Opini post authorBob 12 Mei 2020

Kemenangan Selandia Baru atas Covid-19; Menarik Kesimpulan di tengah 'Perang' yang Belum Usai

Photo of Kemenangan Selandia Baru atas Covid-19; Menarik Kesimpulan di tengah 'Perang' yang Belum Usai Wandi El Bansir, Pengurus Majelis Daerah KAHMI Kota Pontianak

Oleh:

Wandy El Bansir, Pengurus Majelis Daerah KAHMI Kota Pontianak

Baru-baru ini (masih hangat) Selandia Baru telah mengumumkan kepada publik (Senin, 11/5) sebagai negara yang telah berhasil menurunkan peringatan Covid-19 hingga sampai ke level 2. Hal ini disampaikan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern.

Dalam kondisi sekarang ini di Selandia Baru, mereka telah merencanakan beberapa hal. Sekolah akan kembali dibuka, pekerja akan kembali ke kantor, toko-toko retail dan restoran akan segera dibuka, tempat rekreasi, perpustakaan dan lain-lain terkecuali bar yang baru dibuka hingga 21 Mei 2020 nanti, karena masih berIsiko tinggi untuk perihal social distancing. Mengapa bisa demikian? Karena mereka telah mewati masa krisis pandemi Covid-19 baru-baru ini.

Apa yang mereka lakukan? Strategi yang diterapkan oleh Selandia Baru boleh dikatakan cukup jitu karena eliminasi yang super duper ketat. Adapun beberapa yang intens mereka lakukan seperti membatasi pertemuan dengan maksimal hanya 10 orang, selanjutnya menutup perbatasan kurang lebih 10 hari (yang dilakukan pada bulan Maret 2020). Setelah beberapa minggu lockdown, Selandia Baru membuka kembali perjalanan domestik, namun menutup perjalanan internasional untuk waktu yang kemungkinan besar cukup lama.

Selandia Baru sekarang memiliki kapasitas untuk melakukan 1.200 orang untuk setiap titik-titik daerah tertentu untuk tes Covid-19 per hari kepada warganya, tingkat pengujian per kapita yang lebih tinggi daripada Australia, Inggris, Singapura, dan Korsel.

Saya bisa katakan ini adalah kebijakan yang fantastis, cepat, dan tepat sesuai dengan plan yang diperhitungan dengan matang. Kembali lagi saya soroti persoalan perjalanan International yang ditutup dan pemberlakuan tes Covid-19 pada masyarakat secara kontinyu setiap harinya. Ini menjadi menarik dan layak untuk dibahas mengingat hal-hal yang dilakukan di negara kita dapat dikatakan masih berbanding terbalik dengan Selandia Baru yang melesat berlari kencang untuk keseriusan penanganan Covid-19 ini. Kurang seriusnya adalah persoalan perjalanan International seperti diberitakan beberapa media, banyak TKA (baca ; Tenaga Kerja Asing) yang masuk ke negara Indonesia pada saat perkembangan virus Covid-19 yang masih meningkat tajam di Bumi Nusantara ini. Saya tidak ingin membahas lebih jauh mengapa TKA ini bisa diperbolehkan masuk di negara kita seperti tanpa permisi. Namun yang jelas  kebijakan yang dilakukan di negara Selandia Baru semestinya patut kita aplikasikan sesuai dengan kebutuhan 'perang' melawan Covid-19 di negara kita.

Selain itu, pendeteksian Covid-19 seluruh warga negara Indonesia tidak dilakukan secara maksimal, belum lagi pemberitaan bermunculan terkait akurasi alat tes Covid-19 yang didatangkan dari luar negeri masih diragukan. Hal-hal seperti ini membuat situasi penanganan Covid-19 bukan semakin terkendali namun semakin terhambat. Cluster-cluster Covid-19 semakin hari semakin buyar dan akan memunculkan kekhawatiran-kekhawatiran baru, mengingat clusternya semakin sulit untuk dilakukan pemetaannya.

Selandia Baru pada akhirnya telah memenangkan pertarungan melawan Covid-19 sementara ini meskipun 'perang' tersebut belum usai karena masih ada sekitar 93 orang lagi yang masih terpapar virus Covid-19 ini. Namun,  fakta telah membuktikan bahwa Selandia Baru adalah pemenang tanpa vaksin yang berhasil mengendalikan laju  keganasan virus Covid-19 dengan strategi lockdown secara keseluruhan.

Harapan saya dan mungkin kita semua, pandemi Covid-19 ini segera berlalu. Pemerintah kita telah merencakan anggaran penanganan Covid-19 ini sebesar Rp405,1 triliun. Untuk itu, dengan kerjasama seluruh warga negara indonesia ini semoga saja bisa tertangani mengingat rancangan pengeluaran anggaran yang tidak sedikit. 

Bayangkan saja Rp75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp110 triliun untuk social safety Net, Rp70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus KUR, dan Rp150 triliun untuk pemulihan ekonomi nasional. Jangan Sampai besaran anggaran yang disiapkan tersebut menjadi hasil yang sia-sia. Negara lain bisa sukses mengatasi persoalan Covid-19 seperti Selandia Baru, Indonesia juga harus bisa. Paling tidak dengan adanya anggaran Rp405,1 triliun tersebut paling tidak bisa untuk menerapkan lockdown Covid-19 dimulai dalam waktu dekat.

Apabila lockdown terlalu lambat dilakukan, maka kemampuan warga untuk memiliki dana safety pribadi lambat laun semakin menipis dan kelak akan menimbulkan kriminalitas yang tinggi akibat warga negara sebagian besar sudah tidak dapat bekerja dan menafkahi keluarganya. Semoga saja itu tidak terjadi.

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda