PONTIANAK, SP - Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kembali menggelar workshop yang membahas pemanfaatan dan optimalisasi tanaman sawit di Kota Pontianak pada Selasa (9/7/2024).
Dengan menggandeng Universitas Tanjungpura kali ini workshop yang dihadiri para petani tersebut berfokus mendorong karbonisasi tandan kosong sawit dan pemanfaatannya sebagai soil conditioner untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, dan kesuburan tanah pada perkebunan sawit.
Guru besar IPB Prof Dr Erliza Hambali yang juga Ketua Tim Pelaksana Workshop mengatakan berdasarkan analisis data proyeksi pada 2050 akan dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sekitar 103 juta ton.
Hal tersebut tentu juga akan terjadi di Kalimantan Barat (Kalbar) seabgai salah satu provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia.
Dirinya menambahkan tandan kosong kelapa sawit yang berlimpah perlu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
Diantaranya dengan mengolahnya melalui proses karbonisasi dan memanfaatkannya sebagai soil conditioner atau biochar untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit.
"Kegiatan (workshop) ini untuk mensosialisasikan manfaat dari biochar untuk kelapa sawit, karena tandan kosong ini tidak boleh dibakar, dan kalau dipabrik (PKS) itu menjadi masalah lingkungan oleh sebab itu salah satu solusinya dilakukan proses karbonisasi," kata Prof Dr Erliza Hambali.
Dijelaskan Prof Dr Erliza Hambali setelah tandan kosong kelapa sawit melalui proses karbonisasi, kemudian tinggal diimplementasikan ke tanaman sawit.
Dengan jumlah hanya sepersepuluh dibandingkan menggunakan tandan kosong kelapa sawit atau kompos, tanpa karbonisasi. Untuk satu pohon hanya 25 kilogram pada tanaman yang menghasilkan, dan 10 kilogram pada tanaman yang belum menghasilkan.
"Jadi tujuannya untuk menahan air, kemudian menyerap unsur hara, karena kalau unsur hara terserap oleh biochar ini otomais tanaman semakin lama akan semakin subur," jelasnya.
Kemudian manfaat lainnya juga bisa memperbanyak mikroba tanah. Serta mengurangi kelicinan, sehingga pupuk yang digunakan tidak hanyut ketika terjadi hujan. Dan otomatis hal ini dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.
"Jadi kita bisa mengurangi kebutuhan pupuk kimia. Kali ini kami bermitra dengan Universitas Tanjungpura (Untan) agar feel-nya dapat, dengan melibatkan kampus, dimana kami melakukan kegiatan, maka semuanya mulai dari mahasiswa, dan pihak-pihak lainnya akan mendapatkan sosialisasi secara tidak langsung," harapnya.
Di tempat yang sama, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama Untan Rustamaji menyambut baik inovasi yang dihasilkan SBRC-IPB bersama BPDPKS tersebut.
Dirinya berharap ada kesempatan di lain waktu, Untan melalui mitra atau para dosennya, bekerjasama dengan pihak asosisasi, serta pelaku atau petani perkebunan sawit, lebih mendiseminasikan metode tersebut agar diketahui lebih luas lagi.
"Kuncinya dikarbonisasi tandan kosong agar bisa mengkondisikan tanah. Dengan maksud agar pupuk bisa bekerja lebih optimal, dan efisien. Kita patut senang (lewat workshop ini) ada atensi yang cukup melebihi dari yang diharapkan. Artinya banyak yang ingin tahu lebih lanjut menggunakan teknologi karbonisasi dari tandan kosong agar bisa mengkondisikan tanah di sekitar tanaman sawit," tutupnya. (din)