Ponticity post authorKiwi 18 Oktober 2021

Mengenang Martin Siregar Belajar Jujur Mulai dari Tulisan

Photo of Mengenang Martin Siregar Belajar Jujur Mulai dari Tulisan Martin Siregar

PONTIANAK, SP - Kabar itu datang. Beberapa anggota grup whatapps yang sebagian besar mantan aktivis 98' itu masih menyimpan keraguan, bahkan cendrung tidak percaya. Satu per satu berupaya mengkonfirmasinya. Telpon tak berhenti berdering, pesan singkat bertubi-tubi masuk. Dan, kabar itu benar adanya. Martin Siregar telah pulang ke pangkuanNya.

Semua berkumpul di satu meja panjang. Tepat depan ruang Yohanes, di Rumah Duka Santo Michael Antonius Pontianak. Mereka mengiringi langkah-langkah kepulangan Martin Siregar, sosok aktivis yang sejak 1998 tak henti membangun gagasan, dan gerakan sosial tentang pentingnya kaum terdidik berpihak terhadap kelompok marjinal, dan meruntuhkan sekat-sekat kelas sosial.

"Saya masih ingat, ketika ia mengorganisir PKL (Pedagang Kaki Lima) di Pontianak. Ia tak sungkan teriak memarahi elit politik untuk berpihak kepada kelompok marjinal," kenang Komisionel Bawaslu Provinsi Kalbar, Faisal Riza.

Bukan hanya itu, Martin juga punya peran besar pada isu perlindungan anak dan pluralisme di Kalbar. Kontribusinya tercermin ketika ia bersama almarhum Abdullah HS (Komisioner Komisi Informasi Publik Kalbar 2010-2014), almarhum Hamka Siregar (Mantan Rektor IAIN Pontianak ), Hairiah (Wakil Bupati Sambas Periode 2016-2021) membentuk Yayasan Pelangi.

Lewat yayasan itu, ia ingin membangun gerakan anak muda sebagai pendobrak sekat-sekat sosial yang terlanjur kokoh di atas kepentingan elit politik.

Belakangan, gerakannya semakin meredup seiring kondisi tubuhnya yang mulai melemah akibat digrogoti penyakit. Tapi tidak pada gagasan-gagasannya. Lewat bukunya, (Unkonvensional, Istriku, Bah!, Kawan Kentalku Bason dan Sejarah Unkonvensional) ia menuangkan semua kegilasanan dan perasaannya.

"Lewat tulisan-tulisan itu, bang Martin ingin anak muda terus menulis. Belajar jujur mulai dari tulisan. Itu sebannya banyak anak muda mengenangnya sebagai guru, keluarga dan sahabat," ujar Faisal yang akrab disapa Ical.

Di lain cerita, Pengamat Sosial dan Lingkungan, Hermayani Putera mengenangnya sebagai sosok yang paling konsisten terhadap nilai kemanusian dan kejujuran yang selalu dipraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal itu tercermin saat Martin bertaruh nyawa untuk melindungi aktivis Wiji Thukul bersembunyi di Pontianak dari kejaran rezim orde baru.

"Resiko itu ia ambil, dan direfleksikannya untuk anak satu-satunya, Jati dan sang istri," kata Hermayani.

Bukan cuma itu, kata Hermayani pernah suatu kali ia akan berangat ke Jongkong, Sanggau. Lantaran tak punya teman, akhirnya ia mengajak Martin.

"Karena waktu itu saya sendiri, akhirnya saya ajak bang Martin. Dia bilang ke saya, 'janganlah kau pakai uang kantor untuk traktir aku. Kalau kau mau traktir aku, jangan pakai uang kantor. Itu tidak baik, aku tidak mau ajakan kau yang buruk" ujar Hermayani menirukan sebait pesan dari sosok Martin.

Hermayani bercerita, tahun 1999-2000, Martin bersama masyarakat sipil Kalbar juga pernah membuat Tabloil Selembe (Media Alternatif). Media ini sebagai wadah untuk anak muda menuangkan seluruh gerakan yang telah dibangun, dan dibuat sebagai karya tulis.

Seluruh kisah itu kembali diceritakan Hermayani untuk mengenang Martin Siregar. Malam semakin larut, kisah-kisah itu terus tumbuh seperti jejak-jejak gerakannya yang terlanjur membesar di kota ini. (Suria Mamansyah).

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda