sebagai identitas Bangsa dan NU mampu terbumikan dengan baik dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dunia hingga semangat Gusdur sebagai bapak demokrasi dan bapak pluralisme  Indonesia mampu dapat diteruskan oleh Pemimpin Baru NU.

Pemimpin baru NU dalam membaca tanda tanda zaman diharapkan  tidak hanya sekedar dengan menghargai perbedaan pendapat dan pandangan.

Namun juga dapat berperan sebagai Pemimpin yang dapat  memperkuat ekonomi masyarakat bawah dengan memaksimalkan jaringan kemasyarakatan NU dan mengembangkannya secara digital dan modern.

Sehingga warga NU dapat memaksimalkan potensinya dalam mengembangkan ekonomi sehingga kesejahteraan seluruh warga NU dapat dicapai dan karenanya  kita semua dapat berkontribusi aktif dalam membangun peradaban  Indonesia  dan  dunia.

Pada akhirnya menjaga kesatuan NU juga berarti  menjaga Negara dan Menjaga dunia ,jangan karena perbedaan visi menjadikan terbelah.

NU harus menjawab kebutuhan dunia tentang pemimpin spiritiual yang mampu berpikir global.

“Ambil kembali ruang dunia yang telah dirintis Gusdur menjadi kekuatan untuk memperkuat NU dan Indonesia di mata  masyarakat dunia. Kkarena eksistensi NU dibutuhkan oleh Indonesia dan dunia,” ujar Benny Susatyo.

Dalam sambutan pembukaan,  Rektor Unisma H. Noor Shodiq Askandar,S.E., M.M. menyatakan tujuan webinar pada hari ini adalah membuka diskusi antara Unisma bersama narasumber dan peserta Webinar tentang bagaimana  membangun profil pimpinan ideal NU dalam segala bidang.

Karena NU tidak saja  membutuhkan pemimpin matang namun juga penuh dedikasi,berpandangan jauh ke depan ,moralitas baik dan penerimaan  tinggi di tengah tengah masyarakat.

Dengan kajian akademik melalui webinar ini  diharapkan ditemukan profil dan formula pimpinan NU yang dapat menjadi pencerah sekaligus penyejuk di tengah umat.

Hasil dari diskusi webinar dapat memberikan formula yang tepat sebagai Kado untuk  NU menjelang 100 tahun Nahdatul ulama sekaligus menyambut  hari santri nasional.

Acara diselenggarakan dalam rangka Lustrum ke 8 Universitas Islam ini antara lain dihadiri oleh Gus Miftah Maulana Habiburrahman.

Gus Miftah mengatakan, pemimpin yang paling ideal memiliki tiga kriteria yaitu memiliki aspek manajerial yang harus dikuasai,harus memiliki networking yang luas di segala bidang tidak hanya agama saja juga memiliki visi yang jelas dan terukur tentang masa depan organisasi, umat, bangsa , Negara dan Dunia.

Ketua tahnfidz ke depan harus paham dan mengerti tehnologi,adaptif terhadap perubahan zaman serta dapat  masuk ke kaum milenial karena mereka yang nanti menguasai Negara dan pasar pada masa depan dalam era digital. *

 

Wartawan: Aju

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda