Opini post authorBob 22 Oktober 2020

Menelaah Kesejahteraan Petani Kalbar dengan NTP

Photo of Menelaah Kesejahteraan Petani Kalbar dengan NTP Muhammad Rizky Septian, SST Statistisi Pertama BPS Provinsi Kalbar

Peningkatan kesejahteraan masyarakat sudah tentu menjadi salah satu tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Hal ini salah satunya termaktub di dalam pembukaan UUD 1945 yang secara gamblang menegaskan bahwa Indonesia yang sejahtera merupakan tujuan akhir dari pembentukan pemerintahan negara Indonesia.

Sebagai negara agraris, lapangan pekerjaan utama penduduk Indonesia masih didominasi oleh sektor pertanian. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi “Keadaan Angkatan Kerja Indonesia Februari 2020”, lebih dari 29 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja pada Februari 2020,terkonsentrasi pada sektor pertanian.

Aktivitas sektor pertanian ini sebagian besar dilakukan di wilayah perdesaan dengan proporsi mencapai hampir 80 persen dari semua pekerja di sektor pertanian.Dengan demikian, perhatian pembangunan pertanian melalui peningkatan kesejahteraan petani menjadi sangat relevan dan strategis.

Nilai Tukar Petani

Oleh karena orientasi pembangunan pertanian tentunya ke arah perbaikan kesejahteraan petani, suatu alat ukur yang akurat sangat diperlukan untuk menilai perkembangan kesejahteraan petani tersebut. Salah satu alat ukur yang selama ini digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan petani adalah indeks Nilai Tukar Petani (NTP).

NTP merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib). Hal ini mengindikasikan bahwa NTP menunjukkan daya tukar dari produk pertanian yang dihasilkan oleh petani dengan barang dan jasa yang dikonsumi baik untuk keperluan rumah tangga petani, maupun sebagai biaya produksi usaha pertanian.

Semakin tinggi angka NTP, maka dapat dikatakan secara relatif semakin kuat juga tingkat kemampuanatau daya beli petani (BPS, 2020).

Untuk menggambarkan tingkat kemampuanatau daya beli petani, angka NTP dapat bernilai kurang dari 100 hingga lebih dari 100. Semakin tinggi angka NTP (>100), maka secara relatif semakin tinggi pula daya beli petani.

Adapun sektor pertanian yang dicakup dalam penghitungan angka NTP meliputi lima subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan.

Di samping level nasional, NTP juga mampu memberikan gambaran perkembangan daya beli petani di provinsi-provinsi seluruh Indonesia. Lantas, bagaimanakah kondisi daya beli petani di Kalimantan Barat?

Kondisi Kalimantan Barat

Hasil rilis Berita Resmi Statistik (BRS) oleh BPS Provinsi Kalimantan Baratpada 1Oktober 2020mencatat bahwaNTP Kalimantan Barat pada September mencapai 109,52. Mengalami kenaikan sekitar 2,49 persen jika dibandingkan dengan Agustus yang mencapai sekitar 106,86.

Kenaikan ini disebabkan karena adanya peningkatan indeks harga yang diterima oleh petani dibandingkan dengan indeks harga yang dikeluarkan oleh petani.

Komponen pengeluaran petani untuk konsumsi rumah tangga secara umum juga mengalami kenaikan angka indeks pada September, kecuali untuk komponen pengeluaran untuk perumahan, air, listrik, dan bahan bakar lainnya.

Hal ini menjadi masuk akal mengingat adanya kebijakan program keringanan tagihan listrik untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 450 VA dan 900 VA hingga akhir tahun 2020.

Selain itu, apabila diselisik lebih dalam berdasarkan subsektornya, maka hanya NTP subsektor peternakan sajalah yang mengalami penurunan pada September, yaitu sekitar 0,11 persen jika dibandingkan dengan Agustus.

Capain NTP pada September 2020 ini menempatkan Kalimantan Barat di urutan kedua setelah Kalimantan Timur dengan NTP tertinggi antarprovinsi di Pulau Kalimantan.

Upaya yang Bisa Dilakukan

Perkembangan angka NTPhingga saat ini sudah seyogyanya menjadi perhatian kita semua. Terlebih, NTP digadang-gadang menjadi indikator yang cukup urgent untuk dimasukkan ke dalam struktur indikator pembangunan serta kerangka dasar penentuan RAPBN 2021.

Adapun langkah strategis yang dapat kita lakukan, terutama pemerintah setempat agar dapat meningkatkan angka NTP antara lain adalah dengan meningkatkan secara maksimal pendapatan rumah tangga petani.

Misalnya, dengan memberikan bantuan alat-alat dan mesin pertanian. Hal ini dapat bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Selain itu, pemberian edukasi kepada para petani terkait pengolahan lahan pertanian yang efektif dan efisien juga bisa dilakukan oleh pemerintah. Adanya program seperti capacity building sebagai pembinaan terhadap para petani diharapkan mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas dari produk pertanian yang dihasilkan, dan pada akhirnya mampu mengakselerasi pembangunan ekonomi Kalimantan Barat.

Di sisi lain, perlu diperhatikan juga dari sisi pengurangan beban pengeluaran rumah tangga petani. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan pemberian bantuan subsidi benih dan pupuk. Selain itu,program rumah murah serta subsidi air bersih dan listrik juga dapat dilakukan dengan tetap menjaga ketepatan waktu dan sasarannya.

Berbagai upaya tersebut haruslah dilakukan secara simultan dan semua elemen yang terlibat haruslah saling bahu-membahu agar kita bisa menciptakan pertanian Kalimantan Barat yang lebih maju. Semoga. (*)

 

 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda