PONTIANAK , SP - Dewan Adat Dayak (DAD) Kota Pontianak, menggelar Festival Budaya Naik Dango ke-2 tahun 2025 di Rumah Radakng, Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) mulai 26-30 April 2025. Kegiatan ini sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Festival Budaya Naik Dango ke-2 di Kota Pontianak ini berlangsung meriah. Festival diawali dengan pawai budaya dari Rumah Betang menuju Rumah Radakng. Peserta pawai berparade menampilkan kebudayaan masyarakat Suku Dayak lewat tarian dan atraksi budaya beserta perlengkapannya.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono membuka secara resmi Festival Budaya Naik Dango ke-2 ini di Rumah Radakng pada Sabtu (26/4/2025) malam.
Dalam kesempatan itu, Edi menekankan pentingnya pengembangan budaya sebagai bagian dari industri ekonomi kreatif, terlebih pada penyelenggaraan Naik Dango ke-2 ini melibatkan banyak UMKM.
Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan semangat bagi masyarakat Dayak di Kota Pontianak untuk terus berinovasi dan kreatif dalam melestarikan budaya khas Kalbar sekaligus menjadi agenda tetap tahunan yang memperkuat posisi Kota Pontianak sebagai kota budaya, pariwisata, pendidikan dan olahraga.
“Naik Dango ini adalah wujud syukur kita, sekaligus upaya untuk menjaga warisan leluhur dan mempererat tali persaudaraan. Dengan semangat ini, kita dapat meningkatkan silaturahmi dan membangun kota yang lebih baik,” ujarnya.
Menurut Edi, Naik Dango ke-2 ini menjadi momentum bagi masyarakat Kota Pontianak untuk terus bersinergi dalam membangun kota yang lebih maju, kreatif dan harmonis.
Selain itu juga pentingnya kolaborasi dan sinergi untuk membangun Kota Pontianak yang lebih kondusif, aman, nyaman dan membahagiakan bagi seluruh warganya.
Edi mengungkapkan bahwa penduduk Kota Pontianak saat ini telah mendekati 700 ribu jiwa berdasarkan data e-KTP. Namun, aktivitas dan mobilitas masyarakat di kota ini diperkirakan mencapai lebih dari satu juta orang. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kerja sama semua pihak untuk menjaga keamanan dan ketertiban kota.
“Kota Pontianak adalah kota jasa dan perdagangan. Kita tidak punya tambang atau hutan, tetapi hasil perkebunan dan produk ekonomi kreatif dari daerah bisa dipasarkan di kota ini. Mari kita berkolaborasi untuk menjaga kota ini agar menjadi lebih nyaman dan membahagiakan," ajaknya.
Ketua Panitia Naik Dango ke-2, Vinsensius Lintas, menekankan pentingnya kolaborasi budaya dan ekonomi kreatif dalam pembangunan daerah.
Kegiatan ini katanya, tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif melalui keterlibatan pelaku UMKM lokal dengan ikut sertanya stand kuliner, pameran kerajinan, dan produk-produk lokal lainnya.
“Kami meyakini budaya dan ekonomi dapat berjalan beriringan, saling menguatkan dan memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan daerah," tuturnya.
Dia juga mengingatkan seluruh pengunjung untuk menjaga keamanan dan ketertiban selama acara berlangsung, terutama saat menikmati hiburan di tribun penonton.
Sebagai bentuk penghormatan kepada para seniman lokal, Vinsensius memberikan apresiasi khusus kepada para artis yang tampil secara sukarela untuk menghibur masyarakat.
"Tanpa mereka, acara ini tidak akan semeriah ini. Mari kita berikan tepuk tangan untuk para artis yang akan menghibur kita hingga malam penutupan," ucapnya.
Naik Dango ke-2 diharapkan tidak hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga momentum untuk mempererat persatuan masyarakat lintas etnis di Pontianak.
Misa Syukur
Panitia Naik Dango II DAD Kota Pontianak sebelumnya mengawali rangkaian perayaan dengan menggelar Misa Syukur di Rumah Radangk, Jumat (25/4/2025) malam.
Misa yang dihadiri kontingen dari enam kecamatan se-Kota Pontianak tersebut dipimpin langsung oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus.
Ketua DAD Kota Pontianak, Yohanes Nenes, ikut hadir bersama para tokoh adat dan umat Katolik yang memenuhi Rumah Radangk. Dalam suasana khusyuk, umat Dayak menyampaikan rasa syukur atas panen padi yang melimpah serta atas terselenggaranya perayaan Naik Dango II tahun 2025.
Panitia menghadirkan berbagai hasil pertanian dan alat-alat pertanian di hadapan umat. Uskup Agustinus memberkati hasil-hasil tersebut sebagai bentuk penghargaan terhadap kerja keras para petani Dayak.
“Naik Dango ini milik orang Dayak, dan orang Dayak punya banyak latar belakang, baik agama maupun budaya. Karena itu, semua boleh merayakannya dengan cara masing-masing,” ujar Mgr. Agustinus.
Ia menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu mempertentangkan bentuk perayaan tersebut.
Mgr. Agustinus juga mengingatkan pentingnya menjaga identitas budaya sambil tetap menghargai keberagaman. (ant)