MERAYAKAN 55 tahun IAIN Pontianak harus menjadi momentum untuk memperkuat karakteristik kepemimpinan profetik di lingkungan akademis.
Kepemimpinan yang bersifat amanah, adil, dan berorientasi pada pelayanan ini harus ditanamkan dalam setiap lapisan institusi.
Dalam perspektif Habermas, ini berarti menciptakan ruang publik yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang jujur dan terbuka, serta menghormati perbedaan pendapat dan mencari konsensus demi kemajuan bersama.
Sebagai lembaga pendidikan tinggi, IAIN Pontianak memiliki peran strategis dalam mencetak generasi pemimpin yang tidak hanya kompeten dalam bidangnya, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi.
Untuk itu, perlu diterapkan model kepemimpinan yang tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pengembangan karakter.
Prinsip-prinsip kepemimpinan profetik dapat dijadikan landasan dalam pengambilan kebijakan, menyusun kurikulum, dan program pembinaan yang mengintegrasikan nilai-nilai kejujuran, amanah, dan keadilan.
Penerapan kepemimpinan profetik di IAIN Pontianak dapat diwujudkan melalui berbagai strategi:
- Musyawarah dan Partisipasi Aktif: Mengedepankan prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan penting di kampus. Ini bisa dilakukan melalui forum diskusi rutin antara pimpinan, dosen, dan mahasiswa untuk mendengarkan aspirasi dan gagasan dari berbagai pihak. Hal ini sejalan dengan konsep deliberatif Habermas yang menekankan pentingnya partisipasi aktif dalam proses komunikasi.
- Transparansi dan Akuntabilitas: Menegakkan transparansi dalam setiap aspek pengelolaan kampus, mulai dari keuangan hingga kebijakan akademik. Pimpinan harus memastikan bahwa semua keputusan dapat dipertanggungjawabkan dan mudah diakses oleh seluruh sivitas akademika.
- Pengembangan Karakter dan Etika: Menerapkan program-program yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan etika mahasiswa serta staf pengajar. Ini termasuk pelatihan kepemimpinan yang berfokus pada nilai-nilai profetik dan moralitas.
- Pemberdayaan dan Pelayanan: Memastikan bahwa kepemimpinan di kampus berorientasi pada pelayanan dan pemberdayaan seluruh anggota komunitas akademik. Kepemimpinan yang melayani ini akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan potensi setiap individu.
Mengintegrasikan Tindakan Komunikatif dalam Kepemimpinan
Tindakan komunikatif Habermasian menekankan bahwa setiap individu harus memiliki kesempatan yang sama untuk menyuarakan pendapat dan berpartisipasi dalam diskusi. Dalam lingkungan akademis seperti IAIN Pontianak, prinsip ini bisa diterapkan dengan beberapa cara:
- Forum Terbuka dan Diskusi Panel: Mengadakan forum-forum terbuka dan diskusi panel yang melibatkan seluruh sivitas akademika. Diskusi ini harus difasilitasi sedemikian rupa agar setiap peserta merasa nyaman dan bebas untuk menyampaikan pandangan mereka. Forum terbuka dan diskusi panel jangan sampai kian meredup di kampus.
- Evaluasi Berkala dan Feedback: Menerapkan sistem evaluasi berkala dan feedback yang konstruktif. Setiap anggota komunitas akademik harus diberi ruang untuk memberikan masukan mengenai kebijakan dan program yang berjalan.
- Kolaborasi Interdisipliner: Mendorong kolaborasi antar disiplin ilmu dalam penelitian dan pengajaran. Ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga membangun jaringan komunikasi yang lebih luas dan inklusif.
Sebuah Refleksi dan Tantangan
Semua sivitas selayaknya bisa merawat karakter kepemimpinan profetik ini. Sebab, fitrahnya kita semua adalah pemimpin. Kepemimpinan tentu bukan soal jabatan struktural yang kita kuasai. Kepemimpinan adalah soal karakter.
Namun meneladani karakteristik kepemimpinan Nabi Muhammad SAW bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk terus mengembangkan diri dan organisasi berdasarkan nilai-nilai profetik.
Dalam konteks Habermasian, tantangan terbesar adalah menciptakan ruang komunikasi yang bebas dari distorsi dan dominasi, serta mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
IAIN Pontianak, dengan sejarah dan pengalamannya selama 55 tahun, memiliki modal sosial yang kuat untuk mewujudkan kepemimpinan profetik ini.
Namun, diperlukan upaya yang berkelanjutan dan komprehensif untuk memastikan bahwa setiap kebijakan dan tindakan yang diambil selalu berlandaskan pada prinsip-prinsip kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.
Pada akhirnya, merayakan ulang tahun ke-55 IAIN Pontianak bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang merancang masa depan yang lebih baik.
Dengan menanamkan nilai-nilai kepemimpinan profetik yang diilhami oleh Nabi Muhammad SAW dan didukung oleh kerangka pemikiran Habermas, IAIN Pontianak dapat menjadi lembaga yang tidak hanya unggul dalam akademis, tetapi juga dalam moral dan etika.
Semoga dengan semangat merawat kepemimpinan profetik ini, IAIN Pontianak dapat terus berkontribusi bagi kemajuan umat dan bangsa. Selamat hari lahir IAIN Pontianak, panjang umur dan bahagia sivitas akademikanya. (***)