Nasional post authorAju 18 November 2021

BPNT: Teroris Tangkapan Densus 88 Polri Terkoneksi Jaringan Al Qaida

Photo of BPNT: Teroris Tangkapan Densus 88 Polri Terkoneksi Jaringan Al Qaida Direktur Pencegahan BNPT, Brigadir Jenderal (Pol) Ahmad Nurwahid

JAKARTA, SP – Dosen di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, Ahmad Farid Okbah yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Polisi Republik Indonesia di Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Selasa dinihari, 16 Nopember 2021, terkaitan jaringan teroris Al Qaida di Afganistan.

“Sebagai jaringan Jamaah Islamiah di Indonesia, Ahmad Farid Okbah jadi mentor bagi JI yang terkoneksi langsung dengan Al Qaida di Afganistan,” kata Direktur Pencegahan BNPT, Brigadir Jenderal (Pol) Ahmad Nurwahid, Jakarta, Kamis, 18 Nopember 2021.

Ahmad mengatakan, Farid Okbah merupakan afiliator atau coordinator JI untuk Al-Qaeda di Afghanistan.

Kendati, Ahmd Nurwahid tidak menjelaskan rinci perihal terakhir kali Farid Okbah pergi ke Afghanistan.

Ahmad Nurwahid, mengungkapkan bahwa Ahmad Farid Okbah pernah ditunjuk sebagai Ustaz yang melatih sejumlah kader Jamaah Islamiah pada tahun 1992.

"Di tahun-tahun 1992-an ditunjuk sebagai ustaz yang ditunjuk mentraining sejumlah kader ustaz-ustaz yang menyebarkan visi dan misi JI dengan pendalaman kitab wahabi, fiqih jihad yang kemudian dikembangkan kepada kader-kader pesantren JI dan anggota JI di daerah dengan mengadakan dauroh-dauroh," tutur Ahmad Nurwahid.

Selasa dinihari, 16 Nopember 2021, Densus 88 Antiteror Polri meringkus Farid Okbah, Ahmad Zain An Najah dan Anung Al Hamad di wilayah Bekasi, Jawa Barat. Ketiga teroris jaringan JI.

Orang pertama yang ditangkap Densus 88 adalah Ahmad Zain An-Najah, di Jalan Merbabu Raya, Perumahan Pondok Melati, Kota Bekasi pada pukul 04.39 WIB, Selasa, 16 Nopember 2021.

Kemudian, Densus 88 menangkap Farid Ahmad Okbah di Jalan Yanatera, Kelurahan Jatimelati, Kota Bekasi pada pukul 04.43 WIB, Selasa, 16 Nopembr 2021.

Lalu terakhir, Anung Al-Hamad yang ditangkap di Jalan Raya Legok Blok Masjid, Jatimelati, Kota Bekasi, pada pukul 05.49 WIB, Selasa, 16 Nopember 2021.

Ahmad Zain An-Najah selain sebagai Dewan Syuro Jamaah Islamiyah juga menjabat Ketua Dewan Syariah Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf (LAM BM ABA).

Adapun LAM BM ABA, merupakan yayasan amal yang dibentuk JI untuk menggalang dana umat.

Kemudian, Farid Ahmad Okbah selain menjadi Tim Sepuh atau Dewan Syuro JI, ia juga menjabat sebagai Dewan Syariah LAZ BM ABA.

Sementara Anung Al-Hamad disebut sebagai anggota Pengawas Perisai Nusantara Esa Tahun 2017.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polisi Republik Indonesia, Brigjen Rusdi Hartono menjelaskan bahwa Densus 88 telah melakukan proses yang panjang untuk menuntaskan kelompok teroris JI dari tanah air, sehingga penangkapan terhadap tiga terduga teroris tersebut bisa dipertanggungjawabkan legalitasnya.

Rusdi Hartono menjelaskan, penelusuran terhadap kelompok JI dimulai sejak menangkap amir JI yang bernama Aji Parawijayanto pada 29 Juni 2019.

Dari Aji Parawijayanto, Densus 88 Antiteror Polri menemukan pintu masuk untuk dapat menggambarkan beberapa aspek, mulai dari struktur organisasi, pola rekrutmen, pendanaan dan juga bagaimana strategi daripada JI itu sendiri.

"Sehingga sekali lagi, apa yang dilakukan Densus 88 Antiteror Polri murni sebagai penegakan hukum yang tegas dan kedua tidak ada kriminalisasi terhadap kelompok siapa pun," ujar Rusdi Hartono.

Di Indonesia, organisasi teroris meliputi Mujahidin Indonesia Barat (BIB), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Ring Banten, Jamaah Tawhid wal Jihad (JTJ), Forum Aktivis Syariah Islam (FAksi), Pendukung dan Pembela Daulah (PPD), Gerakan Reformasi Islam (GRI).

Asybal Tawhid Indonesia (ATI), Kongres Umat Islam Bekasi (KUIB), Umat Islam Nusantara (UIN), Ikhwan Muwahid Indunisy Fie, Jazirah al-Muluk (Ambon), Ansharul Kilafah Jawa Timur (AKJT), Halawi Makmun Group, Gerakan Tawhid Lamongan (GTL), Khilafatul Muslimin dan Laskar Jundullah (KMLJ) dan Jamaah Ansharut Daullah (JAD).

JAD merupakan jaringan teroris berafiliasi ke ISIS paling aktif di Indonesia. Jaringan JAD membunuh Ajun Inspektur Satu Polisi Martua Sigalingging saat tertidur pulas karena dalam keadaan sakit saat bertugas di Pos Penjagaan Polisi Daerah Sumatera Utara, Jalan Medan Tanjung Morawa, Kilometer 10,5, Medan, pukul 03.00 Waktu Indonesia Barat, Minggu, 25 Juni 2017.

JAD mengebom tiga gereja Surabaya, menewaskan 21 orang (9 pelaku dan 12 korban) di Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Minggu pagi, 13 Mei 2018. Pimpinan JAD dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Indonesia adalah Aman Abdurahman yang sudah ditangkap Polisi Republik Indonesia (Polri),  dan ditahan di Markas Komando Brigade Mobile Polisi Republik Indonesia (Mako Brimob Polri) di Kelapa Dua Depok, Provinsi Jawa Barat.

Bom 3 gereja di Surabaya dipimpin Dita Supriyanto, Ketua JAD Surabaya, yang meledakkan bom di Gereja Pusat Pantekosta Surabaya di Jalan Arjuna, Surabaya.

Sementara itu, Brigadir Polisi Leonardo Latupapua, tewas ditembak teroris JAD di Markas Polisi Sektor Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan, Senin, 1 Juni 2020.

Abdurahman, anggota JAD tewas seketika ditembak Polisi saat terjadi penyerangan. Jumat, 5 Juni 2020, Polisi Republik Indonesia, melakukan operasi senyap, menangkap jaringan Abdurahman.

Rangkaian aksi terorisme yang mencekam di Indonesia, sebagaimana aksi bom di Bali, pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang. Kemudian, pada 1 Oktober 2005 terjadi lagi teror bom di Bali,  menewaskan 23 orang.

JAD melakukan pelemparan bom menewaskan beberapa jemaat saat beribadat di Gereja Oikumene, Jalan Ciptomangun Kusumo, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Hilir, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Minggu pagi, 13 Nopember 2016.

Di Indonesia, ada satu lagi jaringan teroris baru yang sudah diidentifikasi dan terus diawasi di wilayah Solo, Provinsi Jawa Tengah, di Bekasi, Provinsi Jawa Timur, di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Namanya Jamaah Ansharut Khilafah (JAK). Jaringan teroris di Indonesia, sudah menyatakan kesetiaan kepada pemimpin ISIS yang baru, Abu Ibrahim al-Hashemi al-Qurashi, atau yang dikenal oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai Amir Muhammad Sa’id ‘Abd-al-Rahman al-Mawla.

Pemerintah Republik Indonesia, mengakui, dari sekian organisasi kelompok Islam garis keras di Indonesia, secara organisatoris, malah ada yang sudah memiliki agenda politik secara nyata, menggantikan ideologi Pancasila menjadi ideologi berdasarkan khilafah, yaitu Hizbut Tahrir Indonesi (HTI).

Kemudian, Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) Sulawesi Selatan, dan Mujahidin Indonesia. HTI sendiri sudah dibubarkan Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017. *

Wartawan: Aju

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda