Opini post authorBob 28 Februari 2021

Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Kalbar Tahun 2020 dari Sisi Pengeluaran

Photo of Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Kalbar Tahun 2020 dari Sisi Pengeluaran Ulfa Mardiyah, Fungsional Statistisi Ahli Pertama, BPS Provinsi Kalbar

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat, pada Jum’at 5 Februari telah merilis angka pertumbuhan ekonomi Kalbar tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 1,82 persen.

Hal tersebut merupakan kondisi terburuk selama 10 tahun terakhir. Dengan angka tersebut dapat kita lihat bahwa dampak pandemi Covid-19 telah benar-benar membuat perekonomian nasional maupun daerah menjadi terpukul mundur.

Menurut Berita Resmi Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 juga mengalami kontraksi, bahkan angkanya lebih rendah dari Kalbar, yaitu sebesar 2,07 persen.

Adapun alasan yang memicu pertumbuhan ekonomi menjadi turun dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya dapat dilihat dari sisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Pengeluaran.

Pengertian PDRB menurut Pengeluaran

PDRB adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Sedangkan pada PDRB menurut Pengeluaran itu terdapat 5 (lima) komponen, yaitu:

  1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT), merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi.
  2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP), adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi.
  3. Pembentukan Modal Tetap Bruto, didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas.
  4. Inventori, adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunkan dengan cara lain.
  5. Ekspor-Impor. Ekspor Barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri. Impor Barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri terhadap residen suatu wilayah Provinsi.

Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Kalbar 2020 

Menurut Pengeluaran, dari sisi Pengeluaran, kumulatif pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat selama triwulan IV-2020 terkontraksi sebesar 1,82 persen (c-to-c), menurun sangat dalam jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh mencapai 5,09 persen.

Pertumbuhan tertinggi selama triwulan IV-2020 dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 7,76 persen, itu merupakan satu-satunya komponen yang berhasil tumbuh positif pada periode tersebut, sedangkan komponen lainnya mengalami kontraksi.

Komponen yang terkontraksi paling dalam yaitu Impor Barang dan Jasa sebesar 21,14 persen. Selanjutnya komponen PK-LNPRT, PMTB, dan PKP masing-masing terkontraksi sebesar 1,88 persen, 1,14 persen dan 0,76 persen.

Terakhir yaitu PK-RT yang terkontraksi sebesar 0,19 persen.

Walaupun perekonomian Kalbar sedang terpukul, namun struktur PDRB Kalbar menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada triwulan IV-2020 tidak menunjukan perubahan yang berarti.

Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen PK-RT yang mendominasi PDRB Kalimantan Barat. Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB secara berturut-turut adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB); Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P);

Ekspor Barang dan Jasa; Impor Barang dan Jasa; dan Komponen PK-LNPRT; sedangkan komponen Perubahan inventori relatif kecil.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa peran komponen PK-RT sangatlah penting dalam mendorong perekonomian Kalbar.

Memiliki peran terbesar dalam PDRB menurut pengeluaran dengan nilai 51,67 persen tentunya hal ini yang membuat pemerintah menjadi lebih fokus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bantuan sosial agar konsumsi masyarakat tetap meningkat di masa pandemi sekarang ini.

Namun bantuan yang sudah terlaksana sejak awal pandemi terjadi tersebut belum berhasil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun 2020, sehingga pertumbuhan PKRT pun malah terkontraksi sebesar 0,19 persen.

Walaupun angka penurunan tidak terlalu signifikan namun pandemi Covid-19 memang sangatlah memengaruhi pola konsumsi masyarakat Kalbar, baik pengeluaran konsumsi primer maupun sekunder dan tersier. Sehingga masyarakat hanya mengkonsumsi apa yang dibutuhkan saja dan lebih tertarik untuk menabung untuk berjaga-jaga jika terjadi keperluan penting yang mendesak.

Komponen yang berpengaruh terhadap perekonomian Kalbar kedua setelah PKRT yaitu PMTB, dengan angka distribusi sebesar 31,04 persen. Angka yang cukup berpengaruh secara signifikan, namun pertumbuhannya juga mengalami kontraksi sebesar 1,14 persen.

Hal ini disebabkan oleh penurunan penggunaan semen di wilayah Kalimantan Barat dan penundaan peresmian Pelabuhan Kijing pengaruh pandemic Covid-19.

Sedangkan komponen yang berpengaruh ketiga setelah PKRT dan PMTB adalah Ekspor Barang dan Jasa, dengan angka distribusi sebesar 12,50 persen. Komponen ini menjadi satu-satunya komponen yang berhasil tumbuh meningkat ketika komponen yang lain mengalami kontraksi, angka pertumbuhannya sebesar 7,76 persen.

Walaupun volume ekspor  tahun 2020 meningkat, namun peningkatanya tidak sebesar tahun 2019 karena terimbas semua sektor ekonomi dengan adanya pandemic Covid-19.

Setelah Ekspor Barang dan Jasa, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah juga memiliki angka distribusi terhadap PDRB sebesar 12,20 persen. Namun pertumbuhannya mengalami kontraksi sebesar 0,79 persen.

Alasannya yaitu karena di masa pandemi ini pemerintah refocusing anggaran untuk penanggulanam Covid-19. Sehingga anggaran untuk keperluan lainnya dikurangi atau dipangkas.

Komponen selanjutnya yaitu Impor Barang dan Jasa dan PK-LNPRT, keduanya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sekitar 9 persen. Namun kedua komponen tersebut juga mengalami kontraksi yaitu masing-masing sebesar 21,14 persen dan 1,88 persen.

Impor barang dan jasa tumbuh melambat karena impor bahan baku, bahan modal dan barang konsumsi menurun dibanding tahun sebelumnya akibat adanya pandemi Covid-19.

Sedangkan PK-LNPRT terkontraksi karena seperti yang kita ketahui bahwa aktivitas LNPRT selama masa pandemi Covid-19 tidak sebanyak ditahun 2019 karena pembatasan sosial dan menghindari kerumunan sebagai upaya mengurangi penyebaran Covid-19.

Dari masing-masing komponen PDRB menurut Pengeluaran diatas dapat kita simpulkan bahwa pandemi Covid-19 selalu menjadi alasan terhadap naik turunnya angka pertumbuhan disetiap komponen pada periode 2020.

Sehingga untuk memperbaiki perekonomian Kalbar maupun perekonomian Indonesia kita harus bergotong-royong dan bersama-sama melawan covid-19 dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan kapanpun dan dimanapun kita berada. Semoga dengan begitu, perekonomian daerah maupun nasional menjadi lebih baik. (*)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda