Opini post authorBob 14 Juni 2021

Merefleksikan Podcast Presiden Jokowi dan Mas Menteri Nadiem

Photo of Merefleksikan Podcast Presiden Jokowi dan Mas Menteri Nadiem P ADRIANUS, Waka Humas Sekolah, Guru SMP/SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak-Kalbar

Kala peringatan Hardiknas 2021 sebulan lalu, Mendikbud-Ristek, Menteri Nadiem  Anwar Makarim mengadakan Podcast dengan Presiden ke-7 RI, Presiden Joko Widodo. Materi yang dibincangkan tentu isu-isu seputar pendidikan di Indonesia. Isu ini masih terasa hangat.

Podcast berasal dari dua istilah Inggris yaitu iPod dan broadcast. Pod diambil dari pemutaran media digital dari Apple ‘iPod’ dan cast diambil dari istilah radio ‘broadcast’. Podcast sendiri dapat diakses melalui komputer, tablet, maupun handpone. Podcast yang terjadi antara Presiden Jokowi dengan Mas Menteri termasuk jenis podcast interview. Podcast tersebut dibagikan di laman Sekretariat Presiden. Lewat refleksi dua harian, point pentingnya berikut.

Pendidikan memiliki tujuan untuk memerdekakan kehidupan manusia dan membangun jiwa dan raga anak bangsa, generasi penerus bangsa ini yang dilandaskan pada filosofi merdeka belajar dengan semangat gotong-royong. Bentuknya penguatan kemerdekaan berpikir, kemerdekaan berkarya dan kemerdekaan bertanya. Tentu hal ini mengalami tantangan.

Sebagai sebuah solusi diperlukan cara lain, misalnya Digital berupa Hybrid yang adaptif, kreatif, dan inovatif. Lebih dari 215 negara mengalami situasi pandemi Covid, sehingga PBM dilaksanakan secara daring. Guru dituntut kreatif dan inovatif. Pandemi dimanfaatkan untuk mengevaluasi untuk mengoreksi total dunia pendidikan, sehingga pandemi tidak menjadi penghalang untuk mencapai kemajuan.

Sebelumnya berupa intuisi, sudah dirasakan perlu ada perubahan di Indonesia, tapi karena pandemi menjadi jauh lebih jelas. Kesenjangan digital, akses internet yang tidak merata, akses guru berkualitas tidak merata, penganggaran tidak memprioritaskan daerah-daerah 3T (tertinggal, depan, terluar).

Vaksinasi untuk mencapai kekebalan komunal (herd immunity). Pemerintah memulai vaksinasi untuk guru dan tendik agar guru terlindungi dan anak-anak dilindungi, serta siswa bisa segera sekolah tatap muka terbatas. Dengan segala daya dan upaya, segera dikembalikan siswa ke sekolah, tapi aman dari Covid-19, dengan menjalankan protokol kesehatan ketat. Kalau semua guru dan tendik sudah divaksinasi, sekolah diwajibkan membuka opsi sekolah tatap muka terbatas.

Gagasan Pak Presiden mengenai kemajuan dalam pendidikan di Indonesia yaitu pendidikan untuk semua (inklusif) hingga ke pinggir desa dan hingga pelosok tanah air, tapi harus berkualitas dan kompetitif yang berjalanan secara bersamaan. Dengan adanya pandemi, memberi hikmat terjadinya percepatan digitalisasi dalam dunia pendidikan.

Menurut Mas Menteri, mengenai proses belajar jarak jauh banyak kendala, tidak mempunyai HP dan koneksi internet. Kualitas pendidikan di dunia dari PJJ ada penurunan, tapi pelajaran pandemi, bahwa guru dan siswa memiliki kesempatan emas mengenai platform-platform digital. Presiden mengikuti perkembangan dan menggunakannya untuk transformasi pendidikan seperti teknologi hybrid yang akan menjadi modal untuk sekolah nanti dengan platform teknologi akan meningkatkan kolaborasi antara guru, orang tua, dan murid.

Terobosan di bidang pendidikan yang sudah dilaksanakan oleh Mas Menteri. Digitalisasi sekolah menjadi fokus utama dalam program merdeka belajar. Beberapa program penting yang telah diluncurkan adalah Ujian Nasional diubah menjadi Asesmen Nasional (AN). AN bukan mengukur informasi, tapi mengukur numerasi dan literasi kemampuan bernalar dan survei karakter, nilai-nilai Pancasila akan diukur dan dikuantifikasi per sekolah. Isu-isu intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan dapat diukur dan terpetakan, akan disimpan menjadi database pendidikan nasional.

Program Guru Penggerak. Mas Menteri menemukan di lapangan dari pengalaman guru penggerak di Kaltim tersadarkan akan berbagai macam mispersepsi mengenai kepemimpinan di dunia pendidikan. Strategi ini untuk meluncurkan regenerasi kepemimpinan, nantinya Kepala sekolah dari alumni Program Guru Penggerak. Transformasi keuangan. Dana BOS akan ditransfer ke sekolah langsung untuk memberikan solusi keterlambatan penyaluran lewat transfer daerah yang menyebabkan sekolah-sekolah mencari talangan dari orang tua siswa. Dalam hal transformasi keuangan ini juga, kepala sekolah diberikan fleksibilitas dalam penggunaan dana BOS.

Terkait dengan digitalisasi sekolah, bekerjasama dengan Menkoinfo untuk memastikan sekolah mendapat prioritas akan koneksi internet. Kemendikbud sedang mempersiapkan program distribusi laptop terbesar yang pernah terjadi, sehingga murid dan guru bisa mengakses projector dan wifi router.

Mengenai Kampus Merdeka dand KIP kuliah, Mas Menteri dengan dukungan Pak Presiden membuka opsi bagi perusahaan dan NGO (Non-Government Organisation) membuat kursus dengan full SKS bagi mahasiswa, karena sekarang belajar dapat di mana-mana dan “dengan siapa saja imbuh Pak Jokowi, bisa di mana saja, dengan siapa pun”. Bisa dengan perbankan, industri, dan usaha kecil menengah (UKM).

Mas Nadiem bilang, “bahwa dulu waktu magang terlalu pendek”. Ketika magang, mahasiswa mendapatkan full 20 SKS dalam perusahaan tanpa mengorbankan SKS, ditambah ada subsidi gaji untuk mahasiswa dan biaya transportasi. Ini kesempatan yang sangat besar bagi perusahaan dan bagi mahasiswa untuk menambah talentanya. Pak Presiden meminta partisipasi sektor strategis, termasuk perusahaan untuk mendukung program Kampus Merdeka ini.

Ada juga penyampaian tipe belajar Pak Jokowi ketika sekolah hingga kuliah. Sedari jenjang dasar, menengah, hingga universitas Pak Presiden Jokowi tidak mau kalah. Maksudnya,  di antaranya jika kawan belajar satu jam, maka Pak Jokowi belajar selama dua jam. Karena dengan belajar bisa mewujudkan cita-cita. Ketika kuliah aktif mengikuti kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam, di sana beliau juga belajar. Belajar bisa di mana saja, siapa saja, dan kapan saja termasuk di alam terbuka.  

Mari serentak bergerak, wujudkan Merdeka Belajar, tidak hanya di Kampus Merdeka tapi juga di pendidikan formal (pra-sekolah, pendidikan dasar dan jenjang menengah, pendidikan tinggi); pendidikan nonformal; dan pendidikan informal. Mudah-mudahan. (*)

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda