Opini post authorBob 20 Januari 2023

Memahami Social Gap Dalam Penelitian Sosiologi

Photo of Memahami Social Gap Dalam Penelitian Sosiologi Amalia Irfani, Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM

Penulis:

 

 

Amalia Irfani,

 

 

Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM

 

 

 

Peneliti atau penulis yang baik selalu memiliki tujuan dalam setiap karya tulis ilmiah yang dibuat. Hasil akhir memberikan kontribusi kepada masyarakat, dengan provokasi positif di setiap untaian kalimat berpadu pada paragraf.

Dalam sebuah diskusi menarik yang diadakan oleh Pascasarjana Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (19/01), secara daring melalui room zoom cloud meeting (ZCM) pada kegiatan Kuliah Tamu dengan tema Metode Penelitian Sosial Muktahir dalam Sosiologi, terjelaskan detail tentang pentingnya seorang peneliti sosial memahami proses, memiliki cukup pisau analisis dengan menguasai teori, terbuka serta memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi untuk mengulas suatu fenomena di masyarakat. Fenomena dengan social gap, yang sedang terjadi dan penting ditelaah, dapat dijadikan solusi alternatif untuk mengatasi masalah masyarakat dengan kajian sosial komprehensif.

Kajian sosial bukanlah kajian remeh temeh, atau kajian tanpa dalil serta hanya spekulasi dan pendapat peneliti, tetapi sebuah kajian karena ada gap yang tampak. Jika kajian sosial dipadankan dengan kajian ekonomi, hukum, atau agama (misalnya) ditelaah dengan ilmu sosiologi maka akan menghasilkan telaah analisis mendalam, sebab sosiologi berkaitan dengan relasi sosial, ada proses yang tidak sekilas wajah diukur, tetapi memerlukan waktu lama dan kontinu (berkelanjutan).

Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar organisasi dengan individu yang lain atau masyarakat dan saling mempengaruhi. Ia akan berulang dan tidak terjadi secara kebetulan, ada yang mendahului dan ada yang mengikuti begitu seterusnya. Bisa jadi pemaparan interpretasi yang dilakukan oleh seorang peneliti salah dan kurang tepat menurut peneliti lain.

Maka penting untuk memahami bahwa penelitian sosial bukan mencari pembuktian benar atau salah, tetapi menemukan potensi menyelesaikan suatu fenomena dengan teori dan metodologi tepat dan akurat. Sebab teori dan metodologi itu jamak dan dinamis sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat, hasil pun akan disesuaikan dengan cara kerja kajian. Kecerdasan peneliti dalam menginterpretasi, membuat alur berpikir akan menghasilkan konklusi bermakna.

Hal tersebut dipaparkan oleh Ketua Dewan Guru Besar Universitas Yogyakarta, yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Doktor Politik Islam UGM, Profesor Dr. Sunyoto Usman, MA. Sosiolog kebanggaan negeri, yang juga telah banyak mengantarkan individu-individu hebat yang kemudian menjadi bagian bermanfaat untuk umat dan bangsa, Profesor Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah adalah salah satunya.

Menurut Prof Nyoto sapaan akrab beliau, seorang peneliti sosial harus memiliki kemampuan analitis mengurai masalah setelah secara mendalam melakukan kajian lapangan. Pentingnya penguasaan teori, akan memunculkan keberanian mengungkapkan kebenaran. Tegasnya.

Syarat utama yang harus dimiliki oleh peneliti atau pengkaji sosial adalah memiliki sense terhadap fenomena yang berkembang di masyarakat. Muncul rasa ingin tahu, mungkin bisa juga keprihatinan dan akhirnya mengkaji dengan bantuan teori dan metodologi yang tepat. Hasil penelitian tidak hanya menemukan novelty atau kebaruan, tetapi harus dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan bahkan kebijakan pemerintah.

Sense diatas harus dimiliki oleh peneliti yang berstatus sebagai mahasiswa baik itu strata satu, dua atau strata tiga. Profesor Oman Sukmana Ketua Program Studi Magister dan Doktor Sosiologi Pascasarjana UMM saat membuka Kuliah Tamu Doktoral Sosiologi menilik pemahaman paradigma atau cara pandang terhadap lingkungan, yang menurutnya mengalami percepatan dan perkembangan yang luar biasa.

Prof Oman membahasakannya dengan istilah dalam teori Thomas Robert Malthus (1776 -1834), seorang pakar demografi Inggris bahwa realitas sosial (pertambahan penduduk) akan mengikuti deret ukur dan perubahan karenanya mengikuti deret hitung. Sesuatu yang akan terus terjadi, berulang dan menimbulkan reaksi di masyarakat. (*)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda