Opini post authorKiwi 07 Desember 2020

Pilkada Semakin Dekat, Politik Uang Merajalela

Photo of Pilkada Semakin Dekat, Politik Uang Merajalela Saskia Putri Ramadhanita
Oleh:
Saskia Putri Ramadhanita
Mahasiswi Prodi Hubungan Internasional FPSB UII 2020

 

Dunia politik yang kerap kali menjadi ajang bersaing nya calon-calon penguasa kini kian mencekam sebab dalam beberapa tahun ini, Indonesia dibuat heboh oleh penemuan-penemuan tak terduga yang terjadi di masyarakat seperti kasus suap-menyuap berupa ‘uang’ yang berasal dari paslon yang mengajukan diri untuk bisa menduduki jabatan tersebut. Hal ini sontak menjadi suatu perbincangan hangat. Bagaimana tidak, istilah seorang calon pemimpin rakyat yang di mana di kenal sebagai panutan rakyat malah memberikan stigma negatif di masyarakat, bahkan jauh sebelum ia terpilih. Seperti halnya yang dikutip dari indonews.id yang ditulis oleh Fikri Syariati yaitu pada pelaksanaan Pilkada Serentak 2015, Bawaslu RI menemukan sebanyak 92 kasus praktik politik uang terjadi pada masa kampanye, dengan sebaran kasus di 21 kabupaten yang terletak di 10 provinsi; sebanyak 311 kasus politik uang pada masa tenang, dengan sebaran kasus di 25 kabupaten/kota yang terletak di 16 provinsi; dan sebanyak 90 kasus politik uang pada hari H pemilihan berlangsung, dengan sebaran kasus di 22 kabupaten yang terletak di 12 provinsi. Sementara itu pada Pilkada Serentak 2017, Bawaslu RI menemukan sebanyak 600 kasus dugaan politik uang di 101 daerah yang melaksanakan Pilkada. Adapun pada Pilkada Serentak 2018, Bawaslu RI mencatat setidaknya 35 kasus politik uang di 171 daerah yang menyelenggarakan Pilkada.

Hal ini tentu nya menjadi sebuah peringatan selama pelaksanaan Pilkada, sebab politik uang ini sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi mereka para paslon yang ingin menjabat. Mahfud MD menilai perubahan yang terjadi dalam praktik politik ini hanya berupa bentuk, yaitu dari pemilihan kepala daerah melalui DPRD ataupun dipilih secara langsung oleh rakyat. Ia juga mengatakan bahwa apabila pemilihan melalui DPRD maka uang yang diberikan berupa borongan yang langsung diberikan kepada partai, namun jika pemilihan diadakan secara langsung maka uang yang diberikan berupa eceran kepada rakyat yaitu satu per satu menggunakan amplop.

Pada dasarnya memang politik uang ini tidak bisa dihindarkan dalam Pilkada dan kita tidak bisa secara serta-merta menyalahkan paslon tetapi bisa saja pihak penyelenggara pun terlibat di dalamnya. Ada baiknya kita sebagai masyarakat awam tidak tergoda dengan hal-hal seperti itu. Untuk itu kita harus mengetahui solusi menghindari politik uang yaitu sebagai berikut, Pertama memaksimalkan pendidikan politik. Secara tidak langsung politik uang ini berdampak pada sistem politik bangsa, oleh sebab itu pendidikan politik harus lebih ditingkatkan lagi. Kedua, memperbaiki sistem pendidikan. Sistem pendidikan kita yang cenderung lebih memilih akademis tampaknya mengabaikan non akademis serta etika. Hal ini merupakan bentuk ketidakberhasilan sistem, oleh sebab itu perlu adanya sebuah perubahan dalam sistem politik. Dan yang terakhir ada sosialisasi politik. Sosialisasi politik yang lebih memfokuskan pada sistem, budaya dan segala hal yang menyangkut politik ini diharapkan mampu untuk merubah budaya money politik yang sangat meluas.

Bagaimana pun politik uang ini akan tetap terjadi secara terus-menerus di Indonesia jika dari sistem pendidikan di bidang politik saja sudah tidak amanah dan hanya bermodalkan uang saja sebagai pendukung keberhasilannya padahal hal seperti itu jauh dari kata berkualitas. Diharapkan nanti kedepannya Indonesia menjadi sebuah negara yang memiliki kepala-kepala daerah yang amanah, jujur, serta mengedepankan warga di daerah tersebut.*

Referensi:
https://indonews.id/mobile/artikel/27057/Politik-Uang-Sebagai-Ancaman-Pilkada-Serentak-2020/

https://www.kompasiana.com/amp/jurnalistij/solusi-mencegah-money-politics_586bfc56b89373e61c006fa0

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200905211752-32-543196/mahfud-md-sebut-politik-uang-selalu-ada-di-setiap-pilkada

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda