Opini post authorBob 08 November 2020

Pola Konsumsi Masyarakat Mulai Membaik

Photo of Pola Konsumsi Masyarakat Mulai Membaik Ulfa Mardiyah, Fungsional Statistisi Ahli Pertama, BPS Provinsi Kalimantan Barat

BADAN Pusat Statistik Kalimantan Barat (BPS Kalbar), Kamis, 5 November 2020 baru saja merilis angka Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat Triwulan III-2020. Kepala BPS Provinsi Kalimantan Barat, Moh Wahyu Yulianto menyampaikan bahwa Pertumbuhan Ekonomi Kalbar Triwulan III-2020 terkontraksi sebesar 4,46 persen (y-on-y).

Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kalbar lebih rendah dibanding dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi sebesar 3,49 persen pada periode yang sama. Dengan rilisnya angka tersebut, maka dinyatakan bahwa Indonesia resmi mengalami resesi. Pun juga sama dengan Kalbar yang resmi resesi.

Namun pertumbuhan ekonomi tidak hanya dapat dilihat secara tahunan saja (y-on-y), melainkan dapat dilihat secara triwulanan (q-to-q). Jika dilihat secara triwulanan (q-to-q), pada triwulan III-2020 pertumbuhan ekonomi Kalbar tumbuh sebesar 4,89 persen dibanding dengan triwulan II-2020 yang merosot tajam sebesar -8,26 persen.

Hal ini memang sudah menjadi siklus perekonomian Kalbar setiap triwulanan bahwa angka pertumbuhan ekonomi triwulan III dalam tiga tahun berturut-turut selalu mengalami kenaikan dibanding dengan triwulan II.

Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa dalam kondisi pandemi dan situasi yang tidak menentu seperti ini, Kalbar masih dapat mempertahankan kondisi perekonomiannya, meskipun secara riil perekonomian kalbar saat ini tidak lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

Banyak faktor yang menyebabkan terkontraksinya pertumbuhan ekonomi, salah satunya dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat yang dapat dilihat pada komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga.

Perlu diketahui bahwa Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) merupakan penyumbang terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut pengeluaran. Pada triwulan III 2020, PKRT mendominasi PDRB sebesar 52,56 persen.

Artinya bahwa lebih dari setengah PDRB dipengaruhi oleh PKRT. Sehingga apabila konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sedikit saja, maka pertumbuhan ekonomi akan ikut menurun.

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Kalbar pada triwulan III-2020 yang terkontraksi sebesar 0,11 persen (y-on-y). Angka penurunan yang tidak terlalu signifikan namun pengaruhnya sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalbar.

Namun nilai -0,11 persen menjadi angka yang lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan PKRT triwulan II-2020 yang terkontraksi sebesar 2,49 persen.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini menjadi lebih baik karena terjadi peningkatan pertumbuhan di beberapa subkomponen yang cukup signifikan, seperti Makanan dan Minuman beralkhohol dan Rokok ; Perumahan, Air, Listik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya; Kesehatan; Transportasi/Angkutan; Komunikasi; dan Barang Pobadi dan Jasa Perorangan.

Hal itulah yang mendorong peningkatan pertumbuhan PKRT Triwulan III-2020 dibanding dengan pertumbuhan PKRT Tiwulan II-2020.

Peningkatan sub komponen tersebut juga dipengauhi oleh dengan adanya tatatan hidup baru atau new normal disaat pandemi Covid-19 yang digencarkan pada awal bulan Juli lalu, yang tujuannya untuk memperbaiki kondisi perekonomian nasional maupun daerah. Sehingga pada triwulan III 2020 masyarakat lebih konsumtif dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Selain itu juga dapat kita amati bahwa akhir-akhir ini masyarakat sudah mulai bosan dengan adanya aturan-aturan yang membatasi kegiatan di masa pandemi ini. Apalagi dengan adanya new normal, perilaku masyarakat sudah mulai kembali seperti normal kembali.

Namun sebaiknya kita harus tetap patuh terhadap potokol kesehatan (prokes) yang  harus kita terapkan selama masa pandemi ini.

Perilaku masyarakat Kalbar yang gemar ‘nongkrong’ di warung kopi (warkop) maupun cafe tidak dapat dielakkan. Semenjak new normal, tempat usaha yang menyediakan makan dan minum seperti, restoran, cafe, warkop dan kedai makanan lainnya diizinkan untuk dibuka namun tetap mengikuti prokes yang berlaku.

Bagaikan mendapat angin segar bagi masyarakat yang gemar ‘nongkong’, sehingga mereka sudah bisa bercengkrama dengan teman-temannya dan menikmati kebersamaan di cafe maupun warkop yang sudah mulai melayani makan/minum ditempat.

Adanya kondisi tersebut ternyata sesuai dengan angka yang dirilis oleh BPS Prov Kalbar, khususnya di sektor atau lapangan usaha Penyedia Akomodasi dan Makan Minum pada triwulan III 2020 meningkat sebesar 46,33 persen dibanding dengan triwulan II 2020 (q-to-q).

Hal tersebut juga dapat dilihat bahwa sejak awal bulan Juli hingga sekarang maraknya pelaksanaan pernikahan. Karena pelaksanaannya sempat tertunda di awal tahun yang terjadinya awal mula penyebaran Covid-19 sehingga semua kegiatan yang menimbulkan kerumunan dilarang oleh pemerintah untuk sementara waktu.

Namun setelah adanya new normal pelaksanaan pernikahan cukup padat pada triwulan terakhir ini, sehingga hal tersebut juga mendorong pertumbuhan sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum.

Memang secara pengamatan masyarakat yang patuh terhadap protokol kesehatan di masa pandemi ini, melihat orang lain yang begitu ramai nongkrong di cafe atau warkop adalah tindakan yang tidak nyaman dipandang mata. Karena hal tersebut menimbulkan kekhawatiran jika penyebaran virus Covid-19 semakin meluas.

Walaupun begitu, tempat usaha tersebut juga dipelukan untuk memenuhi hajat orang banyak. Mulai dari pemilik dan pelayan tempat usaha hingga pembelinya juga sama-sama butuh.

Pemilik dan pelayanannya perlu income untuk kebutuhan hidup mereka. Pembelinya memerlukan produk barang/jasa yang dihasilkan dari usaha tersebut.

Namun di masa pendemi ini, kita harus tetap waspada dan selalu mematuhi potokol kesehatan dalam melakukan kegiatan diluar rumah. Sehingga kegiatan ekonomi maupun sosial tetap dapat berjalan tanpa kekhawatiran. Sehingga kondisi perekonomian dapat kembali normal.

Tentunya peran pemerintah dalam meningkatkan pola konsumsi masyarakat di masa pandemi ini sangat dibutuhkan. Pemerintah telah menyalurkan Bantuan Sosial (Bansos) Tunai kepada masyarakat yang kondisi ekonominya menengah kebawah atau kurang beruntung.

Sehingga masyarakat yang terdampak krisis ekonomi akibat pandemi covid-19  dapat membelanjakan bantuan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut BPS, Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) pada triwulan III 2020 mengalami peningkatan sebesar 13,38 dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Salah satunya pengeluaran belanja untuk bantuan sosial dan belanja tak terduga yang digunakan untuk penanganan Covid-19.

Harapannya, semoga dengan usaha pemerintah yang tiada hentinya untuk mempertahankan perekonomian nasional maupun daerah di tengah pandemi Covid-19 ini membuahkan hasil dengan terciptanya perekonomian yang lebih baik di triwulan selanjutnya. Dan virus Covid-19 segera lenyap dari bumi ini. (*)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda