LAPANGAN usaha pertanian di Kalimantan Barat sampai saat ini masih menjadi sektor yang sangat potensial jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Hal tersebut bisa ditunjukkan dari daya serap tenaga kerja dan kontribusi lapangan usaha pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kalimantan Barat.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2022, daya serap tenaga kerja di lapangan usaha pertanian selalu menempati posisi tertinggi dibandingkan lapangan usaha lainnya, yaitu mencapai hampir 50 persen (tepatnya 48,37 persen).
Sama halnya dengan daya serap tenaga kerja, kontribusi tahunan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap PDRB Kalimantan Barat pada tahun 2022 juga menempati posisi tertinggi jika dibandingkan dengan usaha lainnya, yaitu mencapai 21,10 persen.
Kedua indikator tersebut menunjukkan bahwa lapangan usaha pertanian memiliki peran penting sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat.
Cakupan lapangan usaha pertanian menurut konsep dan definisi Badan Pusat Statistik (BPS) tidak hanya terbatas pada subsektor tanaman pangan seperti pengguna lahan padi dan palawija, namun juga mencakup subsektor perkebunan, kehutanan, hortikultura, perikanan, peternakan, serta jasa pertanian.
Jika melihat cakupan lapangan usaha pertanian tersebut, Kalimantan Barat menjadi provinsi paling potensial jika dibandingkan dengan empat provinsi lainnya di Pulau Kalimantan. Pada subsektor tanaman pangan, Kalimantan Barat memiliki luas panen dan produksi padi terbesar kedua setelah Kalimantan Selatan (BPS, 2021).
Luas panen dan produksi padi di Kalimantan Barat adalah sebesar 223,16 ribu hektar. Dengan luasan tersebut, Kalimantan Barat pada mampu menghasilkan sebanyak 711,90 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG) atau sebanyak 421,15 ton beras.
Potensi pertanian berikutnya di Kalimantan Barat yaitu subsektor perkebunan, seperti kakao dan kopi. Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas areal kakao dan kopi yang menghasilkan paling besar di pulau Kalimantan, yaitu masing-masing secara berurutan sebesar 8.135 hektar dan 4.353 hektar.
Tidak hanya unggul dari sisi kuantitas, kopi Kalimantan Barat juga dapat bersaing secara kualitas bahkan hingga kancah internasional. Pada World Coffee Challenge 2022, festival kopi yang berlangsung 29-30 September 2022 di Spanyol, Kopi Liberika dari Kabupaten Kayong Utara berhasil mendapatkan peringkat pertama kualitas kopi terbaik.
Tidak hanya kakao dan kopi, luas perkebunan karet Kalimantan Barat juga menjadi yang terluas dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 415,00 ribu hektar.
Bahkan pada tahun 2021, Kalimantan Barat menjadi lima provinsi penyumbang produksi karet kering terbesar di Indonesia, yaitu menyumbang sekitar 252,06 ribu ton.
Selain itu, luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat juga menempati posisi tertinggi se-Kalimantan (atau nomor dua se-Indonesia setelah Riau), yaitu sebesar 2.015,91 ribu hektar dengan luas tanaman menghasilkan sebesar 1.632,62 ribu hektar. Dengan luasan tersebut, Kalimantan Barat mampu memproduksi Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 5.332,34 ribu ton dan menjadi lima provinsi penyumbang produksi terbesar di Indonesia.
Di samping itu, Kalimantan Barat juga merupakan provinsi dengan jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit terbanyak di Indonesia, yaitu sejumlah 349 perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa Kalimantan Barat memiliki daya tarik kuat bagi para investor, khususnya komoditas kelapa sawit. Sejauh ini baik kakao, kopi, karet kering, maupun CPO masih menjadi komoditas ekspor unggulan di Indonesia yang berperan penting dalam menghasilkan devisa negara.
Bahkan Indonesia merupakan produsen karet kering dan CPO terbesar di dunia, sehingga dapat dikatakan bahwa Kalimantan Barat mempunyai andil penting pada subsektor perkebunan di Indonesia.
Pada subsektor perikanan, Kalimantan Barat memiliki jumlah pelabuhan perikanan terbanyak jika dibandingkan dengan empat provinsi lain di Pulau Kalimantan.
Secara lebih rinci, Kalimantan Barat memiliki satu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PNN), tiga Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dan 13 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), sehingga total terdapat 17 pelabuhan perikanan.
Sedangkan jumlah pelabuhan perikanan pada empat provinsi lainnya bahkan tidak mencapai 10 pelabuhan. Dari segi produksi yang tercatat pada 17 pelabuhan tersebut, secara rata-rata pada tahun 2021 volume hasil tangkapan ikan adalah sebanyak 230 ton.
Selain pelabuhan perikanan, terdapat total sebanyak 39 tempat pendaratan ikan tradisional di Kalimantan Barat. Tempat pendaratan ikan tradisional merupakan tempat produksi ikan yang belum termasuk ke dalam salah satu kategori pelabuhan perikanan dan sifatnya masih tradisional.
Total volume ikan yang didaratkan pada 39 tempat pendaratan ikan di Kalimantan Barat pada tahun 2021 adalah sebanyak 4.985,65 ton.
Data-data di atas menunjukkan bahwa selama ini Kalimantan Barat memiliki andil penting di lapangan usaha pertanian. Oleh karena itu, Kalimantan Barat berpotensi menghasilkan produk pertanian yang melimpah.
Seperti istilah anak milenial saat ini, Kalimantan Barat adalah “hidden gem” pertanian dengan segala potensinya. Hidden gem dalam bahasa Indonesia adalah permata tersembunyi.
Permata tersembunyi perlu dipoles agar dapat memperlihatkan keindahan sejatinya dan menambahkan nilainya. Begitu pula dengan potensi pertanian di Kalimantan Barat, potensi tersebut perlu dipoles dengan berbagai cara, salah satu yang paling penting untuk dilakukan yaitu dengan meningkatkan produktivitas.
Mengingat bahwa luasan areal lapangan usaha pertanian di Kalimantan Barat merupakan yang terluas jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Pulau Kalimantan, maka jumlah produksi yang dihasilkan seharusnya juga bisa menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Namun faktanya, sejauh ini produktivitas Kalimantan Barat masih lebih kecil jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Kalimantan. Seperti misalnya kakao dan kelapa sawit. Luas areal perkebunan kakao Kaimantan Barat pada tahun 2021 adalah sebesar 8.135 hektar, dengan produksi biji kakao sebanyak 1.893 ton.
Nilai produksi tersebut lebih kecil dibandingkan provinsi Kalimantan Timur yang mampu menghasilkan sebanyak 2.478 ton hanya dengan luas areal perkebunan sebesar 7.749 hektar. Demikian pula dengan kelapa sawit.
Pada tahun 2021, luas areal perkebunan kelapa sawit Kalimantan Barat yang menghasilkan adalah sebesar 1.632,62 ribu hektar, dengan produksi CPO sebanyak 5.332,34 ribu ton. Nilai produksi tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan provinsi Kalimantan Tengah yang mampu menghasilkan CPO sebanyak 7.280,74 ribu ton hanya dengan luasan perkebunan kelapa sawit sebesar 1.822,89 ribu hektar.
Dengan kata lain, produktivitas perkebunan kelapa sawit Kalimantan Barat hanya mencapai 3,2 ton/hektar, lebih rendah dari produktivitas kelapa sawit di Kalimantan Tengah yaitu sebesar 4,6 ton/hektar.
Hal tersebut menjadi tantangan bersama bagi pemerintah dan masyarakat Kalimantan Barat untuk dapat memanfaatkan lahan pertanian se-efektif dan se-efisien mungkin agar jumlah produksi yang dihasilkan bisa semakin meningkat. Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan regenerasi petani.
Regenerasi petani bertujuan untuk meningkatkan SDM petani berusia muda (generasi milenial) yang lebih adaptif terhadap perubahan teknologi. Pemanfaatan teknologi tersebut harapannya mampu meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Kalimantan Barat. (*)