Opini post authorBob 30 Agustus 2021

Sukses yang Bernilai

Photo of Sukses yang Bernilai Amalia Irfani, Dosen IAIN Pontianak

Apa yang anda pikirkan saat mendengar atau membaca kalimat  sukses. Saya yakin kita semua memiliki persepsi atau cara pandang berbeda dalam mengukur kesuksesan. Perbedaan akan tampak dari kokoh dan tidaknya perjuangan tiap individu untuk mendapatkan hasil minimal atau maksimal, berkah dan bermanfaat sehingga dikatakan “telah sukses”. Point terpenting dari tiap proses tersebut adalah kepuasan diri, sikap dan sifat sabar, jujur serta tawakal kepada Allah SWT. 

Siapapun kita, normalnya dibidang dan profesi apapun, berkeinginan dan bertujuan sukses  dalam karir atau minimal mampu bertahan ditengah persaingan ketat dunia kerja yang tidak bisa diukur dan dibendung. Sukses diibaratkan cita-cita atau tujuan akhir dari suatu perjalanan atau perjuangan meraih sesuatu yang diidam-idamkan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online mengartikan sukses sebagai keberhasilan atau keberuntungan. Maka, kebalikannya jika tidak beruntung  belumlah dikatakan sukses.

Kunci sukses pun sederhana secara teori, tetapi sangat sulit untuk dipraktikkan. Individu yang ingin sukses harus percaya diri (pede) tetapi jangan ke-pedean. Kepercayaan diri dimiliki agar siapapun kita dalam proses berjuang meraih cita-cita atau tujuan tidak takut menerima kegagalan, fisik  lebih kuat, otak mampu berpikir jernih dan positif.  Inovasi dan kreatifitas biasanya tumbuh subur saat seseorang telah mampu dan siap  secara emosional dan sosial saat menuju jalan ingin sukses.

Kuat dan tangguhnya pejuang sukses, tidak hanya terletak pada fisik  tetapi juga pada ketekunan  dalam menjaga semangat. Sebab sukses itu sesungguhnya adalah rezeki sekaligus ujian dari Allah. Tanpa melupakan kekuatan doa dan keyakinan kepada Allah SWT. la haula wa la quwwata illa billah, tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah.

Kalimat ini sebagai bentuk kepasrahan kita sebagai hamba Allah, tidak ada kekuatan (kesuksesan) tanpa pertolongan dan izinNya. Sukses bermakna hidup telah dimuliakan, dan dimuliakan adalah bentuk ujian Allah pada hambaNya. Jika bersyukur, bertanggung jawab, amanah, berempati mampu dilakukan oleh individu dalam perjalanan hidupnya, maka individu tersebut sudah terkategori sukses. Sebab sukses beririsan langsung dengan keimanan dan kedekatannya pada sang pemilik kehidupan.

Pejuang sukses juga selalu berusaha menjadikan hidupnya  bermanfaat dan bermartabat, dengan senantiasa bersyukur. Sukses tidak hanya di karir tetapi yang terpenting sukses dilingkungan keluarga.

Inilah sukses bernilai yang sesungguhnya. Jika dari keluarga saja tidak didapati harmonisasi, kerukunan, kenyamanan dan kebahagiaan,  maka akan sulit sukses dalam kehidupan yang lain. Keluarga adalah cikal bakal sukses diri dan masyarakat. Rumah Tangga atau keluarga yang beradab akan melahirkan negara  yang kuat dan terhormat. 

Saat mengikuti  Bimtek Laporan Kinerja Program Studi (LKPS) yang diadakan oleh Lembaga Penjamin Mutu (LPM) IAIN Pontianak (24-26/08), penulis terpesona dengan satu ungkapan sederhana namun jika dipikirkan dan ditelaah lebih dalam sangatlah bermakna.

Ungkapan tersebut disampaikan oleh Dosen Filsafat IAIN Pontianak Dr. Firdaus Achmad, M. Hum, Warek 1 bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga yang dulu juga dosen penulis saat kuliah strata satu. "Sukses yang Bernilai, adalah cita yang harus dimiliki siapa pun kita. Sukses dimulai dari kerja keras, kerja keras berasal dari semangat yang baik dan positif, siapapun kita akan meraih sukses sesuai dengan niat dan ikhtiar”, tegasnya menyemangati para peserta agar tetap optimis dan konsisten hingga diakhir kegiatan.

Diksi tersebut spontan membuat beberapa peserta yang kebetulan duduk disamping penulis menjadi berbinar dan dan seketika bersemangat. Benar adanya, bahwa kata-kata positif dari individu berpikir positif  akan memberikan kebaikan yang mampu menembus relung hati.

Sebaliknya seperti pedang, ucapan yang bernilai negatif tidak hanya menyakiti yang mendengar, tetapi juga akan melukai si pengguna lidah itu sendiri. Kalam Allah SWT (Al-Israa : 36 dan 53) “dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban”, “dan katakanlah kepada hamba-hambaKu : Hendaklah mereka mengucapkan ucapan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.

Jadi, untuk menuju “sukses yang bernilai” dimulai dengan niat dan ucapan yang baik serta terus berikhtiar dengan kepasrahan penuh kepada Allah, pemilik seluruh alam. Jangan mudah mengalah dan mengaku kalah, tanamkan dalam diri bahwa rezeki Allah itu luas, tinggal kita gali untuk mendapatkannya. Wallahu’alam. (*)

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda