SEBAGIAN besar negeri dan daerah termasuk di Kalimantan Barat ini mempunyai nama julukan atau gelaran. Misalkan Bandar Pontianak yang merupakan ibukota Kalimantan Barat dijuluki Kota Khatulistiwa or Khatul ‘Istiwa, sebab Pontianak adalah salah satu wilayah yang dilewati garis khayal yang membelah bumi ini, sehingga ada Tugu Evenaar alias Tugu Khatulistiwa sebagai penandanya.
Negeri Sambas misalnya, dikenali dengan gelaran Serambi Mekahnya Borneo Barat, sebab apa? Karena Negeri Sambas ini dahulu masyhur sebagai negeri yang teguh adat budayanya bernuansa keagamaan, utamanya juga di Negeri Sambas pernah terlahirkan dan tempat dilahirkan para Alim Ulama masyhur, seperti yang populer yakni Allahyarham Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasi, Mursyid utama Thariqah Qadiriyah Wan Naqsabandiyah, sampailaah Ulama besar seperti Maharaja Imam Basiuni Imran.
Demikianpun daerah-daerah lainnya, mempunyai julukan dan gelaran yang biasanya diambil dari apa yang menjadi kekhasan daerah tersebut, baik berupa sumber daya, hasil bumi, nama tokoh dan kisah legenda, termasuk keunikan wilayah lainnya.
Sehingga ada yang dikenali kedengan Bumi Intan, Negeri Dara Juanti, Bumi Lawang Kuari, Uncak Kapuas, Bumi Galaherang, Kota Seribu Vihara, Tanah Kayong, Bumi Dara Nante dan seterusnya.
Nah, khas di kampung laman saya, sebuah daerah yang merupakan pemekaran dari Ketapang si Tanah Kayong, bernama Kayong Utara, dikenali bergelar Kayong Utara si Tanah Bertuah.
Apakah gelar atau julukan ini muncul dari inisiatif Pemerintah Kabupaten ataukah bukan? Apakah dari masyarakatnya? Mengapa disebut Tanah Bertuah? Apa maksud dan maknanya? Dan apakah ada sumber referensinya? Sepanjang yang saya cari, belum ada dan ditemui keterangan resminya, agar mudah menjelaskan mengenai apa makna di sebalik julukan tersebut itu.
Suatu ketika dahulu, sekitar 3 atau 4 tahun nan lalu, ada seorang mahasiswa yang sedang mengadakan penelitian, menanyakan hal tersebut. Barangkali dia perlu untuk memuatnya di dalam Bab II yang biasanya memuat gambaran wilayah yang sedang diteliti.
Bertanyalaah ke saya, sebab bertanya ke yang lain, disuruh “merudu” ke saya. Padahal mestinya bertanya ke para pihak di Pemkab yang barangkali lebih tahu dan kompeten tentang arti dari julukan itu.
Akhirnya, sebab saya awam hal ehwal macam ini, jadi beginilah... Pernah terdengar oleh saya, perbincangan di warung kopilaah, lupa juga siapa yang berujar, barangkali ada sisi benarnya juga, bahwa kata BERTUAH pada julukan Kayong Utara Bertuah atau Kayong Bertuah itu adalah kependekan atau akronim dari “Berbudaya, Elok, Ramah, Tenteram, Unggul, Agama dan Hebat.” Memberi julukan akronim begini memang sudah umum dilakukan.
Tapi dalam tulisan ini, saya hendak memperpanjang cerita tentang mengapa selain akronim, julukan Bertuah atau Betuah pada kabupaten kampong laman saya ini, sebetulnya memang harus diberikan penjelasan yang bermakna. Agar sesuai dengan ciri khas yang sebati-sejati dengannya.
Kabupaten Kayong Utara disingkat KKU. Kayong itu sendiri ialah nama keseluruhan untuk daerah Kabupaten Ketapang dan KKU sekarang, disebut Tanah Kayong. Para insan penghuninya disebut orang Kayong.
Nama Kayong sendiri beragam versi asalnya, menurut Penulis Muda Ketapang, Bang Agus Kurniawan, berdasarkan cerita beberapa orang tua, “Kayong berasal dari kata Khayangan dalam penyebutan Melayu Tua, artinya Tanah Surga. Disebut Tanah Surga karena begitu indahnya negeri Kayong ini.
Di bagian pesisir, laut dengan gelombang tenang berkejaran menyapa pasir pantai yang membentang, di pantai itu pucuk-pucuk daun kelapa melambai diterpa angin, di tempat lain yang tidak berpasir; akar bakau menjadi tempat yang aman bagi ikan untuk menyimpan telurnya, karena itu Tanah Kayong begitu kaya akan ikan.
Agak ke darat, setelah daerah landai berawa dangkal, perbukitan sambung menyambung menjadi landasan hutan yang merangkum Tanah Kayong dalam hijaunya pepohonan.
Di dalam hutan-hutan itu segala jenis hewan kita temukan, demikian pula makanannya berupa umbi-umbian dan buah yang beraneka macam anugerah Allah Tuhan semesta alam. Manusia, alam, hewan dan tetumbuhan hidup harmonis mensyukuri nikmat di negeri Kayong.” Begitulah kira-kira gambarannya si Tanah Kayong.
Menurut JU Lontaan, Kayong berasal dari nama Kampong atau Banua Kayong. Versi lainnya, Kayong adalah nama anak Sungai Matan Baru/Pawan di daerah pehuluan.
Nama Kayong Utara sendiri muncul sebagai nama Kabupaten baru, karena berkesesuaian bahwa Kabupaten ini masih bagian dari Tanah Kayong, kebetulan berada di wilayah utara, pemekaran dari 5 Kecamatan saat itu di wilayah utara Kabupaten Ketapang.
Identitas sebagai orang Kayongpun masih melekat dan tak mungkin lepas. Walaupun dalam sejarah penamaan kabupaten baru ini sempat diwarnai tarik menarik dan konon berdasarkan hasil cabut undi, ada yang mengusulkan nama Kabupaten Muara Palong, Simpang dan sebagainya. Namun nama Kayong Utaralah yang terpilih.
Kembali ke istilah Kayong Utara Tanah Bertuah sebagai gelar atau label yang barangkali diberikan untuk menjadi ciri khas julukan. Sedangkan julukan dan gelaran Tanah Kayong sendiri selama ini sudah menjadi khas bagi Kabupaten Ketapang.
Bertuah... Dalam bahasa Melayu, dari asal kata Tuah yang bermakna, “Sakti, keramat, mempunyai berkat atau berkah, pengaruh yang mendatangkan keuntungan, kebahagiaan, keselamatan, dan sebagainya.”
Tuah juga mengandung makna kebaikan, keistimewaan, keunggulan, kehormatan, kemasyhuran, dan sebagainya. Sehingga bertuah bermakna mempunyai tuah, mengandung kekuatan, kekeramatan, boleh mendatangkan untung, keselamatan, kebaikan, kesejahteraan, kemakmuran dan seterusnya.
Artinya jika disebut Tanah Bertuah, maknanya tanah yang didiami, tempat bermastautin, tempat berikhtiar usaha, yang diwariskan ke para zuriat itu mempunyai tuah, mengandung kekuatan, kekeramatan, boleh mendatangkan untung, keselamatan, kebaikan, kesejahteraan, kemakmuran dan sebagainya bagi para penghuninya.
Jika ditilik dari arti Kayong sebagai tanah surga sebagaimana tersebut di atas, maka cocok dan tepatlah sudah kalau disebut tanah bertuah. Apalagi dari suratan sejarah, di Tanah Kayong inilah tamadun atau peradaban negeri pertama dan tertua di wilayah Borneo bahagian barat pernah berdiri berjaya, yakni Kerajaan Tanjungpura, yang masyhur, tersohor dan berpengaruh tersebut.
Menjadi bertuah juga kerna dianggap dituakan, dikeramatkan, berpengaruh, mempunyai kuasa dan kekuatan di masa lalu tersebut. Negeri-negeri dan bandar-bandar serta banua-banua di dalamnyapun dikenali kaya sumber daya alam, makmur dan sejahtera.
Dari sekelumit opini tersebut, mestinya memang ini menjadi sebuah motivasi dan penyemangat bagi Kayong Utara yang sudah terlanjur mengambil julukan Tanah Bertuah. Jika dicermati, maka ada doa dan harapan supaya perkembangan Kabupaten ini sebagai daerah otonom makin berjaya, makmur, sejahtera, damai dan sentausa.
Namun apakah Kayong Utara sudah “bertuah” sebagaimana ada tuah yang terpatri padanya semenjak dahulu kala? Tuah bertuah bolehlah tergurat pada cerita sejarah, kejayaan lampau, kebesaran masa lalu, pada tanah yang makmur, alam yang indah dan beragam sumber daya alamnya.
Kayong Utara memiliki tuah itu, namun hanya kan bertuah jika potensi-potensi itu bermanfaat. Jika para insan anak negerinya mampu mengolahnya dan berdaya. Terlebih lagi tuah kan bertuah jika para pemimpinnya dapat mengelola dengan sebaik-baiknya untuk sepenuhnya kemakmuran bersama.
Sebab para pemimpin adalah payung negeri, yang mempunyai peranan untuk menjalankan amanah kebijakan demi kebijaksanaan memajukan dan memberdayakan. Andaikan tidak, maka cerita lama hanya akan menjadi sekadar uraian sejarah belaka, bertuahnya kan sebatas julukan. (*)