Nasional post authorBob 20 Juni 2021

Puan Maharani: Manusia Harus Menjadi Pengendali Teknologi Menuju Masyarakat 5.0

Photo of Puan Maharani: Manusia Harus Menjadi Pengendali Teknologi Menuju Masyarakat 5.0 Puan Maharani : Menusia Harus Menjadi Pengendali Teknologi Menuju Masyarakat 5.0
JAKARTA, SP - Zaman bergerak secepat kilat. Teknologi berkembang tanpa bisa berhenti. Kita sedang berada dalam gelombang Industri 4.0 di mana peran robotik, kecerdasan buatan,  blockchain, crypto, dan algoritma kesadaran akan menggantikan peran manusia dalam  menangani pekerjaan.
 
“Yang terjadi, bukan saja pergantian generasi secara biologis, tetapi pergantian gaya hidup,  jenis pekerjaan dan pandangan terhadap identitas diri. Lalu bagaimana mengaktualisasikan semangat yang bersumber dari warisan sejarah di masa seperti ini?” kata Ketua DPR RI Puan Maharani dalam wawancara pada Sabtu, (19/6/2021).
 
Dia menekankan dalam mengimplementasikan kebijakan negara pada ranah praksis harus mampu menyentuh sendi-sendi yang paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini penting agar masyarakat siap untuk menghadapi gagap teknologi, memanfaatkannya untuk kemajuan dan menghindari dampak negatifnya.  
 
Di sisi lain, pada awal Januari 2019, melalui Forum Ekonomi dunia 2019 di Davos, Swiss, muncul gagasan Society 5.0 atau Masyarakat 5.0. Konsep ini menawarkan ide mengenai masyarakat yang berpusat pada manusia, untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi sekaligus mampu menyelesaikan masalah sosial.
 
Masyarakat 5.0 hendak menempatkan teknologi sebagai bagian dari manusia. Manusia pun memiliki kepuasan terhadap hasil kerja sehingga berdampak positif terhadap tingkat produktivitas dan kesejahteraan.  
 
“Dalam pemikiran saya, pada konteks masyarakat 5.0 di mana menempatkan manusia  sebagai subyek dan pusat dari kemajuan peradaban, maka pembangunan manusia yang  demikian itu, haruslah berlandaskan pada ide tentang manusia Indonesia dan kebudayaan  Indonesia,” kata mantan Menko PMK ini.
 
Menurut Puan, manusia Indonesia ialah manusia yang berakar pada tanah airnya, bertumbuh dalam kebudayaan bangsanya, serta memiliki jiwa bangsanya, yaitu berjiwa Pancasila. 
 
Dengan berpegang teguh terhadap prinsip tersebut, saat menjalankan kewajiban sebagai Menko PMK, dia memutuskan beberapa kebijakan untuk memperkuat program-program aksi kebudayaan yang bisa menjadi dasar untuk menuju masyarakat 5.0.
 
Salah satu program strategis nasional di mana Kemenko PMK menjadi leading sektor adalah Revolusi Mental. Program ini, lanjut Puan, merupakan gerakan kebudayaan untuk merubah dan membangun cara pikir, cara kerja, dan cara hidup, yang lebih baik dan berkemajuan dengan berlandaskan pada jiwa bangsa Indonesia. 
 
“Sebagaimana pernah saya sampaikan pada berbagai kesempatan bahwa Revolusi Mental  menjadi landasan penting dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,” kata politisi PDI Perjuangan ini.
 
Pelaksanaan program tersebut bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air, rasa percaya diri, optimisme, serta daya kreatif dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan dalam membangun kualitas dan kemajuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 
 
Oleh karena itu, 'Revolusi Mental' adalah merupakan bagian dari proses pembentukan  karakter bangsa dalam rangka mewujudkan cita cita kemerdekaan. Kesuksesan Gerakan Nasional Revolusi Mental, kata Puan, dapat disaksikan bersama saat penyelenggaraan Asian Games dan Asian Para Games di Jakarta dan Palembang tahun 2018 lalu. 
 
“Hal tersebut menjadi bukti bahwa dengan kekuatan kepribadian kebudayaan kita sebagai  bangsa yaitu gotong royong, maka kita dapat menggerakan energi terbaik bangsa untuk  meraih kesuksesan,” tambah Puan.
 
Dia menjelaskan praktik-praktik Gerakan Nasional Revolusi Mental yang memperlihatkan kekuatan gotong royong untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan. Penyelenggaraan perhelatan kompetisi olahraga internasional tersebut melibatkan semua kemampuan terbaik anak bangsa Indonesia.
 
“Mulai dari membangun infrastruktur GBK serta persiapan di Wisma Atlet, mengelola kenyaman para tamu dan atlet yang berjumlah lebih dari 25.000 orang dari 45 Negara, manajemen luar biasa dari 16.000 Relawan yang ramah juga menghidangkan konsumsi untuk seluruh tamu dan atlet. Itu butuh gotong royong yang solid,” kata Puan bangga.
 
Dia menyebutkan bahwa relawan tersebut mengelola kegiatan di arena venue-venue  yang ada sehingga tertib dan bersih. Mereka juga yang saat itu mengelola teknologi di GBK dan venue pertandingan. Tak hanya itu, para atlet Indonesia juga telah bekerja keras meraih medali.
 
“Sukses penyelenggaraan dan prestasi para atlet kita di Asian Games dan Asian Para Games 2018 telah membuktikan bahwa kita mampu melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik,” tambahnya. 
 
Menurut dia, Gerakan Nasional Revolusi Mental telah mengambil bagian dalam proses pembentukan karakter manusia Indonesia juga membentuk kepribadian bangsa dalam kebudayaan. 
 
“Konsep Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang dilakukan selama saya menjadi Menko adalah upaya untuk membangun manusia dan kebudayaan yang berkarakter dan berjiwa Indonesia. Budaya untuk menjadi yang lebih baik, berprestasi, dan berkemajuan, inilah yang harus semakin diperluas dalam masyarakat kita,” pungkas Puan. (nif)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda