Opini post authorBob 31 Agustus 2022

Merdeka Dari Kejahatan Mass Communication Berupa Hoaks Dengan Cerdas Berliterasi Digital  

Photo of Merdeka Dari Kejahatan Mass Communication Berupa Hoaks Dengan Cerdas Berliterasi Digital   Fuzy Firda Zhan, M.Sos., Peserta Pelatihan Dasar CPNS Angkatan XXVIII, Puslatbang KDOD Lembaga Administrasi Negara RI

MENJELANG akhir tahun 2022, Indonesia masih diwarnai dengan perjuangan seluruh warga negaranya melawan pandemi Covid-19. Berbagai bencana alam seperti kebakaran hutan dan lahan serta banjir juga masih membayangi warga di Provinsi Kalimantan Barat belakangan ini.

Setelah Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Sintang, banjir saat ini juga dialami oleh masyarakat di Kota Singkawang dan Kabupaten Ketapang.

Belum lagi kasus kriminalitas dan isu korupsi yang seolah tak henti terjadi. Berbagai permasalahan tersebut menjadi tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh warga negara Indonesia saat ini melalui semangat persatuan bangsa di tengah euforia 17 Agustus yang baru saja kita peringati dengan semarak.

Sayangnya di tengah pergejolakan tantangan dan upaya menghadapinya tersebut, justru muncul penjajah bernama “hoaks”. Efek yang ditimbulkan oleh berita bohong atau hoaks tidaklah kecil.

Mengambil contoh informasi hoaks yang muncul pada awal tahun lalu di Kota Singkawang pada saat seorang Polwan sedang menyosialisasikan vaksinasi Covid-19 kepada warga menggunakan bahasa Tionghoa dialek Hakka.

Faktanya, hal tersebut sudah menjadi lumrah di sana mengingat mayoritas warga Kota Singkawang adalah etnis Tionghoa yang kurang fasih berbahasa Indonesia.

Sehingga apa yang dilakukan Polwan tersebut merupakan bagian dari keefektifannya dalam menyampaikan edukasi terkait vaksinasi. Namun, justru beredar hoaks yang menyatakan bahwa sedang terjadi upaya “Mengubah Indonesia Menjadi China”.

Tentu saja hal ini menyulut prasangka warganet yang tidak mengetahui fakta yang sebenarnya. Apabila hoaks tidak segera tertangani, bukan tidak mungkin akan terbukalah gerbang disintegrasi dan diskriminasi.

Berbagai informasi hoaks pada masa kini begitu cepat muncul dan menyebar melalui media digital.

Kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi sejatinya merupakan hal yang menguntungkan. Tapi, dengan adanya kejahatan mass communication seperti hoaks tadi, kemajuan digital menjadi hal yang harus ditanggapi dengan bijak dan cerdas dalam berliterasi digital.

Literasi digital merupakan kemampuan yang harus kita miliki agar mampu memahami informasi yang ada di media digital, juga menganalisis, memanfaatkan, dan mengelola informasi yang telah didapatkan tersebut.

Berdasarkan Indeks Literasi Digital Indonesia tahun 2021 yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, tingkat literasi digital Indonesia berada pada level “sedang” dengan poin rata-rata 3,49.

Angka ini mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yakni meningkat sebanyak 0,03 poin. Sepuluh provinsi dengan literasi digital tertinggi termasuk dicapai oleh Provinsi Kalimantan Barat pada peringkat ke-8 dengan poin 3,58 dan provinsi dengan indeks literasi digital tertinggi adalah D.I. Yogyakarta dengan poin 3,71.

Pilar pembentuk indeks literasi digital di antaranya yaitu budaya digital, etika digital, kecakapan digital, dan keamanan digital. Seseorang yang wawas terhadap keempat hal tersebut dapat dikatakan telah bijak dan cerdas dalam berliterasi digital.

Nah, bagaimana cara mengupayakannya? Berikut beberapa tips peningkatan upaya cerdas berliterasi digital yang dapat dilakukan oleh kita semua dalam meminimalisasi kejahatan mass communication berupa hoaks ini. (1) jeli dalam melihat judul berita, (2) cermati alamat situs, (3) cek faktanya, (4) laporkan pelaku hoaks, (5) mengikuti wadah sadar literasi dan antihoaks, dan (6) rethink sebelum menyebarkan informasi.

Selain mewaspadai berita bohong atau hoaks, cerdas berliterasi digital juga ditunjukkan dengan berpikir ulang sebelum menyebarkan informasi yang kita miliki atau peroleh.

Apakah berita tersebut memberikan dampak yang baik atau justru memberi dampak buruk jika disebarkan?

Jika pahlawan kita pada era sebelum kemerdekaan melawan penjajah bangsa luar dengan mengangkat senjata, hari ini kita dapat menjadi pahlawan bagi negara dengan berbagai cara termasuk melalui sarana digital.

Senjata yang kita miliki adalah wawas diri, bijak, dan cerdas berliterasi digital sehingga kita dapat melindungi bangsa dan negara Indonesia ini dari jajahan kejahatan mass communication seperti hoaks sebagai wujud dari sikap perilaku bela negara.

Mari menjadi pahlawan dengan memerdekakan bangsa kita dari ancaman kejahatan mass communication berupa hoaks melalui Cerdas Berliterasi Digital! (*)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda