PONTIANAK, SP – Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Harisson memerintahkan kepada seluruh kepala sekolah (kepsek) di semua jenjang pendidikan memperhatikan kebersihan lingkungan sekolah guna mencegah penyebaran demam berdarah dengue (DBD).
“Saya menegaskan kepada seluruh kepala sekolah untuk segera melakukan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Jangan sampai ditemukan ada jentik nyamuk berkembang biak di toilet atau penampungan air di sekolah-sekolah,” kata Harisson saat melakukan kunjungan kerja di Sekolah Dasar Negeri 02 Kabupaten Bengkayang pada Senin (20/11/2023).
Harisson mengajak kepada pihak sekolah untuk bersama-sama menjaga anak-anak dari ancaman demam berdarah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
“Kepala sekolah harus peduli, jangan sampai sekolah justru menjadi tempat memelihara nyamuk DBD yang siap membunuh murid-murid yang bersekolah disitu,” tegasnya.
Pada kunjungan tersebut, dirinya juga sempat meninjau toilet serta tempat-tempat atau wadah penampungan air yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Hasilnya, masih ditemukan wadah-wadah yang bisa menjadi tempat nyamuk bersarang di lokasi yang kurang mendapat perhatian, seperti di bagian belakang sekolah dan lainnya.
"Tadi masih ditemukan bekas (kaleng) cat tergenang air, dan wadah-wadah lainnya. Jadi saya meminta kepala sekolah mengajak pelajar melaksanakan gotong-royong dengan gerakan PSN," ujarnya.
Menurut Harisson, nyamuk Aedes aegypti yang bisa menularkan virus penyebab DBD biasanya mengigit saat pagi hari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB, dan menjelang sore dari pukul 15.00 WIB sampai 17.00 WIB.
Untuk itu dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan melakukan gerakan PSN, maka tidak akan ada nyamuk yang akan berkembang biak dan menularkan virus DBD.
"Jadi kegiatan PSN ini penting dan harus dilakukan kapan saja. Karena kegiatan fogging pun tidak akan efektif kalau tidak dibarengi dengan PSN," pesannya.
Harisson mengungkapkan, berdasarkan pengalaman saat pandemi Covid-19 lalu jika diperhatikan kasus DBD justru landai. Sehingga dicurigai salah satu tempat yang menjadi tempat penyebaran DBD adalah sekolah. Hal ini pula yang mendorong dirinya untuk turun langsung ke sekolah-sekolah melakukan pengecekan langsung.
"Saya mencurigai salah satu tempat penyebaran (penularan DBD) di sekolah-sekolah. Karena ketika pandemi Covid-19, anak-anak tidak sekolah tatap muka, kasus DBD justru landai," ungkapnya.
“Kita temukan ada tempat-tempat yang sebenarnya tidak menjadi perhatian seperti di belakang sekolah ada bekas kaleng cat dan plastik tergenang air dan disitu banyak jentik-jentik ini nanti akan menjadi nyamuk dan menggigit anak-anak,” tambah Harisson.
Sehingga ia berharap kepedulian para kepala sekolah untuk benar-benar memperhatikan kebersihan lingkungan sekolahnya dengan memasifkan PSN. Misalnya dengan melibatkan para siswa untuk bersama-sama membersihkan lingkungan sekolah mereka.
“Butuh perhatian dari kepala sekolah setiap sekolah di Kalbar ini tidak peduli dimana pun dia berada agar guru dan kepala sekolahnya benar benar memperhatikan pemberantasan sarang nyamuk,” tegas Harisson.
Harisson menyampaikan, PSN menjadi kunci strategis dalam mengendalikan kasus DBD. Bahkan fogging pun menurutnya tidak akan maksimal apabila tidak dibarengi dengan pemberantasan sarang nyamuk.
“Fogging itu kalau ada kasus baru kita fogging kalau tidak ada kasus tidak perlu di fogging masyarakat harus peduli memberantas sarang nyamuk,” tutupnya.
Dalam kunjungan kerja ini, Harisson turut didampingi Pj Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kalbar Windy Prihastari.
Untuk diketahui, kasus DBD di Kalbar saat ini terus mengalami peningkatan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalbar mencatat hingga November 2023 setidaknya sudah ada 5.325 kasus, dimana 61 orang di antaranya meninggal dunia.
Dari seluruh kabupaten dan kota di Kalbar, Kabupaten Kubu Raya menjadi penyumbang terbesar dengan jumlah kasus mencapai 1.061. Sedangkan Kota Pontianak merupakan penyumbang paling kecil nomor dua setelah Kota Singkawang.
Kepala Dinkes Kalbar, Erna Yulianti, mengatakan, meningkatnya kasus DBD di Provinsi Kalbar disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi cuaca dimana saat ini intensitas hujan di Kalbar mulai tinggi, sehingga membuat populasi dari nyamuk Aedes aegypti meningkat.
“Kasus kematian akibat DBD saat ini juga cukup tinggi karena banyak masyarakat kita yang terlambat datang ke faskes untuk dilakukan penanganan ketika ada anggota keluarganya mengalami DBD,” katanya. (din)