Ponticity post authorPatrick Sorongan 07 Februari 2023

'The Lost Generation' Intai Kalbar, Dokter Arisa Fauliza, MARS: Sikat Habis sebelum Terlambat!

Photo of 'The Lost Generation' Intai Kalbar, Dokter Arisa Fauliza, MARS:  Sikat Habis sebelum Terlambat!

PONTIANAK  SP- Dokter Arisa Fauliza, MARS mengingatkan bahwa Kalimantan Barat akan kehilangan satu generasi (the lost generation) jika tingginya kasus stunting anak balita di Bumi Khatulistiwa tak segera diatasi.

Karena itu, bakal calon anggota DPD RI dari Kalbar ini mendesak penanganan kasus tersebut secara lintas sektoral agar penangannya menjadi sangat efektif.

"Jika tidak mulai dari sekarang, kita akan akan kehilangan satu generasi, karena mereka tumbuh tidak normal baik fisik maupun otaknya karena mengalami stunting saat balita," katanya kepada Suara Pemred di Jakarta, Minggu, 5 Februari 2023.

Istri Mayjen TNI (Purn) Ronny, SAP, MM ini mengakui bahwa stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, badan menjadi kerdil. dengan dampak jangka panjang.

"Berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas," lanjut dokter cantik kelahiran Kota Pontianak, 27 Juli 1977 ini.

Dokter Arisa Fauliza, MARS lebih lanjut memaparkan  data Kementrian Kesehatan RI. Menurut data tersebut, tingkat stunting sebagai dampak kurang gizi pada balita di Indonesia,  termasuk di Kalbar, telah  melampaui batas yang ditetapkan oleh Bada Kesehatan Dunia PBB yakni WHO.

Menurut WHO, kasus stunting banyak ditemukan di daerah dengan kemiskinan tinggi, dan tingkat pendidikan yang rendah.

Terkait dengan ancaman the lost generation, hal ini karena Indonesia digadang-gadang bakal menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dalam beberapa dekade mendatang.

 

Lembaga riset dunia, Price Waterhouse Coopers (PWC), misalnya, memprediksi bahwa ekonomi Indonesia bakal masuk dalam lima besar dunia pada 2030, bahkan menjadi negara keempat dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2050.

Jika itu terjadi, maka posisi Indonesia hanya akan ada di bawah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Prediksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianggap stabil dengan populasi yang besar.

Berdasarkan komposisi usia penduduk, maka penduduk Indonesia pada 2030, adalah sebanyak 70 persen berusia 15-64 tahun, atau berada dalam masa produktif. Komposisi ini disebut sebagai bonus demografi.

Kelompok usia produktif inilah, yang jumlahnya diperkirakan sebanyak 180 juta jiwa, yang akan menjadi motor penggerak perekonomian nasional.

Tapi, alih-alih menjadi berkah, bonus demografi ini terancam menjadi malapetaka,  karena tingginya persentase balita penderita stunting di Indonesia.

Ironisnya, balita saat inilah yang kelak akan menjadi tenaga produktif tersebut.

Dokter Arisa Fauliza, MARS juga mengacu pada data terakhir dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI).

Kasus Stunting Kalbar Peringkat VII di Indonesia

Dalam siaran pers tertanggal 20 Oktober 2020, menurut pihak Kemenko PMK RI, Kalbar menjadi salah satu provinsi prioritas percepatan penurunan stunting.

Hal ini karena  angka prevalensi stunting Kalbar berada di peringkat ketujuh  tertinggi di Indonesia setelah NTT, Sulbar, Aceh, Sultra, Kalsel, dan NTB.

Angka prevalensi stunting di Kalbar berada pada angka 29,8 persen. Angka ini termasuk kategori tinggi, menurut WHO, yakni 20 - 30 persen.

Dokter Arisa Fauliza, MARS lebih lanjut menegaskan bahwa Pemprov Kalbar dan pemerintah di semua kabupaten dan kota, harus terus menggenjot upaya pengentasan balita dan anak-anak dari kasus stunting.

Hal ini sesuai pula dengan yangdiamanahkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Sementara itu, Hartarti, aktivis perempuan dan anak di Kabupaten Ketapang yang dihubungi terpisah, mendukung pernyataan Dokter Arisa Fauliza, MARS tersebut.

Menurut mantan legislator Ketapang ini, Dokter Arisa Fauliza, MARS sebagai seorang dokter, tentunya sudah paham akan bahaya stunting terhadap masa depan generasi muda di Kalbar.

Di Ketapang pada 2020, misalnya,stunting mencapai 11 kasus, namun melonjak menjadi 10 kasus pada 2021, kemudian melonjak lagi hingga 20 kasus pada 2022, yang semuanya tersebar di 15 desa.

Karena itu, Hartarti menilai sangat pas jika akhirnya Dokter Arisa Fauliza MARS maju sebagai bakal calon Senator dari Kalbar.***

 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda