PENCERAHAN yang menjadi motto Muhammadiyah adalah semangat besar yang harus dimiliki oleh kader-kader unggulan dan harapan persyarikatan.
Ujung tombak organisasi yang harus selalu diasah, asuh dan asih dalam membesarkan serta menjaga persyarikatan agar berjalan dijalur rel yang lurus dan tertib.
Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendefinisikan kader adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar pimpinan.
Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam sebuah kepemimpinan lemah, maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader memiliki peran yang sangat vital dalam hidup atau matinya organisasi, tumbuh atau layunya organisasi, dan menjadi besar atau dikucilkan organisasi.
Muhammadiyah Kalimantan Barat yang sebentar lagi melaksanakan kegembiraan musyawarah wilayah akan menemui titik penyiapan kader yang serius, tulus dan ikhlas dalam melanjutkan amanah membesarkan persyarikatan, menjaga nama baik persyarikatan dan membawa persyarikatan sesuai amanah muktamar ke 48 di Surakarta.
Setiap kader juga memiliki ukuran kekaderan yang berbeda karena proses terbentuknya kaderisasi di Muhammadiyah Kalimantan Barat cukup unik. Secara historis, proses kaderisasi Muhammadiyah Kalimantan Barat melalui pola Top-Down bukan Bottom-Up seperti didaerah pulau Jawa.
Namun kualitas kader yang hadir juga tidak kaleng-kaleng, maksudnya dari sisi ideologi dan jaringan memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda dengan mereka yang berada di Ibukota Muhammadiyah (Yogyakarta).
Kelebihan atau kelemahan pasti ada pada setiap kader yang sudah hadir dan bergerak selama ini, oleh karena itu sangat perlu muhasabah diri kader Muhammadiyah khususnya di Kalimantan Barat.
Arif Satria mengatakan bahwa Muhasabah adalah meneliti perbuatan kita pada masa lalu dan masa kini, apakah ia merupakan perbuatan baik atau perbuatan buruk. Dengan muhasabah diri, perbuatan baik pada masa lalu bisa ditingkatkan pada masa depan, baik kualitasnya maupun kuantitasnya.
Dengan muhasabah, perbuatan buruk pada masa lalu tidak perlu diulangi pada masa yang akan datang. Maka dengan muhasabah, hari esok kita akan lebih baik, di dunia juga di akhirat Insya Allah SWT. Pengkajian perbuatan itu akan meninjau pada dua bagian, yaitu internal dan eksternal.
Secara internal setiap individu memiliki terapi yang berbeda-beda dalam melaksanakan muhasabah diri. Secara eksternal juga memiliki ciri sendiri, tergantung dari pola dan strategi yang dilakukan dalam mengubah hal buruk menjadi baik itu.
Perbincangan di whattsapp group Muhammadiyah Kalimantan Barat pernah dihadirkan sebuah gambar dengan tema besar “Menipu Muhammadiyah” yang tidak diketahui siapa penulisnya karena hanya ada hastag atau tagar #penausang.
Terlepas dari polemik mencari siapa penulisnya, jauh lebih penting merenung poin yang dituliskan. Isi tulisan yang disusun dalam 10 poin tersebut menjadi bagian yang dapat diberikan perhatian lebih karena ini menjadi bagian dari muhasabah diri kader Muhammadiyah Kalimantan Barat.
Adapun 10 poin “Menipu Muhammadiyah” tersebut adalah: (1) Merasa memiliki tapi tidak merawatnya; (2) Merasa membesarkan tetapi tidak pernah berdakwah untuk Muhammadiyah;
(3) Merasa menjadi pengurus tapi tidak pernah mengurusi dan memikirkan masa depan Muhammadiyah; (4) Merasa menghidupkan Muhammadiyah padahal hanya menumpang hidup di Muhammadiyah; (5) Merasa mendakwahkan Muhammadiyah padahal hanya bekerja di Muhammadiyah;
(6) Merasa menjaga Muhammadiyah tapi ternyata nepotisme untuk kepentingan pribadi; (7) Merasa mengkader tapi hanya habis manis sepah dibuang; (8) Merasa ikhlas tapi mengejar jabatan; (9) Merasa memimpin tapi berprinsip like and dislike; (10) Merasa berbakti untuk Muhammadiyah tapi hanya ternyata mencari untung di Muhammadiyah.
Renungan bagi seluruh kader muhammadiyah Kalimantan Barat, khususnya bagi mereka yang nanti akan dipilih oleh musyawirin untuk melanjutkan estapet kepemimpinan dan membesarkan persyarikatan.
Musyawirin juga dapat menjadikan 10 poin diatas sebagai indikator penilaian dalam menentukan 13 pimpinan Muhammadiyah Kalimantan Barat agar terhindar dari mereka yang berkamuflase seolah-olah membela Muhammadiyah ternyata pembocor kapal besar Muhamamdiyah sehingga menjadi karam dan tenggelam.
Hadirkan 13 kader Muhammadiyah Kalimantan yang terang dan jelas ideologinya, kaderisasinya, jejaring Muhammadiyah dan non Muhammadiyahnya, jiwa keulamaannya, laku kecendikiaannya, serta semangat membesarkan persyarikatan yang menjadi kebanggaan umat semesta.
Bersama untuk diingat dan direnungkan pesan KH. Haedar Nashir yang mengatakan “Untuk anak-anakku sekalian yang ada di organisasi otonom dan para kader muda Muhammadiyah, bagaimana sedini mungkin memupuk keikhlasan, tanggungjawab, jiwa bersama dan rasa bersaudara di Muhammadiyah,”.
Adanya perbedaan dan dinamika organisasi menurut Haedar tidak perlu dibesar-besarkan hingga menceraiberaikan sesama penghuni rumah Muhammadiyah dari jalan persatuan.
“Muhammadiyah ini cirinya memang dinamis bahkan egaliter, tapi harus ada tempat, titik kita bertemu di mana kita menyatukan perbedaan-perbedaan itu dan ketika susah diketemukan maka semuanya harus ikhlas mengikuti pada mufakat yang dilakukan secara kolektif kolegial dan sistem dalam bangunan organisasi. Dan itulah yang menjadi kekuatan Muhammadiyah,” pesannya. (Fastabiqul khairat). (*)